BAGIAN 32. SENJA BERWARNA UNGU

906 246 25
                                    

"Apa ada yang penting?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ada yang penting?"

"Tidak. Bri ingin berlibur saja."

"Mbak."

"Aneh sekali memanggilnya Mbak."

"Oh. Aneh juga memanggil kamu Mas."

"Oke. Mbak." Jade mengangguk dan tiba-tiba menyetujui apa yang Bestari ucapkan yang nyatanya sebuah ancaman terselubung yang mengerikan untuknya. Bagaimana kalau Bestari kembali memanggilnya dengan nama saja?

Jade mengekor Bestari yang berjalan ke arah dapur. Dan ikut berhenti ketika gadis itu berhenti di depan wastafel yang bahkan tidak ada piring atau gelas kotor di sana.

"Ah. Kangen sekali bekerja. Kalau seperti ini rasanya seperti di sumur, dapur dan kasur."

"Mau ikut ke kantor?"

"Tidak."

"Atau ke Bunga Rampai?"

Bestari menggeleng dan melangkah ke meja dapur. Dia mulai sibuk memasukkan bekal Jade hari itu ke sebuah tas.

"Mungkin aku akan memotong buah dan pergi ke taman nanti. Membaca di sana sepertinya cukup menarik."

"Huum."

"Hati-hati." Bestari mengulurkan tas bekal pada Jade dan mendorong pria itu agar segera pergi. Dia tahu Jack sudah siap di bawah sejak tadi.

"Aku tidak keberatan dengan satu rumah sakit jiwa..."

"...oh aku keberatan. Pergilah."

"Atau sebuah klinik?"

"Aku akan ke Bryant Park saat makan siang. Huum?"

Bestari mendorong Jade yang dia pikir mulai berbicara melantur. Rumah sakit atau sekedar klinik? Jade benar-benar gila. Bestari bahkan baru menerima pemberitahuan dari Masjid Ar Rahman di 29St bahwa Jade sudah menutup biaya renovasi dan sebuah bangunan madrasah.

"Pergilah. Ini sudah siang." Bestari tertawa pelan dan mendorong Jade yang justru menyusur lehernya di depan lift. Bestari mendorong Jade masuk ke lift dan pria itu melambai. "Oh ya Allah. Harus bagaimana saya ya Allah?" Bestari menunduk ketika pintu lift akhirnya tertutup. Dia berbalik dan berakhir memotong buah di meja dapur.

 Dia berbalik dan berakhir memotong buah di meja dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CEO SANG ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang