BAGIAN 17. ATAS NAMA JIWA YANG PERNAH HIDUP

846 230 14
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Semoga hari ini mulai ada yang membantu lagi. Kami benar-benar sudah kosongan sekarang. Kantong kolostomi dengan drainase juga belum ada.

Teman-teman, tolong dibantu Arrasid ya [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Terima kasih banyak sebelumnya teman-teman. Semoga Allah membalas dengan seluas-luasnya rejeki dan kemudahan dan kelancaran semua urusan. Yang memiliki hajat khusus, semoga Allah kabulkan. Aamiin.

Selamat membaca teman-teman 🤍

*

"Keluarganya bagaimana? Tidak ada yang mencari?"

"Dia tidak punya keluarga di sini."

"Tinggalnya di mana kalau begitu?"

"Di mess karyawan."

"Oh..." Jade menyugar rambutnya. Dia jelas tidak asing lagi dengan aroma menyengat mayat yang sudah membusuk. Tapi kejadian itu benar-benar aneh. "Cari tahu lagi. Tidak mungkin seseorang tidak memiliki keluarga sama sekali. Semua ini biar polisi yang urus."

Jade menatap kejauhan dan mengamati dengan samar. Gerbang utama disterilkan dari orang luar dan media. Orang-orangnya bekerja dengan cekatan dan tidak banyak bicara. Situasi di tempat itu sudah dikondisikan dan tentu saja diketahui oleh pihak luar bahwa ada penghuni yang membutuhkan pelayanan kesehatan darurat sehingga ambulan memasuki tempat itu.

Jade kembali berbicara dengan orang-orangnya. Dan memakan lebih banyak waktu sebelum Jade dengan seorang pengawal mengekor di belakangnya, naik ke unit apartemennya.

"Tambahkan orang di depan Will." Jade berkata singkat dan pria yang dipanggil Will itu segera tanggap dengan mengangguk kaku. Jade menekan kombinasi password pintunya dan masuk. Hanya untuk kaget dan berteriak kencang.

"Astaghfirullah! Bestari!"

Bagaimana dia tidak kaget, karena Bestari menyambutnya tepat di depan pintu dengan tatapan mengkonfrontir. Wajah wanita itu begitu dekat dengan wajahnya. Rautnya yang penasaran justru membuat Jade terkaget.

"Ada apa? Yang di bawah tadi, bukan pembunuhan kan?"

"Semua sudah dikondisikan, Bestari. Istirahatlah."

"Besok aku tidak ada kelas. Apa serius? Siapa yang meninggal, huum? Pekerja atau penghuni?"

Bestari mengekor Jade yang melangkah menaiki tangga. Dan Jade berhenti tepat di tengah anak tangga, menoleh pada Bestari yang menabrak nya dan mengaduh.

"Aduh."

"Mau ikut?"

"Ke mana?"

"Mandi."

"Oh..." Bestari memundurkan kepalanya kemudian turun satu undakan. Dengan lucu dia menepuk pipinya dan bibirnya maju sedemikian rupa membuat Jade mengepalkan tangan menahan dirinya. Dia tidak akan sanggup menahan gemas berlama-lama melihat kekonyolan Bestari itu.

Jade menunggu hingga Bestari berbalik dan meninggalkannya. Dia baru melenguh sesudah memastikan Bestari tidak terlihat lagi.

"Dia itu 26 tahun. Kenapa bisa semenggemaskan itu? Huum?"

Jade berlari masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Dia menoleh prihatin pada pintu itu dan menarik napas panjang. Jade segera membuka semua bajunya dan masuk ke kamar mandi. Menyiapkan air panas dan menyalakan lilin aromaterapi yang segera memenuhi ruangan itu. Jade masuk ke bathtub dan memejamkan mata. Berharap lelahnya sedikit hilang ketika tubuhnya kembali segar nanti.

"Jade..."

Jade membuka mata. Dia menautkan alisnya dan merasa bahwa dia tidak tertidur di bathtub namun kenapa Bestari masuk ke kamarnya dan memanggilnya.

CEO SANG ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang