Selamat membaca teman-teman 🤍
*
“Tidak usah berdebat. Kamu sudah mengajak aku keliling darat dan udara. Aku sudah mulai menghafal setiap rute. Lagipula, Lenox Hill tidak jauh dari sini...“
“Orang yang semalam itu? Apa kamu tidak curiga?“
“Dia pria yang teledor. Itu saja. Aku terluka juga karena aku tidak hati-hati, Jade. Aduh...“ Bestari memegangi lututnya yang nyatanya baru terasa sakit di lagi hari.
“Bestari. Orang itu aromanya aneh.“
“Jangan panggil aku hanya nama saja.“ Bestari mendesis pelan dan menatap Jade yang tidak berubah ekspresi wajah sedikitpun. “Itu aroma kemenyan. Kau bisa cari di mesin pencarian.“
“Aneh bukan?“
“Bisa jadi dia praktisi ilmu supranatural? Siapa yang tahu? Mungkin juga dia orang Amerika Latin atau semacamnya?“
“Orang Amerika Latin percaya jimat, Bestari. Bukan apa tadi...“
“Hiiih!“ Bestari mulai jengkel dan menghampiri Jade yang segera membentengi tubuhnya sendiri dengan kedua tangan. Menghalangi Bestari menampar dan memukulnya.
Bergumul di sofa setelah perdebatan yang panjang di pagi hari sambil menunggu mesin penggiling kopi bekerja. Jade sejak tadi membatah ucapan Bestari tentang pria aneh yang menabrak mereka semalam. Bantahannya lebih banyak dari hari-hari kemarin dan Bestari terlihat tidak sabar lagi menghadapinya.
“Huuum...“ Jade tertawa pelan dan saat itulah Bestari berhenti bergerak. Jade tidak lagi membentengi tubuhnya dari serangan. Namun tangannya kini memeluk pinggang Bestari yang ada di atasnya. Senyum pria itu menyadarkan Bestari bahwa posisi mereka benar-benar tidak pantas sekarang. Dia menahan napas dan beringsut pelan sementara Jade meneruskan rebah bersandar.
“Orang itu bukan siapa-siapa, Jade. Jadi, batalkan rencana memberi aku pengawal. Tolonglah.“
“Iya.“
Bestari melirik Jade. “Kenapa tidak dari tadi? Kita kan tidak perlu berdebat.“ Bestari mencebik lirih dan beranjak. Dia melangkah ke dapur dan menjerang air. Mesin penggiling kopi telah berhenti bekerja. Bestari menumpu kedua tangan di meja dan menoleh ke arah Jade yang sekarang berdiri dan memindahkan channel televisi. Bestari berpikir, masalah tentang ide memberinya pengawalan itu sudah selesai.
“Kalau belum, anak itu pasti akan ribut terus.“
Bestari mengambil gelas kopi dan mulai meracik. Dia beberapa kali menggeleng karena kepalanya terus berkecamuk. Bestari menuangkan air panas dan mengaduk kopinya ketika ponsel di sakunya berbunyi. Dia mengambil ponselnya dan membaca pop up pesan yang baru saja tertera di layar dan segera mematikannya lagi seraya menghela napas panjang. Bestari membawa dua gelas menghampiri Jade dan memberikan satu pada pria itu.
“Terima kasih.“
“Kamu tidak mau pergi ke manapun?“
“Ke mana?“
“Melakukan kegilaan? Bukankah orang super kaya selalu ada saja yang dilakukan?“
“Aku bingung harus bagaimana. Tidak banyak yang bisa dilakukan di kota ini karena aku sudah menjelajah semua.“
“Kamu pasti memiliki hari di jurnal untuk liburan.“
Jade menarik napas pelan. “Aku tetap menulisnya. Maksudku, Benally melakukannya namun pada prakteknya, aku tidak pernah pergi ke manapun.“
“Bukankah keluarga Leandro tersebar di seluruh penjuru dunia?“
“Huum...benar. Tapi...mungkin karena tidak ada yang menemani jadi aku malas pergi.“
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SANG ARUTALA
RomanceKepergiannya meninggalkan sepucuk surat untuk kakak perempuannya, menyisakan ratusan pertanyaan hingga bertahun-tahun kemudian. Ketiadaan kabar darinya hingga waktu yang lama, membuat semua orang berpikir, dia membutuhkan waktu untuk menata hidupnya...