BAGIAN 16. KISAH PATAH HATI DI KABIN TEPI PANTAI

966 256 25
                                    

Mohon maaf pagi-pagi update dan nadah tangan teman-teman. Saya dalam krisis. Pagi ini, ada obatnya Arrasid yang saya harus beli di luar dan tidak bisa dengan BPJS. Semoga ada yang berkenaan membantu. Saya benar-benar sudah tidak ada dana lagi. Sisa tenaga dan pikiran saja [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Begitu juga untuk HD besok. Demi Allah, belum ada dana sama sekali. Semoga ada yang masuk bersedekah pagi ini 🙏

Tolong dibantu doa juga ya. Terima kasih banyak sebelumnya 🙏

Selamat membaca teman-teman 🤍

*

Banyak macam cara seseorang mengalihkan kesedihan hati.

Perjalanan kembali ke pusat Manhattan dari Queens, berakhir di restoran Bunga Rampai. Restoran sudah nyaris tutup namun dengan senang hati, chef Fathin menyiapkan makan malam lengkap untuk mereka.

 Restoran sudah nyaris tutup namun dengan senang hati, chef Fathin menyiapkan makan malam lengkap untuk mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jade diam saja. Dia duduk dengan tenang dan menunggu. Hari ini menunya adalah nasi Padang komplit yang bahkan kata chef Fathin, Bestari tidak mampir ke sana untuk makan. Jade belum menyentuh makan malamnya. Bukan karena dia tidak lapar, tapi dia menunggu Bestari selesai mengambil gambar makanan itu. Baru setelah wanita itu memasukkan ponselnya kembali ke tas, Jade meraih sendok.

"Pakai tangan kosong, Jade."

Tatapan tajam Bestari yang mencuci tangan dengan air dalam mangkok stainless membuat Jade meletakkan kembali sendok dan garpu. Dia mengikuti apa yang dilakukan oleh Bestari. Tentu saja, makan dengan tangan kosong, dia sudah pernah melakukannya. Tapi dia tetap belum pandai melakukannya.

Nasi hangat dengan kuah rendang kental dan gurih. Jade jelas lebih menyukai rawon daging di atas apapun, tapi kali ini, citarasa gurih membuatnya makan dengan lahap. Perutnya juga sudah membiasakan diri dengan nasi dan lauk yang lebih dari satu macam saja. Bestari bahkan selalu memberinya bekal nasi komplit.

"Apa yang kurang darinya? Tidak ada. Karenanya, pria yang bahkan sudah menjatuhkan hatinya pada seorang perempuan jauh sebelum dia, merasa tetap memiliki hak untuk memperjuangkannya." Jade membatin kata-katanya sambil menatap Bestari yang makan dengan lahap tanpa berusaha menyembunyikan air yang berkaca-kaca di pelupuk matanya.

Jade ingin mengatakan bahwa kemarin ketika mereka membahas tentang standar seseorang yang diinginkan sebagai seseorang yang dekat dengannya, dia ingin bilang bahwa dia tidak neko-neko. Perempuan cantik yang bisa memasak. Itu saja. Dia tidak keberatan seandainya wanitanya kelak akan membuatnya gendut atau semacamnya.

Makan malam yang dilakukan cukup larut itu, ditingkahi suara chef Fathin dan salah satu anak buahnya yang membenahi meja kasir dan meja perabotan. Kedua orang itu nyatanya cukup mengerti bahwa situasi sedang tidak baik-baik.

Sejam berlalu ketika semua akhirnya bersih. Bestari bersikeras bahwa malam itu dia yang membayar semua dan chef Fathin mengangguk pada Jade. Pria itu seakan memberinya kode agar mengikuti saja apa kata Bestari dan semua akan baik-baik saja. Mereka berpamitan sesaat kemudian dan Bestari menarik lengan Jade.

CEO SANG ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang