39. Arti Kesempurnaan

2.4K 119 43
                                    

Siapa yang udah kangen? Bentar lagi tamat nih Perfect Wife!

Ayo kasih chapter ini banyak komentar!

Ayo kasih chapter ini banyak komentar!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremy-Anata sekarang 🤣





Pernah ada masa di mana Daniar membawa beberapa kotak berisi makanan ketika datang ke rumah Jeremy, berharap putranya bisa makan dengan baik. Kini giliran Jeremy dan Anata yang datang ke kediaman Daniar sambil membawa beberapa makanan untuk sang mertua, tanpa harapan apa-apa, sebab yang terpenting adalah penerimaannya.

Jeremy menggenggam tangan Anata erat, sedangkan tangannya yang lain membawa tas berisi makanan yang dimasak istrinya sebelum berangkat. Telapak tangan Anata basah oleh keringat dingin dan Jeremy mengerti mengapa itu terjadi. Jeremy biarkan telapak tangannya ikut banjir, asalkan Anata tidak merasa sendiri.

"Mau masuk sekarang atau nunggu dulu?" tanya Jeremy setibanya di depan pintu.

Anata diam sejenak sambil mengeratkan genggamannya, seketika ditusuk segenap kekhawatiran bila respons Daniar jauh berbeda. Meski Daniar pernah memohon pada Jeremy, orang tua Anata, dan Anata sendiri, bukan tidak mungkin sikapnya akan berubah dalam beberapa hari.

Anata menunduk sejenak, pejamkan mata saat embuskan napasnya yang berat, lantas menoleh pada Jeremy seraya berkata, "Sekarang aja, Mas. Aku udah yakin."

Jeremy mengulum senyum, mengecup dahi Anata untuk menyalurkan kekuatan, barulah memencet bel rumah Daniar sebagai formalitas. Mereka datang sebagai tamu, jadi Jeremy tidak mau sembarangan masuk. Tak butuh waktu lama untuk pintu terbuka, menunjukkan Daniar yang berdiri tegak dengan daster batik sepanjang mata kaki. Tubuh kurusnya tampak bugar, meski sorot matanya berubah sayu dan kehilangan ketajaman. Jeremy adalah orang yang pertama beliau tatap, barulah Anata yang tegang saat mereka bersitatap.

"Bu, udah sehat?" tanya Jeremy seraya mencium punggung tangan Daniar.

Wanita itu mengangguk. "Udah," katanya, kembali labuhkan pandangan pada Anata yang turut mencium tangannya.

"Siang, Ibu. Maaf kami dateng nggak bilang-bilang," tutur Anata yang matanya sedikit liar menekuri lantai, tak berani bertegur sapa seperti yang sudah dilatihnya saat masih di rumah.

Daniar lagi-lagi mengangguk, mempersilakan Jeremy dan Anata masuk setelah pintu tertutup.

"Ini aku bawain masakan Anata buat kita makan. Ibu udah makan atau belum?" Suara Jeremy terdengar riang, kontradiktif dengan jantungnya yang bergemuruh ketakutan.

Tak dapat dimungkiri, Jeremy menelan perasaan yang sama seperti Anata, tetapi dia harus berdiri tegap untuk melindungi istrinya bila ada serangan tiba-tiba.

Beruntung itu semua tidak terjadi karena Daniar malah berucap, "Ibu belum makan."

"Kalau gitu makan sekarang aja, yuk?" tawar Jeremy selaku penengah. "Ini masakannya masih anget."

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang