5. Manis Getir

2.1K 153 80
                                    

Selamat datang di chapter 5! 

Besok Perfect Wife libur dulu, jadi kasih banyak cinta untuk chapter ini, ya <3

Selamat membaca ^^

"Packaging cushion yang baru ini warna pink, kalau bisa model jangan pake baju yang warnanya terlalu mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Packaging cushion yang baru ini warna pink, kalau bisa model jangan pake baju yang warnanya terlalu mencolok. Background juga jangan terlalu senada, ya, sama foto produk. Kalau bisa warnanya lebih kalem lagi biar produknya lebih ke-highlight."

Sembari membawa lembaran kertas hvs berisi rancangan photoshoot hari ini, Jeremy memberikan arahan pada fotografer yang mengambil foto produk baru dari sebuah brand lokal dan akan diluncurkan bulan depan. Beberapa model masih sibuk di ruang rias, maka produk jadi objek pertama yang difoto.

Studio mulai sibuk ketika sesi foto dimulai, sedangkan Jeremy mengamati hasil foto pada layar laptop. Dua jari Jeremy memperbaiki bingkai kacamatanya setiap kali hasil foto baru ditunjukkan, sesekali mengeluarkan komentar setiap ada foto yang masih kurang sesuai dengan ekspektasinya.

Saat para model untuk sesi berikutnya keluar, ponsel Jeremy di saku celana bergetar dan berhasil membuat konsentrasinya buyar. Ia tinggalkan area foto ketika getaran itu tidak kunjung berhenti, menjauhi kerumunan studio seraya merogoh ponsel dan melihat kontak Daniar di sana.

"Halo, Bu," panggil Jeremy yang memutuskan keluar dari studio dan keadaan sekitar jadi lebih tenang.

"Udah sebulan kamu nggak ada ke rumah Ibu. Kamu nggak kangen sama Ibu?"

Jeremy bersandar pada dinding putih dan menatap dinding berwarna sama di seberangnya. "Aku lumayan sibuk belakangan ini, Bu. Maaf belum bisa ke rumah."

"Sibuk kerja apa sibuk berduaan sama Anata?"

Senyum Jeremy mengembang kala nama istrinya disinggung, istri yang telah dia nikahi satu bulan lebih.

Sayang, senyum itu hanya bertahan beberapa saat karena lenyap ketika Daniar kembali bertanya, "Istri kamu masih kerja?"

"Kerja, Bu. Kami sering berangkat sama pulang bareng."

Terdengar decakan di seberang sana, sontak saja Jeremy menarik napas panjang dan menyiapkan telinga untuk mendengar kalimat Daniar selanjutnya.

"Kirain nggak akan lanjut kerja. Sekarang 'kan udah ada suami. Bisa nggak ngurus rumah kalau kerja gitu?"

Sudah satu bulan Jeremy dan Anata pindah ke rumah baru, beberapa kali Daniar menghubungi atau lebih dulu dihubungi putranya untuk saling bertukar kabar. Sebelum ini, Daniar hanya bertanya seadanya tentang Anata, membuat Jeremy berpikir keputusannya untuk pindah lebih cepat sudah benar. Kini Daniar menyinggung lagi sesuatu yang ingin Jeremy bungkam sambil berharap Anata tidak akan mendengarnya secara langsung.

"Kami urus semuanya bareng-bareng. Rencananya aku mau sewa ART."

"Masa sewa ART? Kamu biarin Anata nggak mandiri, dong."

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang