17. Uluran Tangan

1.3K 112 58
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya <3

Biar aku makin semangat <3

Ada satu klien Anata yang melaksanakan pernikahan saat weekday, hari yang tak lazim untuk mengadakan pesta meski sering dilakukan beberapa orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada satu klien Anata yang melaksanakan pernikahan saat weekday, hari yang tak lazim untuk mengadakan pesta meski sering dilakukan beberapa orang. Alhasil Anata harus berada di lokasi untuk membantu klien mengenakan gaunnya, tak lupa jadi dokumentasi untuk diunggah ke sosial media.

Mengira semua akan berjalan cepat, nyatanya jadwal sedikit berantakan karena MUA yang disewa datang sedikit terlambat. Akibatnya Anata harus mendekam sedikit lebih lama sampai gaun siap dipakai dan sialnya dia harus melewatkan waktu pergi ke rumah Daniar untuk menghadiri tujuh bulanan Karin.

Kala dilema melanda, Anata memilih ke toilet hotel dan menghubungi Jeremy di sana. Tak butuh waktu lama untuk Jeremy menjawab panggilan Anata.

"Mas, udah ke rumah Ibu?" tanya Anata seraya memandangi dirinya di cermin toilet.

"Belum, Sayang. Aku mau jemput kamu dulu. Kan mau bareng."

Anata melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, menimbulkan resah ketika waktu berjalan terlalu cepat. "Duluan aja. Kalau ke sini harus muter dari tempat kamu. Mana macet. Ditambah kerjaan aku belum beres, aku nggak mau kamu telat. Nanti aku nyusul aja."

"Enggak apa-apa, kamu 'kan nggak boleh sendirian."

"Iya, tapiㅡ" Anata embuskan napas berat dan menunduk saat nyeri di kepalanya kian menyiksa. "Aku nyusul aja. Ibu pasti lebih nungguin kamu."

"Suara kamu kedengeran berat." Nada bicara Jeremy mulai serius menyadari ada yang ganjil dari istrinya. "Kamu istirahat aja, ya. Enggak masalah belum bisa ikut."

Anata menggeleng dan menatap wajahnya di cermin yang memutih seakan riasan tipis tak sanggup menutupi. Tenaganya mulai hilang, padahal tadi masih sanggup berdiri tegak di depan klien. Kini tubuhnya nyaris rubuh dan Jeremy di seberang sana sadar betul Anata tak sebaik itu.

"Aku harus nyusul. Nanti udah nggak apa-apa kok, Mas. Sekarang kamu langsung ke rumah Ibu, terus aku kabarin pas mau berangkat, ya."

"Beneran bisa sendiri? Aku khawatir kamu tumbang."

Anata tertawa renyah untuk sembunyikan nyeri di badan, baik itu karena lelah dan ketakutan akan bertemu Daniar. Toh, dibandingkan tumbang di tengah jalan, Anata jauh lebih takut rubuh di depan keluarga suaminya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang