31. Try Again

2K 164 87
                                    

Chapter ini 2,6k kata lebih, sengaja banyak biar kalian kenyang xD

Ini part sebelum Anata ketemu sama Daniar, ya

Selamat membaca ❤️

Jeremy setengah yakin saat menyetir mobil dari Ibu Kota ke daerah Puncak tempat vila mertuanya sebab mengira Anata ada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremy setengah yakin saat menyetir mobil dari Ibu Kota ke daerah Puncak tempat vila mertuanya sebab mengira Anata ada di sana. Semua dugaan itu melayang karena Jeremy tahu Anata akan meminta bantuan pada orang tuanya saat masalah sudah memuncak. Ditambah lagi Jeremy sempat meminta bantuan pada Lina, mertuanya, untuk menghibur Anata yang telah disiksa oleh Daniar. Maka bukan tidak mungkin kepergian Anata ini memang direncanakan oleh Lina juga.

Tidak apa-apa, Jeremy tidak menyalahkan siapa-siapa. Bila itu yang istrinya butuhkan, Jeremy mendukung penuh kepergiannya. Namun, kesabaran Jeremy akan siksaan pasca ditinggalkan sudah sulit ditanggung, semuanya harus dibayar dengan bertemu. Bila ada tinju yang melayang dari Armanㅡyang Jeremy yakin sudah tahu semuanyaㅡdia siap menerimanya berkali-kali. Pasalnya hanya satu yang tidak akan pernah Jeremy terima; perpisahan dengan Anata.

Jeremy tiba pukul sepuluh, melewati gerbang yang tergolong kecil sebagai akses menuju tempat tinggal mertuanya. Walaupun baru dua kali datangㅡsaat proses pernikahan dan menikahi AnataㅡJeremy ingat dia tidak boleh masuk melalui gerbang besar yang dibangun khusus wisatawan kala menginap. Vila yang ditutup pepohonan rindang itu tampak mungil dan kokoh, pelatarannya pun hanya cukup untuk dua mobil. Lain sekali dengan tempat-tempat lain yang masih dimiliki orang tua Anata, aksesnya lebih besar karena tempat itu untuk wisatawan yang menginap.

Jeremy embuskan napas berkali-kali setelah mobil terparkir dan mesin dimatikan, matanya lurus menatap pintu kayu yang tertutup rapat. Seharusnya di dalam sana ada Anata, sedang bersantai dan bercengkerama bersama orang tuanya. Jika suara dari luar sampai ke dalam, Anata dan orang tuanya pasti tahu ada mobil yang tiba-tiba berhenti tanpa diundang. Jeremy mencengkeram setir kuat-kuat, mengisi daya sebelum menghadap semua orang di dalam vila. Andai saja bisa, Jeremy ingin langsung memeluk Anata dan menuntaskan rindunya. Namun, Jeremy sadar dia harus melangkahi mertuanya yang tidak mungkin memberi kesempatan dengan mudah.

Maka setelah kesiapannya terkumpul, Jeremy keluar dari mobil, melangkah ringan dengan nyali yang dihimpun sekujur badan, meyakinkan diri bahwa Anata ada di sana dan akan segera dia temukan. Tak apa jika harus menerima makian, asalkan setelahnya terbayar dengan pertemuan.

Jeremy berdiri di depan pintu yang meninggalkan kesan dingin, baik itu karena cuaca Puncak dan waktunya bertarung dimulai. Jeremy menegakkan bahunya, berusaha relaks saat tangannya terangkat untuk memencet bel di sisi pintu, mengenyahkan cemas yang datang beruntun dengan ragu.

Anata pasti di sini, aku yakin. Mantra itu terus Jeremy pupuk dalam diri, lantas jarinya memencet bel satu kali dan mundur dua langkah saat mendengar langkah kaki dari dalam. Bibir Jeremy yang kaku dipaksa tersenyum, jantungnya bertalun hebat sebab yang dirindukan akan segera muncul. Sayang, senyum itu harus pupus saat pintu terbuka, sebab muncul sosok lain yang membuat jiwa Jeremy lenyap dari tubuhnya.

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang