20. Tak Pernah Memihak

1.6K 117 60
                                    

Hari ini update, besok izin libur dulu ya, <3

Selamat membaca ^^

"Aku pengin ajak kamu pindah, Anata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pengin ajak kamu pindah, Anata. Jauh dari Ibu, jauh dari orang-orang yang nyakitin kamu. Mau?"

Permintaan Jeremy yang cukup mengejutkan itu tidak langsung Anata respons, bahkan tak ada ekspresi tertentu yang Anata tunjukkan, telanjur heran mendapati kemauan yang tidak pernah terlintas di benak wanita itu. Anata berdeham, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba saja kering, baru kembali menatap Jeremy yang menunggu jawabannya.

"Mas yakin soal pindah?"

Tak perlu berpikir lama bagi Jeremy untuk mengangguk, baginya keputusan pindah bukan sesuatu yang harus dipertimbangkan terlalu lama.

"Aku yakin banget, Anata." Jeremy mengusap puncak kepala istrinya yang masih tidak memercayai pendengarannya sendiri. "Aku pikir itu bisa jadi solusi buat semua kejadian yang nimpa kamu. Aku nggak mau kamu kena omongan jelek dari Ibu lagi, entah itu langsung atau nggak langsung."

"Tapi ... rumah ini gimana? Ini 'kan rumah hasil kerja keras kamu, Mas. Kamu selalu bangga sama rumah ini." Tersirat keraguan dari respons Anata, dia bahkan menganggap pindah sebagai keputusan yang terlalu gegabah untuk sekarang. "Kerjaan kita juga nggak mungkin ditinggalin gitu aja. Aku belum tentu bisa mindahin studio ke tempat lain tiba-tiba, Mas. Banyak yang udah bergantung di sini. Lagian ... kamu yakin pindah bisa jadi solusi?"

"Aku yakin," balas Jeremy yang lagi-lagi tanpa berpikir.

Anata meletakkan sendoknya, mencoba mengurai semua yang terjadi pada rumah tangganya. Selama ini, Anata yang jadi korban akibat dianggap tidak layak, selalu salah di mata Daniar yang tidak henti bicara hal-hal buruk padanya. Daniar selalu memiliki cara untuk membuat Anata jadi yang paling salah, langsung atau secara virtual, beliau tak pernah gagal memberi luka.

Pindah memang terdengar sangat menggiurkan, Anata sendiri yakin Daniar tidak akan mengejar mereka jika pergi jauh. Namun, itu lebih seperti menghindar alih-alih menjadi penyelesaian, sebuah tindakan yang bisa saja menimbulkan masalah lainnya. Anata meraih tangan Jeremy yang terlipat di bawah meja, menabur senyum saat sang suami menanti jawaban dengan harap-harap cemas.

"Mas, kalau emang mau pindah, kita harus pikirin Ibu dulu. Aku nggak mau kepindahan kita jadi nambahin masalah dan hubungan kamu sama Ibu jadi lebih buruk. Kita juga harus pikirin kerjaan, risikonya apa nanti kalau pindah, apalagi milih pindah jauh. Aku hargai kemauan kamu buat jagain aku, tapi pindah ini bukan urusan kecil. Sekarang kita beresin dulu semua sama Ibu, ya, Mas. Setelah beres, baru kita pikirin mateng-mateng soal pindah ini."

Sesungguhnya Jeremy sudah sangat siap untuk pindah, bahkan dia merasa tak perlu memikirkan ibunya sejauh itu. Bukan Jeremy ingin menjadi anak yang kejam setelah puluhan tahun dirawat, dia hanya ingin bertindak lebih tegas yang mungkin saja itu berhasil membungkam Daniar. Namun, mendengar respons Anata satu ini membuat Jeremy sadar bahwa yang mereka hadapi memang tidak sederhana, satu per satu harus selesai sebelum memulai lagi dari awal tanpa membuka masalah baru. Terutama soal Daniar yang paling dihindari sekarang.

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang