4. Prioritas

2.3K 184 66
                                    

Selamat datang di chapter 4!

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian <3

Denting peralatan yang lantang menarik Jeremy kembali ke dunia nyata setelah lama berselancar di dunia mimpinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Denting peralatan yang lantang menarik Jeremy kembali ke dunia nyata setelah lama berselancar di dunia mimpinya. Mata yang berat itu dipaksa terbuka akibat terganggu oleh suara di luar tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. Kamar masih gelap sebab tidak ada sedikit cahaya yang menyelinap dari luar, tidak ada pula ayam berkokok untuk membangunkan para manusia yang masih pulas menikmati istirahat.

Jeremy tahu ini masih terlalu dini untuk memulai hari, tetapi dia tidak bisa mengabaikan kebisingan di luar kamar ketika yakin pelakunya orang terdekat. Jeremy lirik Anata yang berbaring telentang di sampingnya, tidak goyah oleh suara apa pun kecuali ini sudah jadwalnya untuk bangun.

Jeremy perlahan bangkit dan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah istrinya, ia pun menarik selimut hingga sebatas leher dan memberi kecupan di dahi Anata agar mimpinya di sana tetap indah. Setelah membasuh wajah dan memeriksa jam yang baru menunjukkan pukul empat kurang, Jeremy lantas keluar dari kamar dan mendekati sumber suara yang asalnya dari dapur.

Benar saja. Jeremy menemukan Daniar, ibunya, tengah berjibaku dengan alat masak dan alat makan yang dicuci di bak cuci. Gerakan kasar dan peralatan yang ditumpuk asal menimbulkan suara keras, terlebih ketika peralatan itu disabuni berkali-kali seolah sengaja menciptakan keributan untuk membangunkan semua orang yang ada di rumah.

Jeremy segera berdiri di samping Daniar dan mengambil alih piring yang ada di tangan ibunya. "Biar aku aja kalau Ibu nggak mau."

Daniar membeliak mendapati Jeremy yang terbangun, lalu menarik kembali piring itu ke tangannya. "Harusnya bukan kamu yang bangun, Jeremy. Istri kamu tuh yang doyan tidur," ucap Daniar ketus yang mulai membilas piring dengan air dan meletakkannya di rak pengering.

"Ibu udah nyuruh istri kamu cuciin ini semua semalem, tapi nggak ada yang dikerjain. Sekarang Ibu yang harus repot."

Jeremy ketatkan rahang sambil mengendalikan napasnya yang mulai terasa berat akibat emosi tiba-tiba bangkit tanpa diundang. Jeremy matikan keran air yang menyala maksimal, meraih lagi gelas yang akan dibilas dari tangan Daniar dan meletakkannya di bak cuci agar mereka bisa bicara tanpa diganggu oleh suara lain.

"Semalem kita udah obrolin ini, tapi kenapa Ibu masih gini juga?" tanya Jeremy yang mulai letih dengan sikap ibunya. "Semua piring sama alat masak dicuciin Anata sebelum kita ngobrol. Jeremy saksinya, setelah itu bawa Anata ke kamar biar tidur. Sekarang ngapain, sih, Ibu repot-repot begini buat ngebohong? Sengaja buat gangguin Anata tidur?"

"Iyalah!" jawab Daniar terang-terangan sambil berbalik menghadap Jeremy. "Dia itu nggak bisa jadi istri, Jeremy. Dia nggak ngurusin kamu dengan baik. Ngurus rumah aja nggak becus dan harus disuruh dulu. Udah gitu nggak bisa masak. Mau makan apa kamu setelah pindah nanti?"

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang