8. Standar Sendiri

1.6K 140 63
                                    

Siapa yang udah kangen?

Selamat membaca ^^

Jeremy letakkan kontak bekal di meja tempat Raihan sudah menunggunya, berlari secepat kilat keluar kantin untuk mengejar Anata yang langkahnya sudah lebih dulu di depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremy letakkan kontak bekal di meja tempat Raihan sudah menunggunya, berlari secepat kilat keluar kantin untuk mengejar Anata yang langkahnya sudah lebih dulu di depan. Jeremy tak mungkin bungkam lebih lama setelah tertangkap basah, maka dia biarkan perutnya berbunyi tanpa henti asalkan Anata bisa dia raih.

Beruntung usahanya tidak sia-sia, Jeremy berhasil mengejar Anata setibanya mereka di luar, segera memboyong istrinya ke mobil yang terparkir di depan gedung lima lantai itu. Tanpa berkata apa-apa, Jeremy membiarkan Anata masuk lebih dulu, lalu dia menyusul duduk di kursi pengemudi sambil berusaha menetralkan napas yang putus-putus.

Jeremy nyalakan mesin agar AC membekukan titik-titik peluh di dahi mereka, dia baru menoleh pada Anata yang menunduk dengan ekspresi datar dan air menggenang di pelupuk mata. Jeremy raih tangan Anata yang mendadak kaku kala digenggam, tetapi dia tak berpikir untuk melepas sebelum istrinya mau mendengarkan.

Kendati begitu, Jeremy tahu bicara saat Anata dilanda pilu bukan pilihan bagus. Maka Jeremy menawarkan hal lain yang mungkin bisa sedikit menarik hati. "Aku anter ke studio, ya."

"Enggak usah." Anata menarik tangannya dari Jeremy ketika melanjutkan, "Aku naik taksi. Mending kamu di sini dan makan bareng Raihan."

Kata makan tiba-tiba menimbulkan mual di perut Jeremy sebab Anata mengucapkannya sedingin es yang sukar mencair. Anata bahkan tak menatapnya ketika bicara, tangannya saling mengepal dan menolak untuk kembali digenggam.

"Biar aku anter aja. Sekalian aku jelasin."

"Enggak usah, Mas. Aku mau sendiri. Aku nggak sanggup berduaan sama kamu pas lagi panas gini," ucap Anata dalam satu tarikan napas. Masih enggan menatap Jeremy, tetapi pria itu tahu mata istrinya memerah menahan segenap emosi.

Belum lama mereka saling melepas rindu, dalam sekejap hampir saja membuat ricuh. Jeremy akui ini karena ulahnya dan tidak menyangka Anata akan menyaksikannya.

"Oke, hati-hati. Nanti aku jemput, ya," tutur Jeremy yang pasrah, menyadari mereka belum bisa berbincang saat salah satu sukar menerima yang dilihatnya.

"Pulang masing-masing aja. Hari ini aku mau pulang cepet."

Anata keluar tanpa mengucapkan sampai jumpa, langkah teratur yang biasa diambil itu berubah tergesa dan menghilang begitu saja tanpa berharap akan dikejar lagi oleh suaminya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang