keinginan memiliki anak

189 5 0
                                    



****

" Umah? ." Gus Dur menghampiri ustadzah Aisyah yang saat ini tengah menggendong Langit karena saat ini petir dan Aqila sedang pergi membeli beberapa keperluan mereka sebab besok mereka sudah harus kembali pulang ke rumah.

Ustadzah Aisyah yang semula fokus menimang nimang bayi mungil nan imut itu lantas mendongakkan kepalanya menatap sang putra yang sudah berada tepat di hadapannya.

" Apa apa? ." Tanya ustadzah Aisyah dengan heran. Wajah putranya itu seperti sedang mencari cari sesuatu dan tidak di temukan. Sehingga wajahnya terlihat begitu kusut.

" Nazifah mana? Syam cariin tapi ga ada ketemu ." Celetuk Gus Dur. Pria itu langsung mendusel dusel di tubuh sang umah. Tangannya pun bergerak untuk mengelus pipi chubby milik sang adik ipar yang masih bayi.

" Nazifah ikut sama ayah bundanya. Katanya mau beli jajan " balas ustadzah Aisyah. Pandangannya kembali mengarah pada sosok bayi di dalam dekapannya.

Terdengar suara helaan nafas kasar dari Gus Dur. " Huh...! Jajan aja pikirannya. Di kasih hafalan bukannya di hafal! ," Ketus Gus Dur

Ustadzah Aisyah cekikikan mendengar keluhan putranya. ini sudah kesekian kalinya putranya itu mengeluhkan Nazifah semenjak mereka sudah menikah.

Baru saja 5 hari mereka menikah, namun putranya itu terus saja menyebut nama nazifah. Entah itu hal menyebalkan yang di perbuat oleh menantunya itu ataupun mencari keberadaan Nazifah.

Kalimat yang selalu keluar dari mulut Gus Dur selama 5 hari ini hanya berputar sekitar Nazifah saja. Bukannya marah atau kesal, ustadzah Aisyah malah senang sebab dirinya sudah dapat menyimpulkan bahwa putranya itu sudah mulai menaruh rasa terhadap sang menantu.

" Langit lucu kan umah ." Ujar Gus Dur tiba tiba saja membuat ustadzah Aisyah yang sedang melamun lantas menolehkan kepalanya menatap ke arah sang putra.

Gus Dur sama sekali tak menghiraukan tatapan umahnya namun matanya masih tetap fokus menatap pada bayi mungil yang di gendong oleh umahnya . Bayi yang mungkin seharusnya ia sebut anak namun malah menyebutnya sebagai adik ipar.

Entah bagaimana jadinya jika dalam kurung jangka waktu yang dekat Nazifah hamil dan melahirkan sehingga otomatis perbedaan umur yang ada di antara anak dan adik iparnya tak terlalu jauh.

" He'um lucu ." Sahut ustadzah Aisyah kemudian.

" Lucu ga sih umah kalau misalnya Dursyam juga punya anak dalam waktu dekat. Trus nanti pas lahir, umurnya ga jauh beda sama umur adiknya Nazifah ."

" Emang kamu udah ada niatan mau punya anak? ." Tanya ustadzah Aisyah dengan sangat tiba tiba. Gus Dur pun lantas mengarahkan pandangannya pada ustadzah Aisyah. Matanya berkedip berkali kali masih berusaha untuk memahami kalimat ucapan umahnya.

" Kalau misalnya Dur bilang udah ada niatan, umah marah gak? ." Katanya . Gus Dur langsung mengubah posisi duduk nya menjadi tegap sebab faham bahwa pembicaraan mereka saat ini membahas suatu hal yang sangat serius.

Ustadzah Aisyah menghela nafasnya pelan, bingung hendak mengatakan apa . Sebenarnya dirinya pun ingin sang menantu alias Nazifah segera hamil sebab ustadzah Aisyah sudah mengharapkan seorang cucu dari putra kedua nya itu.

Saat ini memang ustadzah Aisyah dan ustadz habib sudah memiliki 2 cucu namun kedua cucunya berada sangat jauh dengan mereka. Bagaimana tidak jauh? putra, menantu dan kedua cucunya tinggal di kota Tarim sedangkan mereka berada di Indonesia.

Putra pertamanya itu pun sudah lama tidak datang berkunjung . Namun ustadzah Aisyah dan ustadz habib memaklumi itu sebab putranya adalah seorang dosen di sana sedangkan menantunya seorang guru untuk sekolah menengah pertama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Santriwati tengil pemikat hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang