***
" Astaghfirullah kenapa malah jadi terus mikirin Nazifah sih ni otak! ." Sedari tadi, Gus Dur terus saja mengoceh semasa dalam perjalanan menuju masjid besar pondok pesantren Al Qalam. Bahkan hingga sudah duduk dengan tenang di dalam masjid pun pikirannya masih berputar mengenai Nazifah.
Waktu shalat ashar akan di mulai sekitar 20 menit lagi sehingga Gus Dur memilih untuk menguji hafalannya, menjaganya agar tidak hilang . Sebab menghafal lebih mudah dari pada mempertahankannya agar tidak hilang dari otak. Apabila sehari saja tidak melakukan muroja'ah maka ayat Alqur'an itu bisa dengan mudah terbalik atau berlarian. Contohnya jika membaca surah At-Tin maka bisa tiba tiba berlari ke surah al-asrh
Namun fokus Gus Dur dalam menghafalkan ayat ayat Alqur'an nya buyar begitu saja sebab pikirannya yang tidak mau bekerja sama dengan konsentrasi nya.
Sungguh sangat menjengkelkan.
Jika dulu Gus Dur selalu memikirkan Nazifah karena ulahnya yang selalu membuat kesal diri Gus Dur, maka entah mengapa kini justru berbeda.
Gus Dur tak lagi memikirkan Nazifah karena kenakalannya apalagi sifat tengilnya melainkan ada sesuatu yang tidak bisa Gus Dur deskripsi kan mengenai perasaannya yang sungguh tidak ingin jauh sebentar saja dari istri tengilnya itu.
Dulu dirinya mewanti wanti agar jika bisa, jangan sampai bertemu dengan wanita itu namun kini nyatanya malah dirinya tidak bisa berjauhan dengan Nazifah.
Entah hal gila apa yang mulai merasuki hati dan pikirannya. Semenjak dirinya sudah mengambil kesucian Nazifah tadi malam, membuatnya benar benar tidak sanggup berjauhan dengan wanita itu sebentar saja.
Bukan berarti dirinya hanya menyukai tubuh Nazifah bukan! Bukan berati pula mencintai tubuh Nazifah. Namun entah mengapa rasanya ada sesuatu yang mulai tumbuh di hatinya . Seperti sekuntum bunga yang mulai mekar. Namun Gus Dur juga tidak ingin meyakini bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada istrinya itu sebab ini masih terlalu cepat baginya jika langsung mendeskripsikan perasaan cintanya.
" Astaghfirullah Dursyam... ," Kesalnya . Gus Dur kembali menggeleng gelengkan kepalanya. Berusaha menepis pikirannya yang terus saja tertuju pada istrinya. Berusaha untuk tetap konsentrasi namun nyatanya tetap saja tidak bisa hingga membuat Gus Dur menyudahi muroja'ah nya dengan wajah kusut dan kesal.
" Bisa beneran gila aku...! " Ucapnya dengan kesal
" Assalamualaikum ." Suara seseorang yang mengucapkan salam membuat Gus Dur dengan cepat mengarahkan pandangannya pada sumber suara . Hingga matanya tertuju pada seorang pria yang tidak di kenal olehnya, yang secara perlahan lahan memasuki masjid.
Alis Gus Dur menyerngit bingung menatap pria itu. Wajahnya terlihat tidak asing namun tetap saja Gus Dur tentunya tak mengenal pria itu.
" Gus Dursyam kan? Anaknya ustadz habib? ," Ujar pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah ustadz Yusuf. Pria itu mengulurkan tangannya hingga membuat Gus Dur yang semula keheranan lantas menyambut uluran tangan itu.
Kepalanya mengangguk pelan membenarkan perkataan ustadz Yusuf. " Kamu siapa? ," Tanya Gus Dur begitu penasaran.
Ustadz Yusuf hanya tersenyum manis hingga menampakkan lesung pipitnya. " Saya Yusuf al-jabani khairiah ." Jawabnya dengan ramah
Sesaat, Gus Dur tampak seperti mengingat ingat siapa pria di hadapannya bahkan hingga membuat Gus Dur menatap ustadz Yusuf dengan wajah yang sangat serius.
" Oh.... Jadi kamu orangnya " celetuk Gus Dur saat sudah menyadari siapa sosok pria yang ada di hadapannya.
Tadi, abahnya memang sempat memberi tahunya mengenai kedatangan seorang tamu di pondok pesantren mereka. Ustadz habib juga menunjukan wajah tamu itu. Itu sebabnya Gus Dur merasa wajah pria di hadapannya sangat tidak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santriwati tengil pemikat hati
Ficção Adolescentemenceritakan tentang seorang gadis belia yang memiliki sifat tengil namun mampu menarik seorang Gus , putra dari pemilik pesantren. Nazifah Permatasari sagaraskar, putri dari mantan mafia bernama petir sagaraskar, gadis muda yang terpaksa menginjakk...