Unboxing Warning 18±

459 1 0
                                    



****

" Hhhhhff ." Nazifah menarik nafas dengan rakus saat ia kembali mendapatkan kesempatan untuk bisa sekedar menarik nafas setelah Gus Dur akhirnya melepaskan tautan bibir mereka.

Wajahnya benar benar merah padam, entah perasaan apa yang mulai menjalari perasaannya. Berbeda dengan Nazifah yang tampak rakus mengambil oksigen, Gus Dur malah terlihat sangat santai . Matanya fokus menatap wajah Nazifah yang masih mengatur nafas.

Setelah memastikan sudah bisa bernafas dengan sedikit lega, Nazifah menatap Gus Dur yang juga sedang menatap dirinya hingga terjadilah aktivitas saling menatap satu sama lain.

" Saya menginginkannya Nazifah! Bisa kah saya mengambilnya Malam ini juga?! ," Wajah gus Dur di setel dengan tampak memelas dan mengiba

Jujur saja, hasratnya sebagai seorang lelaki normal kini telah bangkit sepenuhnya. Jika sampai hasrat itu tidak terpenuhi maka akan berakibat buruk bagi kesehatan tubuhnya.

Gus Dur langsung menyunggingkan senyumnya saat mendapatkan sebuah anggukan kepala yang terlihat sangat samar namun itu sudah cukup jelas untuknya.

Tampa mengatakan sepatah kata pun, Gus Dur kembali meneruskan aktivitas nya bahkan sampai lupa dengan aturan aturan yang tertera dalam sebuah kitab yang pernah ia pelajari. Aturan menyetubuhi seorang istri dan kewajiban utamanya sebelum menggapai surga dunia yaitu shalat 2 raka'at.

Hasratnya mengalahkan akal sehatnya namun yang terpenting adalah Nazifah memang sudah halal hukumnya untuk ia sentuh sehingga tidak menimbulkan sebuah zina .

**

" Gushhh ud-ahh... Nazifahhhh cape emhhhhh ." Erang Nazifah dengan lirih di saat merasakan tubuhnya sudah benar benar letih.

Jarum jam pun sudah menunjukan pukul setengah 3 dini hari namun tampaknya Gus Dur terlalu keasikan hingga lupa diri. Bayangkan saja, mereka memulai kegiatan tepat pada pukul 09.56 dan kini sudah pukul 02.38 . Entah berapa lama pria itu asik menikmati tubuh mungil sang istri.

Nazifah yang biasanya tampak menjengkelkan kini justru terlihat sangat menggoda hasrat ke lelakiannya hingga lupa diri dan tidak ingat waktu.

" Arghhhhhhhhhhhh ." Lenguhan panjang keluar begitu saja dari mulut Gus Dur setelah berhasil menyemburkan benih ke dalam rahim Nazifah . Entah sudah berapa kali lelaki itu menanamkan benihnya, bahkan hingga tak terhitung jumlahnya.

Tubuhnya langsung ambruk menimpa tubuh mungil Nazifah, namun setelah itu Gus Dur langsung mengubah posisinya hingga kini dirinya yang berada di bawah tubuh Nazifah . Merasa kurang nyaman karena takut kejantanannya kembali bereaksi dan malah kebablasan, Gus Dur memilih untuk meletakkan Nazifah di sampingnya hingga akhirnya mereka tertidur dengan posisi berpelukan Tampa mengenakan busana sedikitpun.

***

" Enghhh ," Nazifah melenguh kecil sembari mendusel duselkan hidungnya di dada bidang Gus Dur. Namun matanya masih tertutup hingga dirinya perfikir bahwa tempatnya mendusel adalah sebuah bantal.

Gus Dur hanya tersenyum kecil, entah mendapat dorongan dari mana dengan beraninya tangan Gus Dur terulur untuk mengelus Surai rambut hitam legam nan halus istrinya yang masih betah tertidur padahal jam sudah menunjukan pukul 06.12. jam masuk sekolah hanya tersisa 3 menit lagi namun Gus Dur memang sengaja tidak membangunkan Nazifah.

Sadar bahwa dirinya lah penyebab Nazifah bangun kesiangan hari ini sebab wanita itu baru bisa tertidur dengan nyenyak pukul 03.02 . Malam tadi setelah selesai menggapai kenikmatan surga dunia, Nazifah tidak bisa tidur dan terus saja mengeluh sakit pada bagian area sensitif nya hingga setelah beberapa menit kemudian baru lah bisa tidur dengan nyenyak.

Santriwati tengil pemikat hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang