Di pagi yang Sangat cerah dengan langit yang membiru, Langit terbangun karena usapan pelan dari tangan hangat seorang wanita yang merawatnya dari masih bayi.
pemuda itu mengerjapkan matanya, dan melihat sang ibu yang kini tersenyum lembut.
"Mami?"
Lusi tersenyum "ayo bangun, kamu bikin khawatir mami tadi malem" ujar Lusi.
Langit mencoba mengingat kembali kejadian tadi malam seperti kaset rusak.
"Bang Rakha mih" panik langit ketika mengingat sang kakak.
"Dia di kamar, lain kali, jangan pergi malam lagi, jangan mau ikut bergaul dengan teman teman preman Rakha"
"Ha?? Maksud mami apa?" Langit bangkit dari berbaringnya membuat tubuh Lusi sedikit menjauh.
"Semalem kamu mabuk langit, dan itu karena kamu bergaul dengan teman teman preman Rakha, iya kan?"
Langit menggeleng ribut, "mami salah" sanggah langit membuat Lusi mengerutkan dahinya.
"Apa maksud kamu?"
"Ini bukan salah mereka, langit pergi bal-" kalimat langit tertahan, sedangkan Lusi mengangkat kedua alisnya meminta penjelasan.
"A-aku," langit menggigit bibir bawahnya, ia tak mungkin membongkar semuanya, tentang apa yang selama ini langit sembunyikan dari wanita yang kini ada di depannya.
"Kenapa langit?"
Langit menggeleng pelan sebelum beranjak pergi kedalam kamar mandi, menyisakan Lusi yang menatapnya heran.
.
.
.Di sebuah meja makan yang telah berisikan empat orang terkesan hening, aura mencekam jelas terasa, bahkan kini langit tak bisa berkutik ketika netra sang ayah yang menghunus tepat padanya.
"Kenapa dengan motor kamu?" Damar mengangkat suara, ketika kedua anaknya sama sekali tidak ada niatan untuk menjelaskan.
Langit melirik takut takut pada damar kemudian menatap sang kakak yang masih terdiam dengan wajah datar.
"Aku.."
"Langit di begal" celetuk rakha membuat si empu melotot horor, sedangkan Lusi sudah berteriak histeris.
Damar menepuk keningnya.
Dengan raut khawatir Lusi menghampiri langit dan meneliti tubuh sang anak.
"Ya ampun kamu ngga papa kan sayang?" Lusi menatap langit dalam.
"Ngga papa kok mih" jawab langit dengan senyuman yang mengembang.
"Ngga ada yang luka bener?" Tanya damar ikut khawatir.
"Beneran pih"
Lusi memeluk langit, di susul damar yang ikut memeluk putranya.
Sedangkan Rakha terdiam menyaksikan kehangatan keluarga di depannya.
Ngga papa kok bener, Rakha ngga sakit, serius. Cuma rada cekit cekit sedikit.
Se enggak nya Rakha bisa mencairkan suasana yang semula tegang jadi mengharukan.
"Kayak Teletubbies aja pelukan" ejek Rakha membuat ketiga orang yang tengah berpelukan menatap ke arah satu manusia yang baru di sadari kehadirannya.
Udah biasa kok Rakha gak di anggap, karena gak terlihat itu sudah jadi keahliannya.
Rakha bangkit dari duduknya, ia merasa ngga cocok aja sama drama dengan genre yang tersaji di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/375848901-288-k905530.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Hujan
FanfictionNgga usah penasaran sama hidup gua, alur hidup gua itu ngga seru, seruan juga ngikutin alur rumput yang bergoyang.