Forty four ?

284 41 9
                                    


written by : fiibluuan
•••

Disclaimer!!!!
not recommended for minors

Happy Reading!!
••••

     Griffin terus menatap pintu ruang gawat darurat yang senantiasa tertutup. Gleora dan Giviel sendiri kini sudah di jemput pulang oleh ibunya.

"Griffin"

Griffin menoleh ke arah datangnya keluarga Prateesa yang terlihat begitu panik. bahkan terlihat jejak air mata di pipi Jiera yang sudah mulai mengering.

"kenapa bisa?" tanya Geovano yang terlihat jauh lebih tabah di banding Jiera dan juga Altero.

"tabrak lari" jawab singkat Griffin, entah kenapa ia tidak memiliki mood bagus bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan seseorang.

"papih cari pelakunya pih, mamih mau dia di masukin penjara!" sahut Jiera dengan suara tangis yang terdengar begitu pilu di akhir.

"saya sudah coba cari pelakunya Tante, tapi belum ada hasil"

"semoga cepet ada hasilnya ya"

cklek

pintu ruang gawat darurat terbuka lebar membuat Griffin dan semua keluarga Prateesa langsung berdiri dari duduknya untuk menghadap sang dokter.

"gimana dok?" tanya Altero.

"benturan yang di terima korban sangatlah keras hingga membuat patah tulang di bagian tengkorak, hal tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan membuat pendarahan terjadi di otaknya. kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sayangnya Tuhan lebih menyayangi korban. korban menghembuskan nafas terakhirnya pukul 16.43 wib"

"ngga pih, ngga, NGGA PIH! dokter itu bohong kan? anak mamih kuat pih dia pasti ngga mungkin ninggalin mamih pih. PIH JAWAB MAMIH!!!"

Jiera begitu histeris bahkan suara tangisnya terdengar begitu keras dan pilu. Geovano hanya bisa memeluk sang istri mencoba memberikan kekuatan.

Altero langsung terduduk lemas di lantai saat mendengar perkataan sang dokter. kenapa adik kesayangannya harus pergi secepat itu? kenapa semua itu harus terjadi pada adiknya? Altero sendiri hanya bisa menangis dalam diam.

Griffin? Griffin hanya menatap nanar tubuh Prateesa yang sudah tertutupi kain putih dari luar ruangan. Griffin tanpa sadar sudah menteskan air matanya, ingatan manis tentang dirinya dan Prateesa tanpa diminta justru terus berputar di otaknya bak kaset rusak.

'harus ninggalin saya ya Tees?'

•••

Kini tubuh Prateesa sudah berada di dalam peti mati berwarna putih. Prateesa terlihat begitu cantik walaupun dengan kulit yang terlihat pucat, mata kucing yang biasa terlihat berbinar kini telah tertutup rapat untuk selamanya.

keadaan di rumah Abimanya terlihat begitu ramai. Jiera masih terus menangis hingga beberapa kali harus tumbang.

Altero selamu sulung terus menangis dalam diam, menatap tubuh kaku adik kesayangannya dengan tetesan air mata yang membajiri pipinya.

Geovano sedih, dia juga ingin menangis keras melihat putri kesayangannya yang memilih pergi meninggalkannya untuk selamanya. tapi sekarang jika saja Geovano tidak mencoba tabah, lalu siapa yang akan menguatkan sang istri dan putra sulungnya?

𝓜y big boss // angrybaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang