XII

231 21 1
                                    

Episode sebelumnya:
Arvinda terkejut, namun senang dengan undangan itu. "Ke suatu tempat? Boleh saja," jawabnya dengan senyum yang sama.

"Baiklah," balas Nakula dengan senang. "Besok pagi aku akan menjemputmu di sini."

"Di sini?" Arvinda mengulang, memastikan tempat pertemuan mereka. "Baiklah."

Nakula mengangguk. "Kalau begitu, sampai jumpa esok, Tuan Putri," ucapnya sambil tersenyum, kemudian berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Arvinda yang masih menatapnya dari belakang.

Setelah Nakula menghilang di kejauhan, Arvinda melanjutkan perjalanannya menuju kamar Dursala dan Subhadra.

- - -

Keesokan harinya, sinar matahari pagi yang lembut menyelinap masuk melalui jendela kamar Arvinda, membangunkannya dari tidur yang tenang. Arvinda menghela napas panjang, merasa sedikit enggan untuk meninggalkan Hastinapura. Namun, pikiran tentang pertemuan dengan Nakula pagi ini membuatnya bersemangat untuk segera bersiap-siap.

Setelah berbenah dan berpakaian, Arvinda mengenakan gaun sederhana berwarna putih gading, dipadukan dengan selendang tipis yang lembut. Gaun itu membuatnya tampak anggun, namun tidak terlalu mencolok—cocok untuk berjalan-jalan di pagi hari.

"Tuan Putri, apakah kau ingin aku menyiapkan sesuatu lagi sebelum kita berangkat nanti?" tanya Darma sambil memeriksa barang-barang yang sudah dikemas rapi di sudut kamar.

Arvinda menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, Darma. Aku akan pergi sejenak untuk bertemu dengan Pangeran Nakula. Pastikan semua sudah siap sebelum aku kembali."

"Baik, Tuan Putri," jawab Darma patuh. "Semoga perjalanannya menyenangkan."

Arvinda keluar dari kamarnya, melangkah menuju tempat di mana Nakula berjanji akan menjemputnya.

Ketika Arvinda sampai di tempat yang dijanjikan, Nakula sudah menunggunya. Pangeran itu tampak gagah dengan pakaian kasual khas bangsawan. Melihat Arvinda mendekat, senyum lembut terukir di wajahnya, dan ia melangkah maju untuk menyambutnya.

"Kau datang tepat waktu, Tuan Putri," ucap Nakula dengan senyum hangat.

"Seperti yang sudah kita janjikan," balas Arvinda sambil tersenyum. "Jadi, kemana kau akan membawaku pagi ini, Pangeran?"

Nakula tertawa kecil. "Aku akan membawa mu ke sesuatu tempat, tapi sebelum pergi kau harus memakai ini," Nakula menyodorkan sebuah kain berwarna merah pada Arvinda.

"Untuk apa kain ini, Pangeran?" tanya Arvinda kebingungan.

"Cuaca pagi ini cukup terik, kau akan tersiksa jika tidak memakai ini," jelas Nakula.

Arvinda pun mengambil kain itu dan memakainya di kepala, menutupi agar dirinya tidak kepanasan. Tangan Nakula dengan lembut membantu Arvinda memakai kain itu agar terpasang dengan benar.

"Sempurna, ku harap kau tidak terlalu kepanasan jika memakai ini," ucap Nakula sambil tersenyum.

Mereka pun pergi dengan Nakula yang memimpin di depan, dan Arvinda mengikutinya dari belakang. Arvinda tidak tahu Nakula akan mengajaknya ke mana, tetapi jika dilihat dari jalan yang mereka lalui, sepertinya mereka berjalan menuju tempat kuda.

Dan benar saja, Nakula membawa Arvinda menuju tempat kuda.

"Tuan Putri, apa kau bisa menunggangi kuda?" tanya Nakula.

"Tentu saja, aku sangat menyukai berkuda. Apa kita akan pergi dengan menunggangi kuda?" ucap Arvinda dengan penuh semangat.

"Benar sekali," jawabnya. "Aku ingin kita pergi berkuda, itu akan lebih cepat dan menyenangkan."

Another FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang