XXXI

331 33 11
                                    

Episode sebelumnya:
Mata Arvinda tertuju pada anggota keluarga Drestadyumna yang berdiri di depan mereka. Drestadyumna lalu menggenggam tangannya lebih erat, menuntunnya dengan perlahan berjalan mendekat dan menaiki tangga menuju keluarganya yang sudah menunggu di atas, siap menyambutnya sebagai bagian dari keluarga besar Panchala.

- - -

Setelah Drestadyumna dan Arvinda mendekati pintu masuk, Drupadi, saudara perempuan Drestadyumna, melangkah maju untuk memulai tradisi penyambutan. Senyumnya hangat, namun ada ketegasan dalam sorot matanya.

Drupadi membawa nampan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar, berisi beras, minyak, dan lampu-lampu kecil sebagai bagian dari ritual penyambutan. Ia melangkah mendekati Arvinda, menatapnya dengan lembut seakan memberi isyarat bahwa ini adalah langkah pertama Arvinda sebagai anggota keluarga kerajaan Panchala.

Dengan gerakan yang anggun, Drupadi menyalakan lampu di nampan itu dan melambaikannya di depan wajah Arvinda dalam gerakan melingkar. Cahaya lampu minyak itu berkelap-kelip lembut di depan wajah Arvinda, seolah-olah mengusir segala energi negatif yang mungkin terbawa dalam perjalanan panjang mereka. Arvinda merasakan kehangatan dari api kecil itu, menenangkan dan menguatkan dirinya.

Setelah ritual tersebut, Drupadi menaburkan sedikit beras di atas kepala Arvinda sebagai simbol berkah, mendoakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan barunya bersama Drestadyumna.

Kemudian, Drupadi memberikan kalungan bunga kepada Arvinda, sebagai simbol resmi bahwa Arvinda kini diterima dalam keluarga Panchala. Arvinda tersenyum kecil, hatinya dipenuhi kehangatan dari sambutan yang tulus ini.

Setelah itu, Drupadi menoleh ke arah Drestadyumna, tersenyum sambil melangkah mendekat.

"Tentu saja, kau juga harus menerimanya," ucap Drupadi sambil meletakkan bunga yang sama di leher Drestadyumna.

Setelah tradisi penyambutan selesai, Drupadi memberi hormat dengan menyatukan tangannya di depan dada, menunjukkan rasa hormat dan penerimaan penuh kepada Arvinda sebagai anggota baru keluarga mereka.

"Aku berharap kau merasa nyaman di sini, Arvinda," kata Drupadi dengan penuh kelembutan.

Arvinda membalas senyumannya dan juga memberi hormat pada saudari iparnya itu. "Terima kasih, Drupadi. Aku merasa sangat senang karena di terima baik di keluarga ini" jawab Arvinda dengan suara lembut.

Dengan hormat mereka, Drestadyumna dan Arvinda melangkah mendekati Drupada. Dengan serentak, keduanya menunduk untuk menyentuh kaki sang raja sebagai tanda bakti dan penghormatan. Drupada menatap mereka dengan bangga, menyentuh kepala mereka dengan penuh restu.

"Diberkatilah kalian berdua," ucap Drupada dengan suara yang dalam dan penuh kehangatan. Tangannya dengan lembut menyentuh kepala mereka berdua, menyalurkan doa dan harapannya.

Arvinda dan Drestadyumna bangkit perlahan. Arvinda menatap Drupada dengan lembut. Ini adalah mertuanya, sosok yang kini menjadi bagian dari hidupnya. Drestadyumna kemudian memperkenalkannya, "Ayah, perkenalkan, dia adalah Arvinda, putri dari Raja Jalandhar dan Ratu Prita dari Kekaya."

Arvinda tersipu malu ketika Drupada mengalihkan pandangannya padanya. Ada kebanggaan di mata pria tua itu ketika ia melihat menantunya yang baru. "Kau sangat beruntung mendapatkan istri yang begitu cantik ini, anakku. Jagalah dia dengan baik," ucap Drupada, seolah menyerahkan tanggung jawab besar pada putranya.

Drestadyumna mengangguk mantap, "Pasti, Ayah. Aku pasti akan menjaganya," jawabnya dengan penuh keyakinan, menandakan komitmennya sebagai suami.

Selanjutnya, mereka berdua melangkah menuju Srikandi, kakak perempuan Drestadyumna, dengan langkah yang tenang namun penuh makna. Mereka melakukan penghormatan yang sama, menyentuh kakinya dengan penuh bakti.

"Semoga kehidupan kalian dipenuhi keberkahan," ucap Srikandi sambil menatap adiknya dan Arvinda dengan lembut. Arvinda merasa kehangatan dari pandangan itu, dan saat Srikandi memeluknya, ia tahu bahwa ia telah diterima dalam keluarga ini. "Semoga kau bahagia ketika tinggal di sini," bisik Srikandi lembut di telinganya, menambahkan kehangatan pada pelukan itu.

Arvinda membalas pelukan tersebut, mengangguk dengan penuh rasa syukur, merasa tenang dengan sambutan yang diterimanya.

Setelah melepaskan pelukan itu, mereka melanjutkan langkah mereka menuju Drupadi, yang sebelumnya telah menyambut mereka. Tanpa menunggu, Drupadi langsung memeluk Arvinda dengan hangat. Ia tampak senang karena akhirnya saudaranya itu kini telah menikah.

Dengan senyum yang tulus, Drupadi menatap Arvinda dan mengelus pipinya dengan lembut. "Jika Drestadyumna menyakitimu, datanglah kepadaku. Aku akan memberinya hukuman," ucapnya pada Arvinda.

Arvinda menoleh ke arah suaminya sejenak, lalu tertawa kecil, "Baiklah, aku akan segera melapor jika suamiku menyakitiku," ucapnya, nada suaranya bercanda.

Drupadi mengangguk, merasa gemas pada saudara iparnya itu. Ada kedekatan yang mulai terjalin di antara mereka.

Tetapi, momen berikutnya adalah yang paling tidak diinginkan Arvinda sejak ia turun dari kereta. Dari saat pertama ia menginjakkan kaki di pintu masuk istana, ia sudah menyadari keberadaan para Pandawa.

Jantungnya berdebar lebih kencang, dan perasaan ingin menghilang dari tempat itu semakin kuat. Ia tak sanggup menoleh atau melirik ke arah mereka, terutama Nakula.

Namun, mau tidak mau Arvinda harus memberi salam kepada mereka. Dengan hati-hati, Arvinda mengalihkan pandangannya kepada para Pandawa. Matanya akhirnya bertemu dengan sorot mata Nakula. Mereka saling memandang selama beberapa detik, hingga Arvinda akhirnya mengalihkan pandangannya lebih dulu, merasa beban berat di dadanya.

Sadewa, kemudian memecah keheningan yang tegang. "Wah Arvinda, ternyata kau yang menikah dengan Drestadyumna. Selamat atas pernikahan kalian, dunia ini benar-benar sempit, ya," katanya dengan senyum lebar, memberi selamat pada Arvinda.

Arvinda hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung, tak mampu berkata banyak.

Di sisi lain, Nakula pun merasa terkejut melihat wanita yang pernah mengisi pikirannya kini telah menjadi istri saudara iparnya. Ada perasaan campur aduk di hatinya—senang karena dipertemukan lagi dengan Arvinda, namun juga sedih karena kenyataannya Arvinda kini telah menjadi milik orang lain, dan orang itu adalah saudara dari istrinya, Drupadi.

Setelah sambutan hangat tersebut, mereka semua beranjak masuk ke dalam istana. Percakapan yang sempat terjalin di luar kini dilanjutkan di dalam, di mana suasana lebih nyaman dan tenang, memungkinkan mereka berbincang dengan lebih leluasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang