Lavinia menghela napas panjang dan mencoba menepis kenangan tentang masa lalunya sebagai Lavinia Everleigh. Namun, pikiran itu tak kunjung hilang.
Wajah Eleanor Blackwood terus muncul di benaknya, membangkitkan emosi yang bercampur aduk-rindu, marah, dan perasaan terjebak. Kehidupan yang bebas dan tanpa beban terasa semakin jauh, terutama setelah pertengkaran besar dengan Alistair semalam.
Hari itu, setelah pertemuan teh dengan para bangsawan wanita, Lavinia memutuskan untuk meluangkan waktu di taman belakang manor. Tempat itu biasanya menjadi tempat pelarian bagi Lavinia Ravenswood, dan Lavinia Everleigh kini juga menemukannya sebagai tempat untuk menenangkan diri.
Dia duduk di sebuah bangku marmer yang dikelilingi oleh mawar-mawar putih, matanya tertuju pada kolam kecil di tengah taman. Angin semilir membelai rambutnya yang tersanggul rapi, namun meskipun suasana sekitar terlihat tenang, hati Lavinia bergejolak.
Sebuah suara berat tiba-tiba memecah keheningan. "Lavinia," panggil Alistair dengan nada datar. Dia berdiri di ujung jalan setapak, tangan dimasukkan ke dalam saku jas hitamnya. "Kita perlu bicara."
Lavinia tidak menoleh, hanya mengangkat dagunya sedikit lebih tinggi, masih merasakan amarah yang tertahan. "Apa lagi yang ingin Anda katakan, Alistair?" jawabnya dingin. "Rasanya sudah jelas semalam."
Alistair berjalan mendekat, duduk di sebelahnya meskipun Lavinia tak memberikan isyarat untuk mengizinkannya. "Aku tahu kita bertengkar, tapi kita tidak bisa terus begini," katanya, lebih tenang dari sebelumnya. "Kau harus ingat bahwa tugasmu sebagai Duchess adalah hal yang penting, bukan hanya untuk keluarga Ravenswood, tapi juga untuk reputasi kita di masyarakat."
Lavinia memalingkan wajah, matanya masih menatap kolam. "Reputasi? Apakah itu satu-satunya hal yang penting bagimu, Alistair? Satu-satunya alasan aku di sini adalah karena peran ini, bukan karena aku sebagai pribadi."
Alistair mendesah pelan, ekspresinya berubah serius. "Aku tahu kau merasa terjebak, tapi kita berada di posisi ini bukan tanpa alasan. Ada tanggung jawab besar yang harus kita jalani."
Lavinia merasakan emosi membuncah, akhirnya ia menatap suaminya dengan mata yang dipenuhi kemarahan. "Dan kau pikir aku tak paham soal tanggung jawab? Kau pikir aku tak tahu apa yang harus kulakukan di sini? Tetapi aku bukan Lavinia Ravenswood yang kau nikahi, Alistair. Aku merasa terjebak dalam peran yang bukan milikku. Hidupku di sini tidak nyata."
Alistair mengerutkan kening, kebingungan terlihat di wajahnya. "Apa yang kau maksud? Kau Lavinia, Duchess Ravenswood. Itulah kenyataannya."
"Aku bukan Lavinia yang kau pikirkan!" seru Lavinia tiba-tiba, suaranya pecah. "Aku berasal dari dunia yang berbeda, kehidupan yang berbeda. Di sana, aku bukan Duchess, aku tidak terikat pada aturan bangsawan, dan yang terpenting, aku tidak terperangkap dalam pernikahan yang penuh kepura-puraan ini!"
Alistair menatapnya dengan tatapan kaget. "Apa yang kau bicarakan, Lavinia?"
Lavinia merasa seluruh tubuhnya gemetar, campuran emosi yang tak bisa ia kendalikan. "Aku adalah Lavinia Everleigh. Aku bukan wanita bangsawan dari keluarga Marquess yang kau pikirkan. Aku hidup di dunia lain, dunia yang memberiku kebebasan, bukan dunia yang mengekangku seperti ini."
Alistair terdiam sejenak, memproses kata-kata Lavinia. Ia terlihat ragu, seolah tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Lavinia, kau terdengar tidak masuk akal. Kau pasti hanya tertekan dengan semua ini."
"Tidak," Lavinia memotongnya dengan tegas. "Aku telah merasakannya sejak hari pertama aku berada di sini. Aku bukan milik tempat ini, bukan milik kehidupan bangsawan yang kau paksakan padaku. Aku ingin bebas, Alistair. Bebas dari peran ini, bebas dari semua kewajiban yang tak kumengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception
RomantikSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...