Hari yang penuh kebahagiaan itu berlanjut hingga senja. Kereta kuda membawa Lavinia dan Christopher melewati jalan-jalan indah yang dihiasi dengan lampu-lampu temaram yang mulai menyala seiring matahari terbenam.
Mereka tiba di sebuah restoran mewah di pusat kota, yang terletak di sudut jalan yang ramai. Christopher mengangkat tangan, memberi isyarat kepada pelayan yang sudah menunggu.
Restoran itu, dengan pencahayaan lilin yang hangat dan perabotan kayu antik, tampak seperti sebuah tempat yang ideal untuk makan malam romantis.
Lavinia sedikit terkejut melihat tempat itu, namun tak bisa menahan senyum yang perlahan terukir di wajahnya.
"Chris, ini..." Lavinia terdiam, tak tahu bagaimana mengungkapkan kekagumannya. "Aku tidak tahu harus berkata apa. Semua ini terlalu indah."
Christopher tersenyum, meraih tangan Lavinia dengan lembut. "Aku ingin kau merasakannya, Lavinia. Semua ini untukmu. Kau pantas mendapatkannya."
Pelayan membimbing mereka ke meja di dekat jendela besar yang menghadap ke jalan, memberikan pemandangan gemerlap kota yang dipenuhi orang-orang yang larut dalam aktivitas malam.
Makanan lezat disajikan satu per satu, dan Christopher memperhatikan Lavinia dengan penuh perhatian, memastikan ia merasa nyaman dan bahagia.
Setiap kali Lavinia membutuhkan sesuatu, Christopher akan dengan cepat menanggapinya dengan senyuman dan sikap sabar yang khas.
Di tengah makan malam yang tenang, Lavinia mengangkat wajahnya, menatap Christopher dengan matanya yang kini penuh dengan kepercayaan. "Chris, terima kasih," katanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. "Aku tidak pernah membayangkan bisa merasakan kebahagiaan seperti ini lagi. Aku hampir lupa bagaimana rasanya merasa aman dan dicintai."
Christopher menatapnya dengan tulus, menggenggam tangan Lavinia di atas meja. "Kau tidak perlu mengucapkan terima kasih, Lavinia. Cintaku untukmu adalah hal yang tidak akan pernah berubah. Aku akan selalu ada di sini untukmu, untuk menghadapi apapun yang akan datang. Bersama."
Lavinia terdiam, meresapi kata-kata Christopher yang penuh ketulusan. Hari itu, ia merasa seperti semuanya kembali ke tempat yang seharusnya. Ia bisa melepaskan masa lalu yang kelam, dan menggenggam tangan Christopher dengan keyakinan penuh.
Setelah makan malam, mereka berdua berjalan keluar restoran, menikmati udara malam yang segar. Jalanan dipenuhi dengan riuhnya pasar malam, suara tawa, dan derap langkah orang-orang yang sedang menikmati hidup.
Namun, di antara keramaian itu, Lavinia merasa seperti dunia ini milik mereka berdua saja. Wajah Christopher yang penuh perhatian, langkahnya yang selalu di sampingnya, semuanya terasa sempurna.
Christopher mengajak Lavinia ke sebuah taman yang sepi, jauh dari hiruk pikuk kota. Mereka duduk di bangku taman, di bawah cahaya bulan yang lembut, dan berbicara tentang segala hal yang mereka impikan.
Meskipun dunia di luar sana tetap berjalan dengan segala hiruk-pikuknya, Lavinia merasakan ketenangan dalam pelukan Christopher, dalam cintanya yang begitu tulus dan tanpa syarat.
"Satu hal yang aku tahu pasti," Christopher berkata, suara lembutnya menembus keheningan malam, "adalah aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu. Bersama-sama, kita akan menghadapi segala tantangan. Kau tidak akan pernah lagi merasa sendiri."
Lavinia menatapnya, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. Untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa seperti ia telah menemukan rumah, bukan hanya dalam arti fisik, tetapi juga dalam hatinya.
"Ya," jawab Lavinia pelan. "Aku ingin itu, Chris. Aku ingin kita bersama. Selamanya."
Dengan hati yang penuh harapan dan cinta, mereka duduk di sana, menikmati malam yang penuh dengan janji dan kepercayaan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception (END)
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...