30. Alistair's ambition

243 18 0
                                    

Hari-hari di Ravenswood Manor tetap sibuk dengan tugas-tugas Alistair sebagai Duke, tetapi ada sesuatu yang berbeda—sebuah kebenaran yang kini tak dapat diabaikan.

Lavinia, istrinya, tengah mengandung anaknya. Sebuah kenyataan yang telah ia ketahui beberapa bulan lalu setelah pertemuannya dengan Lavinia yang merubah segalanya untuk menyamar menjadi orang lain.

Alistair, meskipun tampak tenang di luar, diliputi perasaan campur aduk. Anak itu adalah darah dagingnya, bagian dari dirinya, tetapi tanggung jawab sebagai Duke terus membebaninya, membuatnya merasa tidak memiliki cukup waktu untuk membayangkan peran barunya sebagai seorang ayah.

Di sisi lain, Lavinia sangat antusias dengan kehamilannya. Setiap hari, ia tak henti membicarakan bayinya kepada Alistair. "Aku rasa dia akan punya matamu," katanya dengan senyum lembut saat mereka duduk di ruang makan malam itu. "Mata abu-abu yang begitu tajam, seperti milikmu."

Alistair, yang tengah memandangi dokumen di tangannya, hanya mengangguk pelan. "Mungkin. Tapi sebaiknya kita tak terlalu berspekulasi dulu, Lavinia. Masih banyak waktu sebelum anak itu lahir."

Nada suaranya yang datar membuat Lavinia terdiam sejenak. Ia tahu Alistair adalah pria yang sulit mengekspresikan perasaannya, tetapi ia tetap berharap pria itu menunjukkan sedikit lebih banyak antusiasme.

"Tidakkah kau merasa bersemangat, Alistair? Ini anak pertama kita," tanyanya dengan nada lembut, mencoba mencari celah untuk memahami isi hati suaminya.

Alistair menatap Lavinia, matanya sejenak melembut. "Lavinia, aku senang mengetahui kau sedang mengandung anakku. Tapi, tugas-tugasku sebagai Duke tidak berhenti. Banyak yang bergantung padaku—perekonomian tanah ini, para pekerja, keamanan wilayah kita. Aku harus memastikan segalanya berjalan lancar. Anak kita akan lahir di dunia yang penuh tanggung jawab ini, dan aku ingin dunia itu siap untuk menyambutnya."

Lavinia menelan ludah, mencoba memahami sudut pandang Alistair. "Aku mengerti betapa pentingnya tugasmu, Alistair. Tapi anak kita juga penting. Dia membutuhkanmu, dan aku pun begitu. Kita membutuhkanmu untuk hadir, bukan hanya sebagai Duke, tapi sebagai suami dan ayah."

Alistair terdiam, tangannya menggenggam cangkir teh di depannya. Kata-kata Lavinia membuatnya teringat pada tanggung jawab yang tidak pernah ia rencanakan—bukan hanya tanggung jawab kepada tanahnya, tetapi juga kepada keluarga kecilnya.

"Aku akan berusaha," katanya akhirnya, meskipun suaranya terdengar berat. "Aku tidak akan mengabaikan kalian, Lavinia. Aku hanya perlu waktu untuk menyeimbangkan semuanya."

Senyum kecil terukir di wajah Lavinia, meskipun hatinya masih menyimpan keraguan. Ia tahu Alistair adalah pria yang tegas dan sering menyembunyikan perasaannya, tetapi ia berharap waktu akan melunakkan hati suaminya.

Bagaimanapun, ia percaya bahwa bayi mereka akan menjadi jembatan yang membawa mereka lebih dekat, meskipun perlahan.

Malam itu, ketika Lavinia tertidur di kamarnya, Alistair berdiri di depan jendela, memandangi taman yang diterangi sinar bulan. Ia meletakkan tangannya di dadanya, merasakan denyut jantungnya sendiri.

Di dalam kekakuannya, ada benih-benih harapan yang mulai tumbuh. Bayi itu—anaknya—adalah awal dari sesuatu yang baru. Dan meskipun ia tidak menunjukkan perasaannya dengan kata-kata, dalam hati kecilnya, ia berjanji akan menjadi ayah yang pantas bagi darah dagingnya.

Hari-hari terasa semakin berat bagi Lavinia. Dengan usia kehamilannya yang telah memasuki bulan keenam, tubuhnya mulai menanggung beban yang semakin besar.

Kelelahan dan perubahan suasana hati menjadi teman yang tak terelakkan, tetapi yang paling menyakitkan adalah rasa kesepian yang merayap di hatinya.

Ravenswood Manor yang megah terasa seperti sangkar emas. Semuanya tersedia untuknya: pelayan-pelayan yang patuh, makanan terbaik, dan kenyamanan yang tak terbayangkan.

The Duchess's Deception (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang