Lavinia terbaring di ranjangnya, memandang langit-langit kamar yang gelap, tapi tidak bisa tidur. Suara tangisan Miriam dan Christopher terus berputar dalam pikirannya, mengganggu ketenangannya. Air matanya kembali mengalir, seolah tak ada habisnya. Sesekali, suara derap kaki terdengar di luar kamar, menandakan bahwa pengawasan terhadapnya tidak pernah berhenti.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Alistair masuk dengan langkah tenang namun penuh kekuasaan. Dia menatap Lavinia yang terbaring di ranjang, mata wanita itu tampak kosong, seperti tidak lagi memiliki harapan.
"Masih terjaga, istriku?" suara Alistair terdengar datar, penuh perasaan tak peduli. Dia mendekat, langkahnya tegas, seolah tidak ada yang dapat menghentikannya.
Lavinia tidak mengangkat pandangannya, tetap menatap ke depan, namun hati dan pikirannya sedang berperang. Tubuhnya kaku, tidak tahu harus bagaimana.
Ketika Alistair mendekat dan meraih lengannya, Lavinia meronta, menarik tubuhnya menjauh. "Jangan sentuh aku," katanya dengan suara yang patah, namun tegas. "Aku tidak ingin disentuh oleh monster sepertimu."
Alistair berhenti sejenak, tampak sedikit terkejut dengan perlawanan yang diberikan Lavinia. Namun, setelah itu, senyuman tipis muncul di wajahnya. "Oh, jadi sekarang aku monster, hm?" katanya dengan nada sinis, lalu mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Lavinia dengan kasar. "Kau tahu, Lavinia, kau masih milikku. Dan kau akan selalu milikku."
Lavinia merasakan tangannya yang dingin, kasar, menekan wajahnya dengan penuh dominasi. Namun, meskipun tubuhnya lemah, meskipun hatinya hancur, ada sedikit keberanian yang tumbuh. "Tidak... aku bukan milikmu," katanya pelan, namun penuh tekad.
Alistair menatapnya, matanya penuh dengan kekuatan yang membuat Lavinia semakin merasa terjebak. "Tentu saja kau milikku. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu dari aku."
Lavinia menatap matanya dengan kebencian yang semakin kuat. "Mungkin... kau bisa memenjarakanku, bisa menghancurkan hidupku, tapi kau tidak akan pernah bisa menghancurkan hatiku."
Alistair tersenyum dengan dingin. "Lavinia, kau belum mengerti. Hati seperti milikmu hanya akan hancur di bawah kuasa dan kehendakku."
Lavinia merasakan tenggorokannya tercekat, air matanya mulai mengalir deras. "Aku... tidak takut padamu, Alistair. Tidak lagi."
Alistair mendekat, kemudian dengan kekuatan yang luar biasa, dia memaksa Lavinia untuk kembali berbaring. "Kau akan takut, Lavinia. Percayalah."
Lavinia menatapnya dengan mata penuh air mata, suara isakannya tertahan di tenggorokan. “Aku mohon, Alistair... Aku tidak ingin melihat mereka terluka. Aku akan melakukan apa saja yang kau minta. Tapi tolong, hentikan ini...” suaranya pecah, penuh keputusasaan.
Wajah Alistair masih dingin, namun ada kilatan amarah yang sulit disembunyikan di matanya. “Aku sudah memberimu kesempatan untuk berhenti melawan, Lavinia. Tapi lihatlah, kau masih memilih untuk membangkang,” katanya dengan suara datar, namun penuh ancaman.
Alistair menunduk, menatap Lavinia dengan mata yang sulit dibaca. "Kau tahu, Lavinia, aku bisa membuatmu lebih menderita daripada ini. Tapi kau hanya perlu patuh. Itu saja."
Lavinia menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. "Aku sudah terjebak dalam hidup ini, Alistair. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan."
Alistair menatapnya dengan tajam, lalu mendekat dan memegang dagunya, memaksanya untuk menatap mata dinginnya. "Jika kau ingin mereka hidup, kau harus sepenuhnya tunduk padaku. Aku tidak akan mengampuni pengkhianatan. Aku ingin kau tahu, Lavinia, bahwa semua yang terjadi di sini adalah akibat dari keputusanmu."
Lavinia terdiam, merasakan setiap kata yang keluar dari bibir Alistair seperti pisau yang mengiris hatinya. Dia tidak ingin melanjutkan hidup seperti ini. Namun, dia juga tahu, bahwa setiap perlawanan hanya akan membawa lebih banyak penderitaan bagi orang-orang yang dia sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception (END)
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...