#3 Kebersamaan yang Manis

22 7 5
                                    

"Kebersamaan adalah saat di mana dua hati saling berpegangan tangan, menghadapi dunia bersama-sama. Dalam kebersamaan, kita menemukan kekuatan yang tidak kita sadari sebelumnya. Cinta bukan hanya tentang momen besar, tapi juga tentang hal-hal kecil yang kita lalui bersama, momen-momen manis yang membuat kita merasa utuh. Ketika kita saling mendukung dan saling memahami, cinta tumbuh semakin kuat, memberi kita harapan bahwa bersama, kita bisa menghadapi apa pun."

***

Cinta yang tumbuh antara aku dan Zuhair terasa seperti aliran sungai yang tenang-perlahan, lembut, tapi penuh kepastian. Setiap hari yang kami habiskan bersama adalah sebuah momen yang mengukir kenangan manis, memperkuat ikatan yang semakin dalam. Aku tak pernah membayangkan bahwa sebuah hubungan yang berawal dari perdebatan tentang desain dapur bisa berubah menjadi perjalanan cinta yang indah dan bermakna.

Pagi itu, sinar matahari musim semi menghangatkan ruangan saat aku dan Zuhair duduk di meja makan, menikmati sarapan yang kami buat bersama. Kami memiliki kebiasaan baru setiap akhir pekan: memasak bersama, sebuah rutinitas yang tak pernah terasa membosankan. Zuhair selalu bersemangat mencoba resep-resep baru yang kutemukan, dan aku menikmati caranya menambahkan sentuhan pribadi pada setiap hidangan.

"Hari ini kita coba resep dari Italia, bagaimana?" tanyaku sambil membuka buku resep.

Zuhair menatapku dengan tatapan penuh kasih, senyum lembut terukir di wajahnya. "Kedengarannya sempurna. Aku selalu suka aroma masakan Italia di tanganmu."

Sejak kami resmi menjadi pasangan, hubungan kami dipenuhi dengan hal-hal kecil seperti ini. Mulai dari makan malam sederhana di rumah hingga berjalan-jalan sore tanpa tujuan tertentu, setiap detik yang kami habiskan bersama selalu terasa bermakna. Zuhair bukan hanya kekasih yang penuh perhatian, tapi juga sahabat yang selalu ada di sisiku, mendukungku dalam setiap langkah.

Setelah sarapan, kami bergegas menuju kafe untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Renovasi hampir selesai, dan kafe kecilku yang sederhana mulai bertransformasi menjadi ruang yang jauh lebih hangat dan mengundang. Aku merasa bangga melihat bagaimana hasil kerja keras kami membuahkan sesuatu yang nyata.

"Kau benar-benar mengubah tempat ini menjadi luar biasa," kata Zuhair sambil memandangi hasil akhir desainnya.

Aku tersenyum, merasa haru atas dukungannya. "Ini bukan hanya usahaku, Zuhair. Kau yang membuat tempat ini begitu indah. Tanpamu, aku takkan bisa melakukannya."

Dia menoleh dan menatapku dalam. "Aku mungkin hanya membantu, tapi tempat ini memiliki jiwamu. Kau yang memberikan kehidupan pada setiap sudutnya."

Kata-katanya selalu menyentuh hatiku, membuatku merasa dicintai dan dihargai. Tidak hanya dalam hal pekerjaan, tapi juga dalam setiap aspek hidupku. Zuhair selalu ada, menjadi pendukung setiaku, tidak peduli seberapa besar atau kecil tantangan yang aku hadapi.

Sore itu, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di kafe, kami memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota. Aku menggenggam tangannya erat saat kami berjalan di sepanjang jalan setapak, menikmati angin sejuk yang membelai wajah kami. Rasanya begitu damai, seolah dunia di sekitar kami hanya berputar untuk kami berdua.

"Bagaimana dengan rencana proyek arsitektur barumu?" tanyaku sambil memandangnya.

Zuhair mengangguk, matanya bersinar ketika berbicara tentang proyeknya. "Ini akan menjadi salah satu proyek terbesar yang pernah aku kerjakan. Tapi aku merasa siap. Aku punya tim yang hebat dan tentu saja, dukunganmu membuatku semakin percaya diri."

Aku merasakan dorongan kebanggaan dalam hatiku. Melihatnya berkembang dalam kariernya adalah salah satu hal yang paling membahagiakanku. Kami selalu saling mendukung, saling memberikan kekuatan ketika salah satu dari kami merasa ragu. Zuhair adalah inspirasiku, seseorang yang selalu mendorongku untuk terus maju, bahkan ketika aku merasa dunia terlalu berat.

Di antara semua momen indah yang kami bagi, ada satu momen yang paling berkesan. Malam itu, setelah Zuhair selesai dengan pekerjaannya, dia membawaku ke sebuah restoran kecil di pinggir kota. Restoran itu tidak mewah, tapi suasananya begitu hangat dan intim. Lampu-lampu temaram memberikan kesan romantis, dan meja yang kami duduki berada di sudut yang tenang, jauh dari keramaian.

"Kau tahu," ucapnya sambil memandangku dengan serius, "aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Kehadiranmu dalam hidupku mengubah segalanya."

Aku tertegun mendengar ucapannya. Kata-kata itu terdengar begitu tulus dan dalam. Aku merasa hatiku bergetar.

"Aku juga merasa begitu, Zuhair," balasku pelan. "Kau memberiku kebahagiaan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bersamamu, aku merasa bisa menghadapi apa pun."

Malam itu, kami berbicara panjang lebar tentang impian kami, tentang masa depan yang ingin kami bangun bersama. Semua terasa begitu sempurna, seperti potongan-potongan puzzle yang akhirnya menemukan tempatnya. Kehidupan kami tampak penuh dengan harapan, dan aku merasa sangat beruntung bisa berbagi semua ini dengan Zuhair.

Tapi di balik kebahagiaan itu, aku tahu ada sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya diabaikan. Masa laluku. Rasa takut akan kehilangan kembali, perasaan yang selalu menghantui setiap kali aku merasa terlalu bahagia. Tapi untuk malam ini, aku memilih untuk menyingkirkan kekhawatiran itu, membiarkan diriku menikmati setiap momen yang kami miliki.

Zuhair menatapku dalam-dalam sebelum akhirnya menggenggam tanganku dengan erat. "Elvina, apa pun yang terjadi nanti, aku ingin kau tahu satu hal. Aku akan selalu ada untukmu."

Kata-katanya membuat air mata menetes di pipiku. Bukan karena kesedihan, tapi karena perasaan syukur yang mendalam. Aku tahu, di antara semua kebahagiaan dan tantangan yang akan datang, Zuhair adalah seseorang yang akan selalu berdiri di sisiku.

Malam itu, aku pulang dengan perasaan penuh cinta. Zuhair adalah cahaya dalam hidupku yang pernah terasa gelap. Dan meski aku tahu bahwa hidup tidak selalu mudah, dengan Zuhair di sisiku, aku merasa siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Kota Udang, 18 September 2024

Pencinta Warna Biru 💙

Kasih Yang Pergi ✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang