Saat aku menatap langit sore dari jendela apartemenku, aku merasa tenang. Ada sesuatu yang berbeda hari ini—sebuah rasa damai yang perlahan-lahan tumbuh di dalam diriku, menggantikan rasa takut yang pernah begitu mengakar. Perubahan. Itu adalah sesuatu yang aku hindari selama ini. Aku selalu takut menghadapi perubahan, takut meninggalkan apa yang telah lama kurasa nyaman, meskipun kenyamanan itu dipenuhi oleh kesedihan. Kehilangan Zuhair adalah hal tersulit dalam hidupku, dan selama berbulan-bulan aku hanya ingin tetap berada dalam kenangan kami.
Namun, sekarang, di sini aku berdiri, perlahan-lahan merangkul kenyataan bahwa hidup terus berjalan. Zuhair mungkin telah tiada, tetapi aku masih di sini. Aku masih memiliki kesempatan untuk merasakan cinta, kebahagiaan, dan harapan. Perubahan tidak lagi terasa seperti ancaman, melainkan sebuah jendela yang terbuka menuju kemungkinan baru.
Mungkin ini adalah salah satu momen yang diharapkan Ethaniel selama sesi-sesi terapi kami, saat di mana aku bisa berdamai dengan diriku sendiri. Dan mungkin, sebagian dari perasaan ini muncul karena kehadiran Zavier—seseorang yang tak pernah kuduga akan mengubah arah hidupku dengan begitu lembut dan sabar.
---
Hari ini, aku bertemu Shania dan Ethaniel di kafe favorit kami. Kafe itu memiliki nuansa hangat dengan dinding kayu dan lampu-lampu kecil yang membuat suasana semakin akrab. Aroma kopi yang kuat menyelimuti udara, dan suara tawa pelan dari meja-meja lain menjadi latar belakang perbincangan kami.
"Ada yang berbeda dari wajahmu hari ini, Vin," kata Shania sambil tersenyum, menyesap kopinya perlahan. "Kamu terlihat... lebih damai."
Aku tersenyum tipis, menyadari bahwa apa yang dia katakan benar. "Aku merasa seperti itu, Shan. Aku rasa... aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa hidupku telah berubah. Dan aku mulai merasa oke dengan itu."
Ethaniel mengangguk dengan penuh perhatian, seperti biasa. "Itu kemajuan besar, Elvina. Menerima perubahan bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan segala hal yang telah kamu alami. Tapi penting untuk diingat bahwa perubahan juga membawa pertumbuhan."
Aku mengangguk pelan, mengingat perjalanan panjang yang telah kulalui untuk sampai di titik ini. "Aku tahu. Aku mulai menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan perubahan. Itu hanya cara hidup memberi kita kesempatan untuk memulai hal-hal baru."
Shania menatapku dengan penuh semangat. "Apakah ini tentang Zavier?" tanyanya dengan senyum yang menggodaku.
Aku tertawa kecil, merasa sedikit malu. "Mungkin. Zavier telah menjadi bagian dari perubahan ini, meskipun awalnya aku tak menyadari seberapa besar dampaknya padaku."
Aku menatap cangkir kopiku, memutar-mutar sendok kecil di dalamnya, sebelum melanjutkan. "Dulu, aku selalu takut membuka hati lagi. Aku merasa seperti mengkhianati Zuhair jika aku mengizinkan orang lain masuk ke dalam hidupku. Tapi Zavier... dia tidak mencoba untuk menggantikan Zuhair. Dia hanya hadir di sana, mendukungku, tanpa pernah memaksaku melupakan masa lalu."
Ethaniel tersenyum penuh pengertian. "Zavier adalah sahabat yang baik, dan dia memahami betul apa yang kamu lalui. Itulah yang membuat hubungan kalian berharga, Elvina. Kamu tidak perlu memilih antara kenangan dengan Zuhair atau masa depanmu. Kamu bisa merangkul keduanya."
Aku terdiam sejenak, mencerna kata-kata Ethaniel. "Kamu benar. Aku mulai merasa bahwa ini bukan tentang memilih siapa yang lebih penting. Zuhair akan selalu menjadi bagian dari hidupku, dari diriku. Tapi sekarang, aku juga punya kesempatan untuk membangun sesuatu yang baru bersama Zavier."
Shania mengangguk antusias. "Dan itu adalah hal yang indah. Aku senang melihat kamu berani membuka hati lagi, Vin. Zavier adalah pria yang baik, dan kamu pantas mendapatkan kebahagiaan setelah semua yang kamu alami."
Aku tersenyum, merasa kehangatan mengisi hatiku. Ada kelegaan dalam mengetahui bahwa sahabat-sahabatku mendukung keputusanku. Mereka mengerti betapa sulitnya perjalananku, tetapi mereka juga melihat bahwa aku akhirnya siap untuk melangkah maju.
---
Sore itu, aku berjalan di taman kota, tempat di mana aku dan Zuhair dulu sering menghabiskan waktu bersama. Matahari terbenam dengan lembut di ufuk barat, mewarnai langit dengan warna oranye dan merah muda. Kenangan tentang Zuhair tidak pernah benar-benar hilang dari pikiranku, tapi kini mereka hadir dengan cara yang lebih damai.
Aku tahu bahwa tidak ada yang bisa mengembalikan masa lalu. Kehidupan terus bergerak maju, dan aku tidak bisa terus berada dalam kenangan. Zuhair mungkin telah pergi, tapi itu tidak berarti aku harus menutup diri dari masa depan.
Di saat yang sama, aku tahu bahwa Zavier tidak datang untuk menggantikan Zuhair. Hubungan ini adalah hal yang berbeda—sebuah awal yang baru. Aku bisa merasakan bahwa meskipun hatiku telah terluka begitu dalam, ia masih mampu mencintai. Bukan berarti rasa cintaku kepada Zuhair berkurang, tetapi kini aku mengizinkan diriku untuk merasakan cinta yang berbeda, yang datang dengan caranya sendiri.
Langkahku terhenti ketika aku melihat Zavier duduk di bangku taman, tersenyum melihatku mendekat. Kami sudah sepakat untuk bertemu di sini hari ini, dan entah mengapa, melihatnya di sini, aku merasa begitu tenang.
“Hey,” sapanya lembut saat aku duduk di sampingnya.
“Hey,” balasku, tersenyum.
Kami duduk dalam keheningan beberapa saat, hanya menikmati pemandangan matahari terbenam. Zavier selalu memberiku ruang, dan aku menghargai itu. Dia tidak pernah memaksaku untuk berbicara atau terburu-buru dalam membuat keputusan. Semua berjalan sesuai dengan kecepatan yang aku inginkan.
“Aku merasa… berbeda,” kataku akhirnya, membuka percakapan.
Zavier menatapku, menunggu aku melanjutkan.
“Aku mulai menerima bahwa hidupku telah berubah. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu, dan aku tidak ingin terus berusaha melakukannya. Zuhair akan selalu ada di hatiku, tapi aku juga ingin memberi kesempatan pada diriku sendiri untuk merasakan kebahagiaan lagi. Bersamamu.”
Zavier tersenyum, dan aku bisa melihat ketulusan di matanya. “Aku senang kamu mengatakan itu, Elvina. Aku tidak pernah ingin menggantikan apa yang kamu miliki dengan Zuhair. Aku hanya ingin menjadi bagian dari hidupmu sekarang, seperti kamu menjadi bagian dari hidupku.”
Aku mengangguk, merasa keyakinanku semakin kuat. “Aku juga ingin itu, Zavier. Aku ingin kita melangkah bersama ke depan. Aku sudah lelah hidup dalam bayang-bayang masa lalu.”
Dia meraih tanganku, menggenggamnya dengan lembut. “Aku di sini untukmu, selama kamu menginginkanku.”
Senyumku mengembang. Aku tahu ini tidak akan mudah—tidak ada hubungan yang sempurna, dan masa lalu masih akan menjadi bagian dari diriku. Namun, aku mulai merasa nyaman dengan kenyataan bahwa aku tidak perlu memilih antara mencintai masa lalu atau merangkul masa depan. Aku bisa memiliki keduanya, dan yang terpenting, aku bisa mencintai lagi tanpa merasa bersalah.
Hari itu, di bawah sinar matahari yang memudar, aku menerima bahwa hidupku telah berubah. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku tidak takut lagi menghadapi apa yang ada di depan.
Aku kembali 😍
Kota Udang, 30 Oktober 2024
Pecinta warna biru 💙
![](https://img.wattpad.com/cover/257846714-288-k646380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Yang Pergi ✓ [SELESAI]
Romance[END & REPUBLISH] "Kasih yang Pergi" adalah sebuah perjalanan emosional yang mendalam tentang cinta, kehilangan, dan penyembuhan. Melalui perspektif pertama Elvina, pembaca akan merasakan intensitas perasaan dan perjalanan batin yang dialami setelah...