21 | Eyang Haivan 👴

1.5K 252 27
                                    

Note : Ini bukan cerita BxB‼️
.
.
.
.
Mengandung unsur kemampuan Spesial
.
.
.
.
Semua yang terlihat di mata belum tentu kebenarannya
.
.
.
.
Happy Reading 🍀
.
.
.
.

Suara hujan yang terdengar serta suara mobil yang terus melaju mengisi pendengaran para penghuni dream kost saat ini. Berada jauh dari perkotaan dan pemukiman warga karena harus menembus hutan belantara yang tertutup kabut tebal yang menghalangi penglihatan semakin membuat mereka berhati-hati dalam melajukan mobil nya.

"Kayak nya matahari sudah tenggelam sekarang, tapi hujan nggak kunjung selesai," ucap Marka dengan memperhatikan suasana di luar dari balik kaca mobil dan memecah keheningan di antara mereka.

"Bang di sini bahkan nggak ada sinyal, coba bang Haikal panggilin burung tanya arah," saran Cakra pada Haikal yang posisi nya sudah menyandarkan kepala pada pundak Cakra.

Haikal yang malas bergerak dari posisi nya pun hanya menjawab sambil terus bermain game offline di ponsel nya. "Nggak bisa, mana ada burung terbang hari hujan gini Cak,"

Mereka menghela napas lelah, mereka tidak tahu di mana letak keberadaan mereka sekarang. Mereka hanya mengandalkan foto peta yang di kirim oleh orang tua Haikal sebelum mereka memutuskan untuk pergi ke tempat yang akan mereka tuju.

"Ini bener kan arah nya?" tanya Rayyan pada Jevan yang sedang mengemudikan mobil mereka itu.

"Kalo di lihat dari peta nya bener Rayy, tapi ya gitu. Peta ini peta tua jadi belum tentu tempat nya masih sama, soalnya kalau bener ini udah 20 tahun berarti ada kemungkinan sekarang jalan ke sana udah di tutup oleh semak liar," balas Jevan tanpa mengalihkan pandangan nya dari jalanan di depan nya.

Naka yang mendengar itu pun menoleh pada sosok remaja yang sibuk menyender pada pundak nya itu, Naka terpikir ide untuk membantu perjalanan mereka agar memiliki tujuan yang jelas.

"Coba kamu pakai kekuatan kamu Jivan," celetuk Naka sembari meraih tangan adik bungsunya itu dan menggenggam nya dengan penuh kehangatan.

Perhatian Marka, Cakra, dan Haivan yang memang duduk di bangku tengah mobil sedangkan Naka dan Jivan yang mengisi posisi di belakang jadi percakapan kedua nya masih dapat mereka dengar.

"Oh iya coba Jiv, siapa tahu kamu liat sesuatu yang menarik," ucap Cakra semangat. Setidaknya hal itu dapat menghibur Cakra sementara dari suasana gelap dan suram di luar sana.

"Tapi kan kemampuan Jivan itu random nggak sih?" tanya Haivan ragu.

Jivan langsung mengambil posisi duduk yang benar dan menggeleng untuk merespon pertanyaan Haivan itu. "Nggak bang, Jivan sekarang udah bisa ngendaliin nya semenjak Corny keluar,"

Jivan langsung memejamkan mata nya dan berkonsentrasi penuh untuk mencari masa depan mana yang ingin ia lihat.

Jivan melihat mereka bertujuh sampai di sebuah bangunan tua dan menemukan sebuah lukisan yang tertutup oleh kain tipis transparan namun, masih tidak dapat di lihat apa isi lukisan tersebut karena kain itu mulai kotor dengan debu serta sarang laba-laba yang menjuntai.

Dapat Jivan lihat tepat di bawah lukisan itu terdapat kotak kuno yang sudah berdebu namun, dari dalam kotak itu terpancar tipis tujuh warna yang berbeda dari arah dalam kotak kuno itu.

ATAP UNTUK MENETAP [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang