27 | Kebersamaan 🌺

1.3K 215 24
                                    

Note : Ini bukan cerita BxB‼️
.
.
.
.
Mengandung unsur kemampuan Spesial
.
.
.
.
Semua yang terlihat di mata belum tentu kebenarannya
.
.
.
.
Happy Reading 🍀
.
.
.
.
Di sarankan untuk mengaktifkan kuota!

***

Malam sebelum mereka semua memutus kan untuk pergi ke rumah peninggalan Eyang Haivan adalah malam terindah bagi mereka bertujuh yang saling bertukar keluh kesah selama ini tentang masa lalu dan harapan tentang masa depan yang menanti.

Seperti biasa Jivan sebelum tidur selalu menyempatkan diri untuk bermain di kamar Naka dan bercerita-cerita tentang diri nya dulu dan Naka yang memang mengizinkan Jivan untuk bercerita panjang lebar pun menjalankan tugas nya sebagai pendengar yang baik dengan menyimak setiap cerita yang keluar dari mulut Jivan.

Cerita Jivan harus tergantung lantaran pintu kamar Naka tiba-tiba di ketok dan Haivan menampak kan diri nya dengan senyum nya.

"Nah kan apa gue bilang, mereka berdua pasti lagi di kamar Naka," ujar Haivan sembari menoleh ke arah belakang.

Kemudian Haivan tanpa izin langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Naka dan di ikuti oleh Rayyan, Marka, Jevan serta Cakra yang juga ikut masuk ke dalam kamar Naka dengan membawa beberapa plastik yang bisa di pastikan isi nya adalah cemilan.

Rayyan, Marka, Cakra, Jevan dan Haivan duduk di karpet bulu di samping ranjang Naka sedangkan Naka dan Jivan turun dari ranjang dan turut ikut duduk di karpet bulu itu dan berakhir lah mereka duduk dengan membentuk lingkaran.

"Kenapa?" tanya Naka to the point' dengan wajah datar nya.

Mereka tertawa canggung lalu, Marka mulai membuka suara nya saat melirik Haivan yang tidak ada tanda-tanda untuk membuka suara. "Kumpul-kumpul Na. Kapan lagi kita kayak gini, jadi gapapa ya numpang kamar mu?" tanya Marka sembari langsung mengambil keripik singkong milik Cakra.

Naka melirik teman-teman nya yang memasang wajah dengan tampang memelas, Naka yang melihat itu menghela napas singkat namun, tak urung untuk mengangguk setuju.

"Akhirnya! Gue udah was-was kalau Naka bakal ngamuk," ucap Haivan semangat seraya mengambil satu potong pizza yang di beli oleh Cakra melalu delivery.

Rayyan mencibir singkat seraya memutar bola mata nya malas. "Lo mah emang gitu Van, ngajak aja tapi tanggung jawab kagak."

Haivan mengabaikan Rayyan dan lebih memilih bersandar pada bahu Jevan. "Dih jijik banget Lo Van, pakek nempel segala. Kalau Naka, Jivan atau Cakra gue oke, tapi kalau Lo skip deh," cibir Jevan seraya mendorong kepala Haivan untuk menjauh.

"Jahat Lo Jev, sumpah gue sakit hati tau nggak Lo ma--

Perkataan Haivan terpotong lantaran Marka sudah lebih dari dulu menarik kepala Haivan untuk berbaring pada bagian kaki(paha) nya. "Nah kayak bang Marka gini, jadi kakak idaman bukan kayak loh pilih kasih," sindir Haivan sembari menunjuk Jevan yang sedang meminum sekaleng cococola.

Jevan hanya menggendikan bahu nya acuh dan memilih untuk membuka obrolan tentang kehidupan nya sebelum bertemu mereka semua.

"Kalian tau?"

"KAGAK!" bentak Rayyan yang membuat mereka semua terlonjak kaget.

"Astaghfirullah Rayy, sabar napa gue baru mau buka suara anjir," ucap Jevan dengan mengelus dada nya sendiri.

ATAP UNTUK MENETAP [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang