bab 20 | pertemuan

1K 87 10
                                        

Hari ini Salsa, Lian, Aro, dan Bila sedang berada di markas. Bila sedang sibuk mengerjakan tugasnya yang sudah hampir deadline, Aro sedang tidur di sofa yang terletak di belakang Bila, Lian yang sedang memainkan ponselnya begitupun dengan Salsa.

Salsa fokus sekali menatap ponselnya sesekali mengetikkan sesuatu disana.

"Li, ibunya Alessa nanyain lu". Fyi, Aro dan Bila sudah mengetahui semua huru-hara yang terjadi antara Lian, Alessa, dan Salsa. Aro sempat memarahi Salsa yang tidak memberitahunya sejak awal sedangkan Bila sedikit terkejut mengetahui fakta kalau Salsa sempat diteror oleh Alessa untuk beberapa waktu namun dilain sisi dia merasa lega karena Lian sudah mengetahui semuanya, Bila pikir memang sudah seharusnya seperti itu, karena akan menjadi tidak adil jika hanya Salsa yang terbebani disini.

Lian menoleh ke arah Salsa kemudian dia menggeser tubuhnya ke arah Salsa untuk duduk lebih dekat.

"Apa katanya?".

"Ga usah deket-deket bisa gak sih". Ucap Salsa sambil menggeser badannya ke kanan untuk memberi jarak antara dia dan Lian.

"Yah elah segitu najisnya kah gua". Sahut Lian dengan muka datarnya.

"B-bukan gitu". Salsa jadi merasa tak enak hati dengan Lian akhirnya dia mengalah kembali ke posisi duduk sebelumnya.

"Nih lu baca aja sendiri". Salsa menyerahkan ponselnya yang diterima oleh Lian namun ekspresi Lian masih terus cemberut.

"Ga usah cemberut gitu lu, makin jelek yang ada". Lian hanya melirik Salsa sinis.

"Dih". Ucap Salsa ketika melihat tatapan sinis Lian.

Lian membaca pesan yang dikirimkan oleh ibunya Alessa, beliau menanyakan kapan Lian akan berkunjung ke rumahnya untuk menemui Alessa. Selama Lian berpacaran dengan Alessa, Lian sama sekali belum pernah bertemu dengan ibunya Alessa. Bahkan menginjakkan kakinya di teras rumah Alessa pun dia tak pernah. Setiap dia mau pergi dan menjemput Alessa dia hanya akan menunggu di depan gerbang, dia tidak ingin Alessa dan ibunya berharap lebih terhadap dirinya karena memang sejak awal alasan Lian menerima Alessa hanya karena untuk mempertahankan nyawanya Alessa saja bukan karena cinta.

Lian membalas pesan itu.

Bu, ini saya Lian. Maaf atas hal yang sudah saya perbuat ke anak ibu. Saya ga ada maksud untuk menyakiti atau apapun itu. Kalau ibu ada waktu malam ini saya bersedia untuk datang dan bertemu dengan Alessa tetapi saya datang tidak sendiri Bu saya akan ajak Salsa bersama saya, apa boleh bu?.

Nak Lian terimakasih atas ketersediaan kamu untuk melihat Alessa, ibu mengerti nak Lian, nak Zibran sudah menceritakan semuanya ke ibu bagaimana awal mulanya kamu bisa menjalin hubungan dengan anak ibu. Ibu sama sekali tidak akan menyalahkan kamu karena ibu mengerti Alessa memang keras kepala terkadang dia bisa berbuat nekat juga jadi ibu yakin kamu pasti mempunyai alasan kenapa pada akhirnya kamu menerima anak ibu, itu pasti karena kamu tidak punya pilihan lain. Kalau nak Lian mau datang nanti malam silahkan mau ajak mba Salsa pun silahkan. Terimakasih nak Lian sekali lagi ibu tunggu di rumah ya nak. Balas ibunya Alessa

Saat Lian hendak kembali membalas pesan dari ibunya Alessa satu pop up pesan muncul di ponsel Salsa, dan pesan itu berhasil membuat moodnya semakin terjun ke bawah jurang.

Bara
Sayang kamu lagi apa?

Lian buru-buru menggeser notifikasi itu kemudian menyerahkan kembali ponsel Salsa. Dia tidak jadi membalas pesan ibunya Alessa karena sudah tidak mood.

"Nih". Lian mengembalikan ponsel Salsa dengan wajah yang masih ditekuk.

"Pacar lu nanyain tuh". Lian berbicara dengan ekspresi julitnya.

Belum Terlambat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang