35. The Bracelet, and The Accident

156 46 25
                                    

Haaay, hallow! Maruk is back, sapa yang kangeeen?! 🤩

Chap ini lumayan panjang yaw!

Ini keknya next chap ending siiih 💋

Janlup buat pencet bintang yang ada di pojok bawah sana yaw! Mwaaaah 💋

Enjoy, and happy reading 🕊️



























"Jenandra mau Jenandra bahagia."—Jenandra.




























•••••

Di dalam kamar dengan nuansa biru langit itu, terduduk seorang pemuda yang tengah sibuk dengan sesuatu yang ia tengah buat. Sibuk memasukkan satu demi satu biji manik ke dalam tali gelang yang akan ia buat.

Ulang tahun gadis yang ia cintai tak lama lagi akan segera tiba, Jenandra bingung harus memberi kado apa pada Karin. Hingga akhirnya, terlintas di pikirannya untuk membuat gelang manik buatannya sendiri untuk Karin.

Meski tak mahal, mungkin dapat dikatakan jika itu berharga? Bukankah berarti atau tidaknya suatu hadiah itu bukan dilihat dari harganya? Namun dari siapa, dan sebesar apa effort dari sang pemberi hadiah.

Jenandra menoleh ke arah pintunya begitu mendengar pintu kamarnya dibuka, senyum di wajahnya mengembang ketika tau siapa yang datang. Dengan sebuah nampan berisi susu hangat dan juga buah apel yang dibawa oleh sang ibu.

"Buna." sapa pemuda itu dengan cukup riang, tak ingin menunjukkan pada sang ibu jika dadanya kembali terasa sakit.

Namun, kali ini Jenandra yakin dirinya bisa menangani rasa sakit ini. Jenandra sudah terbiasa dengan rasa sakit omong-omong. Jadi kali ini, tak ada masalah baginya.

Rossa tersenyum teduh, ia letakkan nampan itu di atas nakas milik putranya. Lantas duduk tak jauh dari tempat putranya duduk saat ini, sebuah pertanyaan ia lontarkan pada si bungsu.

"Lagi ngapain?" Ia menengok sang putra tengah sibuk dengan biji manik. Entah untuk apa putranya bermain dengan biji manik.

"Lagi bikin gelang." Jenandra menunjukkan gelang buatannya yang sama sekali belum selesai, hanya baru ada lima biji manik besar berwana biru laut di sana.

Rossa mengernyit, "Gelang? Buat apa?"

Membuat sang putra menyengir dengan lebar, hingga membuat mata putranya tenggelam. Seolah ikut tersenyum bersama dengan bibir pucat si bungsu, "Buat Karin, Buna."

"Buat Karin?" Si ibu lantas bertanya demikian, membuat putranya mengangguk sembari menggumam pelan.

"Ya, 'kan, Karin bentar lagi ulang taun, Buna. Jadi Jenandra mau kasih Karin kado yang Jenandra buat sendiri gitu." Anak itu kembali memasukkan satu per satu biji manik besar berwarna biru laut itu ke dalam gelang.

Rossa mengangguk paham, bungsunya ini mirip sekali dengan Jeffri ketika muda dahulu. Gemar sekali memberinya hadiah-hadiah kecil yang katanya dibuat sendiri oleh Jeffri.

"Buna nggak dibuatin?" Tiba-tiba Rossa menceletuk demikian, membuat Jenandra menoleh.

"Buna mau? Nanti Jenandra buatin juga. Mau yang warna apa?" Ia menatap sang ibu dengan antusias.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEY, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang