Pikiran Nirmala benar-benar kacau. Dia tidak tahu sejak kapan dia menangis dengan menyedihkan seperti ini, yang jelas dia benar-benar ingin menghilang dari tempat tersebut detik itu juga. Kalimat-kalimat Trisha dan Nathan barusan masih terus terbayang di kepalanya. Hatinya benar-benar remuk. Sumpah demi apapun dia tidak pernah sudi untuk merasakan sakit seperti ini lagi.
Dasar bajingan!
Sungguh Nirmala nyaris memberikan segalanya untuk cowok keturunan Belanda tersebut. Bahkan di saat dia bukan siapa-siapanya, hatinya tetap tertuju padanya. Lalu sekarang apa? Nirmala seakan-akan seperti menelan buah durian utuh-utuh!
Sakit banget, anjing!
Air mata Nirmala semakin deras. Langkahnya sudah sempoyongan. Tenggorokannya mulai terasa sakit sebab hampir 5 menit dia menangis mengeluarkan suara rintihan yang sangat menyedihkan. Kalau boleh dia menilai, cewek itu persis seperti anak hilang yang tidak tahu arah pulang. Dia tidak mau ke kembali lagi. Dia tidak mau bertemu Nathan.
Di antara semua hal yang berkecamuk di kepalanya, apapun itu, dia tidak ingin bertemu Nathan. Membayangkan kembali wajah cowok itu, dadanya seperti tertusuk.
Kenapa bisa Nirmala lagi-lagi jatuh di lubang yang sama? Kenapa lagi-lagi dia harus merasakan sakit seperti ini bahkan bisa dibilang lebih sakit dari luka yang pernah dia dapatkan sebelumnya? Kenapa harus Nathan yang membuatnya seperti ini? Kenapa?
Dia kira cowok itu berbeda.
Dia kira Nathan lebih baik dari Zayan atau pria lain yang pernah dia temui sebelumnya.
Dia tidak sudi kenapa harus Nathan yang melakukan ini padanya?
Bruk!
Sial. Karena terlalu bergelut dengan rasa sedihnya, Nirmala bahkan sampai beberapa kali menabrak bahu orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Barusan adalah yang paling kacau, dia sampai terjatuh ke tanah saat menabrak bahu seseorang.
“I’m sorry ... I’m sorry.” Nirmala cepat-cepat kembali berdiri dan meminta maaf sembari membungkukkan tubuhnya berkali-kali. Kepalanya sudah terlalu pusing. Dia benar-benar butuh suasana tenang untuk berpikir jernih dan memutuskan langkah apa yang harus dia lakukan setelah ini.
Sialan.
Kenapa hal ini baru dia ketahui di waktu yang tidak tepat?!
“Nirmala?”
Sepersekian detik mendengar orang yang barusan dia tabrak menyebut namanya, tubuhnya langsung tersentak. Nirmala detik itu langsung mendongak, meski pandangannya sedikit buram lantaran menangis dan mengeluarkan air mata, namun dia bisa memastikan siapa pria yang berada di hadapannya ini.
“Mala kamu kenapa?!” Pria itu mendekat, menyentuh bahu Nirmala dan meneliti dirinya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. “Kamu sendirian? Di mana Nathan?!” tanyanya, terlihat ikut panik.
Mendengar nama Nathan disebut, entah kenapa memberikan respon aneh pada dirinya. Alhasil tangisnya semakin kencang. Air matanya keluar lebih deras dengan suara rintihan yang terdengar memilukan.
“Mala—what the hell was wrong with you?!”
“To—tolong ... Hiks!” Nirmala kesulitan untuk berbicara dengan benar karena menangis, seluruh tubuhnya bergetar dan energinya terkuras entah kemana. “Tolong saya—hiks! Tolong saya Mas Jeva ...”
*
30 menit berlalu dalam diam. Nirmala akhirnya bisa berhenti menangis. Namun sekarang justru disulitkan oleh suasana yang amat canggung bukan main. Di antara jutaan orang yang datang mengunjungi pulau Ibiza, kenapa harus Jevais yang dia temui? Cewek itu seakan-akan dipaksa untuk menelan ludahnya sendiri setelah melontarkan kata-kata yang cukup nyelekit pada pria itu beberapa minggu yang lalu di basemen apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jellyfish
Fanfiction"I take that back again. I don't want to sting you. It abuse. I just wanna stay away from you. Its a good choice." Said someone who act like don't give a fuck but actually feels heart break so bad. Note: Sequel dari Wonderwall. *Be original. Don't c...