Nirmala terbangun saat merasakan ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Cewek itu menoleh ke samping, mendapati sosok Gina yang masih terlelap dan tidak ada tanda-tanda akan terbangun meski sinar matahari sudah muncul dari sela-sela tirai jendela.
Pulang jam berapa mereka semalam?
Dielusnya tangan Gina dengan lembut, lalu perlahan dia melepaskannya darinya. Perutnya lapar, dia ingin makan sesuatu di dapur. Kalau tidak salah Seath kemarin membawa stok roti dan selai kacang cukup banyak. Makan dua lembar roti sepertinya cukup untuk mengganjal perutnya. Tidak butuh waktu semenit dia keluar dari kamar, masih menggunakan piyama dan rambut yang tergerai acak-acakan.
Jika Gina dan Rachael masih tertidur begitu pulas, pasti Seath dan Nicholas juga tidak jauh berbeda. Tidak seperti Nathan yang Nirmala sudah dapati sedang berada di dapur, membuka sebotol air mineral yang baru saja dia ambil dari lemari es.
“Such a morning person, huh?” Nirmala tersenyum seraya melempar tatapan menggoda. Seketika lupa jika penampilannya begitu buruk dibandingkan Nathan.
Mendengar suara Nirmala, Nathan segera menoleh. Cowok itu mengenakan celana training selutut dan tanktop abu-abu. Memperlihatkan bahu dan lengannya yang sedikit berkeringat. Sepertinya dia sehabis jogging atau workout. Kebetulan memang di hotel tempat mereka menginap menyediakan fasilitas gym yang memadai.
“Liefje?” panggilnya.
Nirmala berjalan mendekat, bersamaan dengan cowok itu yang mengambilkannya air mineral lainnya di kabinet.
“Habis ngapain?” tanya cewek itu, menerima pemberian Nathan dan meminum sejenak air mineral tersebut untuk menyegarkan kembali tenggorokannya yang kering.
“Jogging,” jawabnya. Dia membasuh sebelah tangannya, lalu tiba-tiba menyentuh wajah Nirmala. Mengusap sudut bibirnya dengan lembut. “You wanna eat something? Breakfast section is over. But I can make you something with bread if you feel hungry.”
Bukannya menjawab pertanyaan Nathan, Nirmala malah dibuat terdiam. Dia bingung dengan perlakuan cowok itu barusan. “Ka—kamu ngapain tadi?” tanyanya.
Nathan terkekeh. Cowok itu hanya menggeleng dan membetulkan sejenak rambut Nirmala yang terlihat kusut dan mengecup singkat keningnya, sebelum akhirnya mengambil roti dan selai untuk dia bawa ke meja pantry.
Nirmala masih belum bisa merespon apa-apa. Dia malah menatap punggung Nathan sembari memegang sudut bibirnya yang sedikit basah. Hingga beberapa detik kemudian cewek itu tersadar sesuatu. Semalam sehabis pulang dari kafe sekaligus diskotik tersebut, Nirmala langsung mandi dan bersih-bersih. Setelahnya dia tertidur begitu pulas. Jangan bilang karena tertidur saking pulasnya, dia sampai ileran dan meninggalkan jejak macam sungai Kapuas?!
“YANG IH, GAK LUCU!” kesal Nirmala. Cewek itu langsung ngabrit kembali ke kamar untuk cuci muka. Meninggalkan Nathan yang tertawa lepas melihat reaksi lucunya tersebut.
Lima menit kemudian Nirmala kembali muncul dengan penampilan yang lebih rapi. Rambut panjangnya dia gulung dengan jedai, wajahnya terlihat lebih fresh dibandingkan beberapa menit yang lalu. Di meja sudah tersedia beberapa tumpuk roti untuk mereka makan.
“So, you wanna walk around? To the beach?” ajak Nathan, sebab cowok itu tahu Nirmala tidak akan bisa menolak ajakannya itu. Apalagi cewek itu amat menyukai pantai dan sejenisnya.
Akhirnya mereka pun meninggalkan hotel dan berakhir berjalan santai di pinggir pantai yang memang masih berada di kawasan hotel. Nirmala sibuk mengunyah roti selai kacangnya yang sengaja dia bawa dari hotel. Selain makan dia juga sibuk memotret pantai, pasir, langit, debur ombak, bahkan Nathan sekaligus yang berjalan di sampingnya (meski pada akhirnya cowok itu menolak untuk dipotret lebih banyak lagi).

KAMU SEDANG MEMBACA
Jellyfish
Fanfic"I take that back again. I don't want to sting you. It abuse. I just wanna stay away from you. Its a good choice." Said someone who act like don't give a fuck but actually feels heart break so bad. Note: Sequel dari Wonderwall. *Be original. Don't c...