Seingat Nathan, dia tidak membawa Rocky—anjing di rumahnya—masuk ke dalam kamar dan tidur bersamanya. Pasalnya dadanya terasa berat. Awalnya dia mengira Papanya iseng memasukkan Rocky dan kini anjing pudel itu sedang tidur di atas tubuhnya. Namun setahunya, Rocky tidak punya aroma feminim seperti perpaduan antara vanila dan melati.
“Yang, wake up, Yang!”
Dan lagi, sejak kapan Rocky bisa berbicara? Atau jangan-jangan ...
“Naith, bangun dulu sebentar! Ini jam 12 tetot. You are officially 27 years old!”
Seketika Nathan langsung membuka matanya. Dia terbelalak saat mendapati sosok Nirmala berada tepat di atasnya. Cowok itu nyaris memekik terkejut, namun cewek itu cepat-cepat menutup mulutnya dengan jari telunjuknya, lalu menarik tubuh cowok itu untuk duduk.
“Shhh! Jangan berisik!”
“Mala, what are you—”
Kalimat Nathan terhenti saat Nirmala tiba-tiba mengambil sesuatu di lantai. Sebuah kue kecil seukuran telapak tangan yang terdapat lilin kecil tertancap di tengah-tengahnya.
“Saeng-il chughahamnida, saeng-il chughahamnida, happy birthday dear, Nathan~ selamat ulang tahun!” Nirmala bernyanyi dengan suara pelan. Takut membangunkan Mamamel dan Paparo yang mungkin saja sudah tertidur lelap.
“Lang zal hij level, lang zal hij level, lang zal hij level in de gloria! In de gloria~ In de gloria~” Nirmala kembali bernyanyi. Kali ini versi Belanda yang kalau di bahasa Indonesia judulnya Panjang Umur. Cewek itu cukup effort buat hafalin lirik singkat tersebut dengan pelafalan yang benar.
Nathan tersenyum lebar. Cowok itu mengucek matanya sejenak sebelum akhirnya meniup lilin tersebut dalam sekali tiup. Nirmala berseru pelan, lalu mencubit ujung kuenya dan menyuapinya pada mulut Nathan.
“Happy birthday to my lovely man! Semoga panjang umur, sehat selalu, banyak rezeki, banyak uang, sayang keluarga, sayang Nirmala, makin soleh, selalu istiqomah, jadi suami yang baik, royal and loyal, apa lagi?” Nirmala menatap Nathan. Tepat pada mata hazelnya yang terlihat gelap meski di bawah pencahayaan yang remang-remang. “Pokonya wish you all the best buat kesayangannya aku!” lanjut cewek itu.
Nathan sudah gemas. Alhasil menariknya dalam pelukannya. Mengusap punggung dan kepala cewek itu, sesekali menyesap aroma khasnya yang selalu menjadi favoritnya. “Thank you,” gumamnya lalu mengecup kepalanya.
“Wait, Yang. I’m not finish yet!” Nirmala melepas pelukan cowok itu dan mengambil sesuatu di lantai, sebuah tote bag berukuran besar yang sepertinya di dalamnya terdapat banyak barang-barang. “Kado, gift, geschenk buat kamu.”
Cowok itu menerima pemberian tersebut. Nirmala turun sejenak dari atas ranjang untuk menyalakan saklar lampu. Kini ruangan gelap tersebut menjadi terang benderang. Nirmala mengenakan daster dengan balutan kemeja flanel yang barusan dia pakai saat pergi ke taman. Rambutnya dia ikat asal, membiarkan beberapa helai rambut hitamnya jatuh begitu saja di sekitar lehernya.
“Actually, I’m kinda confussed to choose the best gift for you. Like—you know—you love something stylish, but you love something unique, and at the same time you really like the luxury stuff. So ... I put everything.”
Tangan Nathan bergerak untuk membetulkan rambut Nirmala yang menghalangi sebagian wajahnya, tak lupa membetulkan posisi kemejanya agar menutupi dadanya yang sedikit terekspos.
“I would love everything you gave, Liefje. Even you came along to my hometown and stay in my house is the best gift ever for me. Thank you.” Nathan menarik pelan tangan cewek itu untuk mengecup keningnya sebentar sebelum akhirnya membuka hadiahnya satu-persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jellyfish
Fiksi Penggemar"I take that back again. I don't want to sting you. It abuse. I just wanna stay away from you. Its a good choice." Said someone who act like don't give a fuck but actually feels heart break so bad. Note: Sequel dari Wonderwall. *Be original. Don't c...