Juli, 2025
Nathan menatap pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi. Sejenak dia terdiam menatap dirinya, menatap netra cokelat terangnya yang entah kenapa terlihat begitu gamang. Ini sudah lewat berminggu-minggu sejak Nathan memutuskan untuk memulai hubungan baru dengan cewek Philipina tersebut. Bukan tanpa alasan, tapi menurutnya, jika dia diam saja membiarkan dirinya larut dalam bayangan Nirmala, hidupnya tidak akan pernah damai. Mungkin siapa tahu, Trisha bisa menjadi pelipur laranya.
Yeah. Mereka akhirnya memutuskan untuk menjalani sebuah hubungan sepasang kekasih. Meski Nathan tidak yakin dapat memandang Trisha sebagai dirinya seutuhnya atau justru hanya sebagai pelampiasan rasa sakitnya akan kehilangan Nirmala.
Drrt drrt drrt!
Trisha Abalo
|Aku sudah ada di bawah.
|Kau masih lama?Nathan menatap notifikasi di ponselnya, sebelum akhirnya menghela napas dan bergegas turun ke lobby di mana Trisha sudah menunggunya di sana. Tidak sampai 5 menit cowok itu sampai dan mendapati cewek itu sedang duduk di salah satu kursi sembari melipat kakinya. Kening Nathan mengernyit saat melihat Trisha dengan santainya menyesap lintingan rokok yang terapit di jemarinya.
“I said no smoking! That’s not good for your health!” Bukannya menyapa, Nathan justru melancarkan protesnya pada cewek itu.
Respon Trisha hanya berdecak. Cewek itu berdiri dan menghadap cowok itu yang tubuhnya 20 cm lebih tinggi darinya. Beberapa detik mereka saling tatap. Mood Nathan entah kenapa seketika terasa berantakan, begitu pun Trisha. Namun pada akhirnya, cewek itu menghembuskan napasnya dengan kasar, membuat asap rokok tersebut mengenai wajah Nathan begitu telak.
Nathan yang tidak pernah terkontaminasi oleh asap rokok seketika terbatuk dan mundur dua langkah ke belakang untuk menghindar. Tadinya dia ingin kembali protes, namun batal saat melihat Trisha menjatuhkan rokoknya yang tersisa setengah batang itu dan menginjaknya agar padam.
“Sudah. Sekarang kau puas?” tanyanya.
Cowok itu berdecak, dan mendorong pelan tubuh Trisha agar mundur beberapa langkah. Setelahnya dia mengambil puntung rokok yang barusan cewek itu injak dan melemparkannya ke tempat sampah.
“Come on.” Nathan menarik tangan Trisha untuk berjalan meninggalkan gedung apartemen menuju halte terdekat. Mereka berniat untuk makan siang di salah satu kafe yang bertema outdoor. Swansea saat ini sedang tidak mendung, justru sangat cerah. Seakan-akan mendukung mereka untuk berkencan.
Trisha tidak banyak bicara. Dia hanya akan bicara jika ada hal yang penting dan hal yang dia butuhkan saja. Dia juga orangnya sangat bebas, mungkin karena perbedaan budaya hidupnya yang hampir serupa dengan budaya orang barat. Nathan pun juga cukup terkejut saat mengetahui latar belakang Trisha. Dia dilahirkan tanpa seorang ayah. Ibunya menaruhnya di panti asuhan di usia 6 tahun dan tidak pernah bertemu dengan wanita itu lagi sejak saat itu. Setelahnya dia benar-benar berjuang seorang diri.
Jujur, Nathan sebenarnya cukup prihatin saat mendengar kisahnya. Berbeda jauh dengannya yang benar-benar berasal dari keluarga utuh dan mendukungnya dengan baik. Berbeda juga dengan Nirmala yang berasal dari keluarga harmonis dan menyayangi anak-anaknya tanpa ada pilih kasih. Dari situ Nathan bisa menilai jika Trisha adalah sosok yang keras dan mandiri. Buktinya, di usianya yang ke-18 dia sudah nekat pergi ke Singapura untuk bekerja. Tiap kontrak kerjanya selesai dia akan pergi ke negara lainnya hingga sampai saat ini di usianya yang ke-24.
“Jadi, akhirnya kau diterima bekerja di perusahaan itu? Yang kemarin kau ceritakan padaku?” tanya Nathan. Cowok itu merobek sedikit ujung croissant plain di piringnya, mencelupkannya pada kopinya, lalu memakannya dalam sekali suap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jellyfish
Fanfiction"I take that back again. I don't want to sting you. It abuse. I just wanna stay away from you. Its a good choice." Said someone who act like don't give a fuck but actually feels heart break so bad. Note: Sequel dari Wonderwall. *Be original. Don't c...