11. merayakan patah hati

68 11 0
                                    

Adel sampai di rumahnya saat hari sudah hampir tengah malam, masuk kekamar. Adel langsung menatap kaca yang memantulkan wajah dirinya yang nampak datar.

"Lihat bro, kamu punya dua pilihan sekarang." Ujar Adel berbicara dengan bayangan dirinya di kaca.

"Jadi pecundang bodoh merobek pakaian dan berteriak, atau tetap jaim. Asal kamu tau aja aku akan tetap jaim, ya itu lebih baik sekarang. Dan apa yang harus terjadi sudah terjadi sekarang, engga masalah karna engga ada ketegangan sekarang, bagus." Adel mengacungkan kedua jempolnya.

Pagi datang seperti biasanya, Adel terbangun karna alarm, mandi, memakai pakaian seperti biasa, sarapan lalu berangkat ke kampus.

Sampai kelas Adel menyapa teman-temannya seperti biasa, duduk dikursinya membuka buki-buku referensi untuk pembuatan skripsi, lalu Zee dan Christy mendekati kursi Adel.

"Kami bakal ke bioskop malem ini, mau ikut?" Tanya Zee.

"Terus kita bakal makan-makan." timpal Christy.

"Dimana?" tanya Adel, "di cafe tempat aku diputusin kemarin? Kenapa engga, aku baru aja dibuang cewe dan aku harus ngelakuin hal-hal yang nyenengin. Buat aku terhibur!"

"Pasti, bro." Kekeh Zee.

Z

ee, Christy, Olla dan Flora menemani Adel bersenang-senang malam ini, mereka duduk sambil saling melemparkan lelucon untuk membuat Adel setidaknya merasa sedikit baikan setelah patah hati kemarin.

"Aku lagi nunggu kamu ngerasa baik." ujar Christy yang duduk tepat disebelah Adel, "tapi keknya kamu baik-baik aja sekarang. Jadi ini, kamu ninggalin ini direstoran kemarin" Christy menaruh kotak yang berisi cincin di atas meja.

Adel mengambil kotak kecil itu, "duit aku terselamatkan, bro." di akhiri dengan kekehan dari teman-temannya.

"Belum pernah ngeliat dia sebahagia ini." Olla berucap disela tawanya. "Tolong bantu aku putus juga."

୫୫୫

Adel membunyikan bel apartemen Feni, yang langsung disambut Feni dengan muka bareface, sepertinya ia sedang tidur.

"Maaf ini udah larut malam." sapa Adel ketika Feni telah membuka pintu sepenuhnya.

"Engga apa-apa."

"Tapi aku cuma--"

"Masuk dulu." tawar Feni lembut.

"Engga, aku ga bakal lama-lama aku cuma lagi berfikir, maksud aku, kamu-- daripada." Adel bingung, dan menjadi gugup.

Feni berjalan mendekati Adel yang nampak berdiri dengan kegugupan, "Adel, liat aku. Ada apa? Bicara pelan-pelan."

"Ini ga seperti yang kamu pikirkan, ada hal penting."

"Kalo gitu, katakan." Feni masih melembutkan suaranya.

"Kamu tau, di jepang itu beda, kita janji bakal bohong tapi disini kamu ga harus bohong."

"Apa?"

"Yang sebenarnya!" Adel tiba-tiba meninggikan suaranya membuat Feni terkejut. "Kamu bisa ngasih tau yang sebenernya." Lanjut Adel dengan suara yang rendah kembali.

"Adel, masuk dulu kedalem ya?"

"Aku kesini bukan untuk masuk, kamu harusnya bilang aja kalo aku bukan levelmu."

"Adel."

"Aku engga tau apa pendapatmu tentang aku yang di jepang, tapi disini? Kamu tau siapa aku, seperti pria normal pada umumnya."

"Adel, bentar."

"Aku cuma orang biasa."

"Itu masalahnya, Del."

"Aku biasa aja, kayak mereka ke kampus jalan kaki sambil bawa tas, dan aku akui jika aku lebih muda dibawah mu dan belum mendapatkan pekerjaan tetap, tapi setidaknya sekarang aku sedang berusaha mengerjakan skripsi agar bisa tamat lebih cepat dari lain."

"Itu lah maksud aku, Adel. Kamu bukan orang yang kayak gitu. Aku tau kamu itu siapa."

"Ya kamu tau, tapi orang lain engga. Keluarga, dan temen-temen aku ga tau siapa aku tapi kamu tau siapa aku." Adel meninggikan suaranya lagi.

Feni menatap mata Adel dalam, "Engga apa-apa, semuanya baik-baik aja." Feni berjalan semakin mendekati Adel berusaha menenangkan.

"Engga semuanya engga baik-baik aja, Feni." Adel menggelengkan kepalanya cepat, "gimana mungkin?"

"Lebih baik kamu lupain."

"Apa yang harus dilupain?!"

"Adel, ikutlah!" Feni berusaha menarik tangan Adel.

"Aku sungguh minta maaf." Adel melepaskan tangan Feni yang mengenggam lengannya.

"Engga apa-apa, Del. Ga masalah. Masuklah."

"Aku ga perlu masuk. Aku kesini bukan untuk memulihkan diri."

"Engga ada artinya berdiri diluar sini."

"Ini udah larut malem, dan orang-orang pasti udah tidur."

"Aku bisa bangunin mereka karna aku gila, aku akan teriak dan buat keributan. Mendramatisir, bawa aku masuk dan seembunyiin terserah apa aja buat ngendaliin binatang buas ini!" Adel kembali berteriak yang membuat Feni lagi-lagi tersentak kaget.

Adel membalik tubuhnya membelakangi Feni, lalu pergi begitu saja.

"Adel!" Panggil Feni berusaha mengejar Adel.

Adel terus berjalan dengan cepat menghiarukan suara teriakan Feni yang memanggil dirinya.

Bersambung.














⛆Its0nesky⛆





If You With Me (AdelxFeni) [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang