8. studio lukis

76 15 2
                                    

Tahun berikutnya datang, Feni sudah lulus dari kuliahnya, dan langsung bekerja di sebuah perusahaan arsitektur. Lagi-lagi hidup berjalan dengan sendirinya, dan perasaan kosong itu masih memenuhi hati Feni.

Sekarang hari-harinya hanya dilalui dengan bekerja-pulang-tidur-bekerja lagi. Bahkan hari liburnya sekarang hanya dihabiskan untuk tidur dan membaca buku.

Tahun pun berlalu lagi, karna ketekunannya dalam bekerja membuat ia naik jabatan dan dipindah tugaskan yang sebelumnya berada di Bandung, pindah ke Jakarta kota pusat Indonesia.

Feni diberikan fasilitas berupa apartemen mewah bertema modern klasik, yang menambah kesan estetika tersendiri. Dan karna jabatan barunya ia tidak diharuskan untuk datang ke kantor, cukup bekerja dari rumah atau dimana pun yang ia inginkan.

Saat sedang berjalan-jalan di pusat kota, Feni menemukan sebuah studio lukis sekaligus mencakup perpustakaan tentang buku yang berisi kan tentang seni bernama Lukis Creative Studio & Space yang Feni ketahui namanya dari buku yang Adel miliki saat mereka liburan di jepang beberapa tahun yang lalu. Feni berpikir apakah ia harus mencoba masuk ke studio itu atau tidak.

Lalu ia memutuskan untuk masuk, dan meminjam buku sebagai inspirasi dalam pekerjaannya yang masih berhubungan dengan menggambar.

Hari demi hari Feni membaca buku tersebut, saat senggang dari pekerjaan, di apartemen ataupun direstoran buku itu terus ia genggam. Sampai satu hari saat Feni membaca buku disebuah cafe ia tidak sengaja melihat seorang laki-laki yang ia kenali.

Berkali-kali ia menoleh ke arah laki-laki itu, memastikan apakah itu benar Adel atau cuma khayalannya sampai akhirnya senyum tiba-tiba mengembang di bibirnya saat ia menyadari jika itu pasti Adel.

Adel nampak sibuk mendengar penjelasan dari rekannya, sesekali ia memanggutkan kepalanya. Feni berjalan untuk keluar dari cafe tapi sebelum mencapai pintu keluar ia terhenti dan sedikit memikirkan apakah harus kembali atau tidak.

Akhirnya setelah menyiapkan mental yang cukup Feni memutuskan untuk kembali dan berjalan melewati tempat Adel duduk dengan cara senatural mungkin, yang langsung di notis oleh Adel.

"Permisi, permisi." Adel berdiri dari duduknya setelah meminta izin pada temannya. "Hai."

Feni menoleh, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan senang yang bercampur. "Miyako?! Ya tuhan, kamu disini? Kok bisa?"

"Aku sering disini, dan kamu dari Jakarta?" Tanya Adel dengan senyum yang tak kalah mengembang.

"Denger, kita udah sepakat untuk engga ketemu lagi kan?" Feni mengatakannya dengan penuh semangat.

"Terus gimana?" tanya Adel.

"Kita harus gimana?" tanya Feni balik.

Adel menjulurkan tanganya, "Adel."

"Adel? Kek krokodel?" Feni membalas juluran tangan Adel, "Feni, Feni Faranisa."

"Adelio Narendraputra."

"Nama asli kamu?"

"Aku yang sebenernya, masih mahasiswa tapi aku kerja di studio lukis ini." Adel menyerahkan kartu namanya.

Feni menatap kartu nama yang Adel berikan, "oke dengerin. Ini bukan suatu kebetulan, aku cuma pura-pura. Aku sering kesini karna aku tau kamu juga sering kesini, aku dateng dari Bandung dan ke Jakarta karna pekerjaan, aku ga bisa ngendaliin diri aku." Feni menjelaskan panjang lebar.

"Engga apa-apa, ga perlu merasa bersalah."

"Beneran?"

"Iya."

"Ada lagi." Feni sedikit bingung menjelaskan, ia lalu meminta untuk duduk terlebih dahulu. "Bisa kita?"

"Ya tentu, silahkan kamu dulu."

Adel dan Feni akhirnya duduk berhadapan, dan Feni langsung menjelaskan lagi.

"Kamu tau, saat aku pulang dari pulau Miyako, ku pikir akan baik-baik aja, kayak biasanya. Aku tidak tau itu disebut apa, cinta dan betapa bodohnya aku, kenapa aku bersikap seperti ini ke kamu?" Feni mengoceh dengan semangat dan diakhiri dengan rasa tidak percaya diri. Lalu ia menatap ke arah meja teman Adel berada.

"Temen-temen kamu nungguin."

Adel ikut menoleh ke arah pandang Feni, "bisa kasih aku lima menit?" Tanya Adel.

"Iya pasti!"

"Okey." Saat Adel ingin berdiri dari duduknya, Feni bersuara lagi.

"Denger, kamu ga usah takut sama aku karna aku bukan penguntit gila. Aku janji engga akan bebanin kamu, aku tau kamu punya kehidupan dan mungkin juga pacar."

"Aku ga punya pacar." Sahut Adel.

"Oh okey, okey." Feni merasakan sedikit lega.

"Lima menit, dan ngomong-ngomong kamu ngelakuinnya dengan baik."

Feni kembali duduk dengan tenang, sangat tenang sampai ia tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagia. Ia terus tersenyum sendiri karna salah tingkah.

Bersambung.



⛆Its0nesky⛆

If You With Me (AdelxFeni) [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang