Adel bangun pagi seperti hari-hari biasanya, namun yang berbeda kali ini adalah cara berpakaiannya. Biasanya ia akan mengenakan kemeja yang di lapisi sweater, namu hari ini hanya kaos oblong yang dilapisi jaket baseball.
Dan presentasi hari ini pun Adel nampak lancar dan percaya diri, memberikan kepuasan tersendiri dari dosennya yang terus menatap Adel dengan tatapan bangga.
Di toilet kampus, Adel lagi-lagi berbicara dengan kaca yang memantulkan bayangan dirinya yang sumringah.
"Menyenangkan sekali, bukan?" tanya Adel kepada dirinya sendiri, "ya! Kamu tau, kamu akan menerima hal yang sangat buruk, kamu akan segera ngerasainnya." Adel terkekeh.
"Bajingan, jadi sudah tahap ini? Jadi gila karna wanita."
Sejak malam kedatangan Adel yang mendadak itu, Feni menjadi tidak tenang dan tidak bisa tidur karna Adel tidak pernah menjawab telponnya ataupun pesan-pesan yang ia kirim.
Dan hari ini saat ia sedang beristirahat disebuah cafe, Feni menerima telpon dari Adel.
"Adel."
"Hai, Feni. Maaf aku baru ngeliat missed call-mu."
"Gimana kabar kamu?"
"Sangat baik, kamu?"
"Bisa kita ketemu?"
"Kenapa?
"Aku pengen ketemu kamu."
"Bukan itu alasan aku nelpon, aku cuma pengen minta maaf."
"Aku pengen ketemu kamu, Adel."
"Kenapa? Aku baik-baik aja kok."
"Sekarang kamu dimana, Del? Boleh aku kesana? Bakal aku tungguin walaupun kamu sibuk, oke?"
୫
୫
୫
Adel mengintip dari jendela cafe, melihat Feni yang sudah duduh di meja panjang membelakanginya. Lalu Adel masuk dan langsung duduk di samping Feni.
"Hai." sapa Adel.
"Oh hai."
"Halo, apa kabar?" tanya Adel memutar duduknya menghadap Feni. "Aku engga mau berbuat hal gila apapun, apa yang sudah ku perbuat waktu itu--" Adel menghela nafas lelah lalu menundukkan kepala.
"Del. Aku kesini untuk ngasih tau kalo itu memang salah aku."
"Bagaimana bisa? Karna kamu nolak aku?"
"Karna aku bilang sesuatu dan banyak bertingkah sampe-sampe itu ngeganggu kamu. Ku rasa aku udah nyentuh saraf kasar dalam dirimu. Aku pengen minta maaf." jelas Feni sambil menatap mata Adel dalam.
"Kalo gitu bilang lah, bilang 'maaf'. Ayo bilang!" sentak Adel tiba-tiba."memang kamu siapa? Seorang psikiater? Apa aku pasien mu?"
"Aku khawatir sama kamu." ujar Feni lemah.
"Tentu aja, itu sangat membantu. Wow aku merasa baikan sekarang, baik terimakasih." Sarkas Adel.
"Del, aku minta maaf. Aku tarik kembali semua yang aku katakan padamu waktu itu." Feni berbicara dengan hati-hati. "Mana cincinnya? Aku pengen itu."
Adel terkekeh, "semua orang bisa ngeliat betapa bahagianya aku sekarang." sambil menoleh ke kanan dan kiri melihat pengunjung lain di cafe itu. Lalu berdiri tapi saat Adel akan melangkah pergi Feni menahan tangan Adel.
"Adel."
"Jangan sentuh aku." Ujar Adel yang wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah Feni yang masih terduduk dikursi.
"Lepas, Feni!"
"Aku mohon, Del. Duduk dulu." suara Feni bergetar, air mata sudah mengembun di kelopak matanya.
"Kamu jatuh cinta, gadis gila."
"Ya. Iya, Del."
"Tapi dengan orang lain, kamu milik orang lain." Adel menarik tangannya yang membuat Feni ikut tertarik dan berdiri karna masih menahan tangan Adel.
"Feni, denger aku engga bisa prediksi reaksiku. Jadi aku bakal pergi."
"Apa yang aku lakuin salah, maaf" Feni terisak.
Adel terus berusaha melepaskan tangan Feni yang masih memegang erat lengannya, "kamu hebat banget, Feni. Lihat, jadi apa aku kalo disamping kamu? Jadi aura negatif kamu."
"Adel, tahap ini akan kita lalui bareng-bareng. Semuanya akan baik-baik aja." Bisik Feni.
"Jauhi aku! Aku mungkin ngelakuin satu hal---"
"Del, itu lah masalahnya aku ga bisa jauh dari kamu."
"Oh?" Adel berpura-pura terkejut.
"Del, beneran."
"Engga, Feni. Kamu lagi kompromi kan? Tunggulah, Lio akan kembali. Dia pasti akan kembali suatu saat nanti, jadi tunggu dia."
"Adel." Feni masih menahan langkah Adel. "Aku janji aku bakal lakuin hal yang tepat."
"Feni, apa kamu belum ngerti? Lepasin aku."
"Engga akan aku biarin kamu pergi." suara Feni semakin melemah karna isak tangisnya.
Adel menghempaskan tangan Feni, tapi Feni malah memeganginya tambah erat dan memeluknya. Adel masih berusaha memberontak dalam dekapan Feni yang menangis, lalu Adel pasrah.
Perlahan Adel mencoba melepasakn dekapan Feni, lalu saat sudah berhasil terlepas Adel duduk kembali di kursi dan menyandarkan kepalanya di atas meja, Feni perlahan mengikuti gerakan Adel dan menyandarkan kepalanya di atas meja.
Mereka bertatapan lalu Adel membuang muka terlebih dahulu membelakangi Feni. Perlahan Feni menyentuh rambut Adel dan mengelusnya, namun tak lama kemudian Adel berdiri, pergi meninggalkan Feni sendirian.
Bersambung
⛆Its0nesky⛆
KAMU SEDANG MEMBACA
If You With Me (AdelxFeni) [end]
Fanfictioncerita ini tercipta karna banyaknya momen Adel dan Feni di jepang, lucu bet woilah. • • • BxG Adelio Narendraputra, remaja berusia 17 tahun berkebangsaan indonesia yang tumbuh besar di Tokyo, Jepang. Saat ia sedang liburan ke pantai Yonaha Maehama...