27.Dengan Kesadaran Penuh

294 38 8
                                    

Warning! 🔞Terdapat adegan 'dewasa' di bab ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning! 🔞
Terdapat adegan 'dewasa' di bab ini.

*****

Detak jarum jam dalam sunyi, seperti irama merdu yang mengiringi dua insan yang semakin panas bercumbu. Sensasi menggelenyar dirasakan Karina ketika leher, tengkuk, dan pundaknya menjadi sasaran. Bagian sensitif yang kalau disentuh lembut saja bisa membuat rambut halus di sekujur tubuhnya meremang. Apalagi ini, Jeno menggunakan bibirnya yang lembut dan basah untuk mengecup dan mengisap setiap inci kulit mulusnya.

Serangan intim ini membuat Karina semakin tidak berdaya. Tak ingin ditolak untuk kedua kalinya seperti waktu itu, Jeno benar-benar menginginkan Karina, hasratnya sudah semakin tak terbendung.

Telapak tangan dengan jemari lentik, menyusuri punggung kokoh lelakinya. Sedangkan tangan Jeno menyelinap ke dalam kaus longgar Karina, meraba apa saja yang ada di dalamnya.

Sepasang lengan kekar itu tanpa kesulitan mengangkat tubuh Karina ke dalam kamar. Kasur empuk nan rapi, menyambut tubuh sang wanita yang dibaringkan dengan lembut.

Jeno melepas jaket juga kaus putih yang melapisinya. Tubuhnya mendadak panas karena aliran darah yang semakin meningkat, efek dari detak jantung yang berpacu hebat. Otot pundak, dada, dan perutnya terbentuk sempurna, sampai-sampai Karina tak sanggup melihat pemandangan itu.

Jeno menyusulnya ke tempat tidur. Melepas celananya, sehingga yang tersisa kini hanya boxer Calvin Klein warna hitam yang sudah terasa sesak.

Jeno mengungkung tubuh Karina dengan kedua lengannya yang kokoh. Dengan lembut jemari lelaki itu menyelipkan rambut yang menghalangi wajah cantik Karina ke belakang telinga. Pupil matanya melebar, menandakan gairah dan ketertarikan. Tak heran, pria adalah makhluk visual, reaksi alami yang tak bisa dibohongi ketika mengagumi paras wanitanya.

"Kamu cantik sekali, Karina." Suara Jeno terdengar semakin berat. Karina merangkulkan tangannya di tengkuk Jeno, lebih dulu melumat bibirnya. Demi apa pun, entah dari mana asalnya keberanian itu. Karina sepertinya sudah tak bisa lagi mengontrol perbuatannya.  Jeno senang, Karina sudah berani berinisiatif untuk memulai. Dipancing sedikit, Jeno semakin menggila.

Dengan napas menderu, Jeno membuka kaus putih Karina, melemparnya sembarangan. Sepasang bukit indah yang masih tertutup bra renda warna hitam, membuat Jeno semakin tersulut gairah. Jeno menyingkirkan apa pun yang menghalanginya untuk menjamah keindahan itu.

Tanpa ragu, Jeno membenamkan bibirnya pada ceri kemerahan yang bertengger di puncak bukitnya. Karina tak dapat menahan desahannya ketika lelaki itu mulai mempermainkan tombol yang dipenuhi syaraf sensitif itu dengan bibir dan lidahnya.

"Aahh...." Desahan panjang lolos dari bibir Karina.

Sembilan tahun lalu, ingatanku begitu buruk karena pengaruh alkohol. Malam ini, dengan kesadaran penuh aku ingin menikmati setiap detik momen percintaan kita. Kamu begitu indah, Karina.

Angel Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang