Setelah berhari-hari ketegangan melanda Eldoria, istana akhirnya mengambil langkah-langkah untuk meredakan keresahan warganya. Dengan kerja keras pasukan kerajaan dan para penyihir, berbagai tindakan diambil untuk mengatasi masalah yang muncul akibat ancaman sosok bertudung hitam. Penyisiran hutan dilakukan, dan petugas diperbanyak untuk menjaga keamanan di desa-desa. Keadaan yang awalnya mencekam perlahan-lahan mulai membaik.
Warga mulai merasa sedikit lebih aman, terutama setelah sosok bertudung itu tidak terlihat selama beberapa waktu. Desa-desa yang sebelumnya hening kini kembali hidup dengan suara tawa anak-anak dan kegiatan di ladang. Para petani perlahan-lahan kembali mengolah tanah mereka, berharap akan hasil yang baik. Masyarakat mulai melupakan ketakutan yang menghantui, setidaknya untuk sementara.
Menyadari bahwa kebangkitan semangat rakyat harus dirayakan, Raja Aleron dan Ratu Isolde memutuskan untuk menggelar pesta rakyat yang megah, sekaligus memperingati hari jadi kerajaan yang ke-120 tahun. "Kita perlu menunjukkan bahwa kita tetap kuat dan bersatu," kata Raja Aleron kepada para penasihatnya. "Pesta ini akan menjadi simbol harapan dan ketahanan kita."
Persiapan untuk pesta rakyat pun dimulai. Semua penduduk diundang untuk berkumpul di alun-alun istana. Lapangan dihias dengan kain berwarna-warni dan lampu-lampu yang berkilauan. Aroma masakan tradisional menggoda selera, sementara musik dan tarian menghiasi suasana. Freya dan Lyra, sebagai kakak-kakak Althea, ikut berpartisipasi dalam persiapan. Mereka berkeliling memberikan bantuan kepada para juru masak dan pengatur acara, berusaha memastikan semua berjalan lancar.
"Ini akan menjadi pesta yang tak terlupakan," seru Freya dengan semangat. "Kita harus membuat semua orang merasakan kebahagiaan ini."
Althea, meskipun terpesona oleh keindahan pesta, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Kita harus tetap waspada," katanya kepada saudara-saudarinya. "Meskipun kita merayakan, ancaman mungkin belum sepenuhnya pergi."
Lyra menepuk punggung Althea. "Jangan khawatir, adikku. Kita bisa menikmati pesta ini dan tetap waspada. Jika ada sesuatu yang terjadi, kita bisa segera bertindak."
Pada malam pesta, suasana di Eldoria sangat meriah. Warga berkumpul, wajah mereka dipenuhi harapan dan kebahagiaan. Raja Aleron dan Ratu Isolde membuka acara dengan pidato penuh semangat. "Hari ini kita merayakan bukan hanya 120 tahun berdirinya kerajaan, tetapi juga kekuatan kita sebagai satu keluarga besar," kata Raja Aleron. "Mari kita sambut masa depan dengan optimisme dan semangat juang!"
Sebagai tanda syukur dan perhatian kepada rakyat, istana juga membagikan keperluan dan kebutuhan bagi mereka yang kurang mampu. Paket makanan, pakaian, dan mainan untuk anak-anak dibagikan di antara kerumunan. Keceriaan dan kebahagiaan menyelimuti seluruh alun-alun saat anak-anak berlarian, menikmati pesta yang penuh warna.
Seiring malam semakin larut, permainan dan tarian dimulai. Althea dan kedua kakaknya berpartisipasi dalam tarian tradisional, mengingatkan mereka akan ikatan kuat yang dimiliki keluarga kerajaan. Masyarakat pun ikut bergabung, dan suasana penuh dengan tawa serta sorak sorai.
Di tengah keramaian, Freya melirik ke arah Lyra, yang tampak lebih ceria daripada biasanya. "Kau terlihat lebih bahagia malam ini. Apa yang terjadi?" tanya Freya, penasaran.
Lyra tersenyum lebar. "Aku merasa semua orang bisa merasakan kebahagiaan ini. Kita bisa menghilangkan sementara rasa takut dan kekhawatiran. Kegembiraan ini penting, bukan?"
Freya mengangguk setuju, tetapi di balik senyumnya, dia juga merasakan sedikit kekhawatiran. Namun, malam itu lebih untuk merayakan, dan dia bertekad untuk menikmati setiap momen.
Di sudut alun-alun, para penari dan musisi melanjutkan penampilan mereka. Sebuah pertunjukan api yang spektakuler dimulai, menciptakan keindahan yang memukau dengan kilauan nyala api yang menari-nari di udara. Sorak-sorai penonton menggelegar, dan rasa takut yang dulunya menggerogoti hati mereka perlahan-lahan lenyap, digantikan oleh rasa kebersamaan.
Namun, di balik keceriaan tersebut, di dalam goa yang gelap, Modrak mengamati dari kejauhan dengan ekspresi dingin. Dia tahu bahwa pesta ini hanyalah ilusi kebahagiaan. "Mereka merayakan kemenangan yang semu," bisiknya, mata merahnya berkilauan dalam kegelapan. "Saat mereka lengah, saat itulah aku akan datang untuk menghabisi harapan mereka."
Dia mulai merencanakan langkah berikutnya. "Bila kegelapan menyelimuti hati mereka, saat itulah aku akan menunjukkan kekuatanku yang sebenarnya. Kekuatan sihir ini akan menghancurkan semua yang mereka banggakan."
Sementara itu, kembali ke alun-alun, pesta terus berlangsung dengan suasana penuh gembira. Namun, Althea merasakan ketidaknyamanan di hatinya, seolah peringatan bahwa ancaman belum sepenuhnya lenyap. Dalam kegembiraan itu, dia bertekad untuk tetap waspada dan melindungi Eldoria, siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan datang.
Pesta rakyat yang meriah itu menjadi simbol harapan dan persatuan, meskipun gelap masih membayangi. Eldoria mungkin merayakan satu abad keberadaannya, tetapi ancaman dari kegelapan masih mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Para pahlawan muda itu tidak boleh lengah, karena perjalanan mereka untuk melindungi kerajaan masih jauh dari selesai.
Saat malam semakin larut, Althea memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak menjauh dari kerumunan. Dia menyusuri jalan setapak di taman dekat alun-alun, mencari ketenangan di antara keramaian pesta. Suara tawa dan musik dari kejauhan perlahan-lahan mulai memudar saat dia menjauh.
Di sudut taman, Althea menemukan sebuah bangku kayu yang menghadap ke kolam kecil. Air kolam berkilauan di bawah sinar bulan, menciptakan suasana tenang yang menyegarkan hatinya. Namun, pikiran Althea tak bisa lepas dari ancaman yang masih mengintai. "Apa yang sebenarnya diinginkan sosok bertudung itu?" gumamnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Althea menoleh dan melihat Lyra yang menyusulnya. "Kau tidak bisa jauh-jauh dari pesta, Althea. Semua orang mencarimu," kata Lyra dengan nada khawatir, meskipun senyumnya tetap ceria.
"Aku hanya butuh sedikit waktu sendiri untuk berpikir," jawab Althea. "Aku merasa ada yang tidak beres. Keceriaan ini terlalu cepat datang setelah ketegangan yang kita alami."
Lyra duduk di samping Althea, menatap kolam. "Aku mengerti perasaanmu. Tetapi kita juga perlu berharap. Kadang, kita harus mempercayai bahwa kebaikan akan datang setelah kegelapan."
"Ya, mungkin kau benar," Althea mengangguk, meskipun hatinya masih diliputi kekhawatiran. "Tapi aku tidak bisa mengabaikan intuisi ini. Sesuatu yang lebih besar mungkin sedang menunggu."
Lyra meraih tangan adiknya, menggenggamnya erat. "Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama. Kita adalah keluarga, dan kita tidak akan membiarkan kegelapan merusak kebahagiaan kita."
Althea tersenyum, merasakan kehangatan yang diberikan oleh kata-kata Lyra. "Terima kasih, Lyra. Aku beruntung memiliki kalian berdua di sisiku."
Keduanya terdiam sejenak, menikmati ketenangan malam. Namun, jauh di dalam hati mereka, rasa cemas akan apa yang akan datang masih menyelimuti pikiran. Pesta rakyat mungkin telah membawa kebahagiaan bagi rakyat Eldoria, tetapi di balik itu, ancaman dari kegelapan masih bersembunyi, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
Saat mereka kembali menuju alun-alun, suara sorak-sorai kembali terdengar. Keceriaan pesta seakan menutupi gelap yang mengintai. Dan di tengah keramaian, Althea bertekad untuk tetap waspada, mengetahui bahwa pertempuran untuk melindungi Eldoria baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldoria: Kekuatan, Cinta, dan Intrik (SELESAI)
FantasyDi Kerajaan Eldoria, Raja Aleron dan Ratu Isolde memerintah dengan bijaksana, memiliki tiga putri dengan kekuatan sihir unik: Freya menguasai api, Lyra mengendalikan angin, dan Althea, si bungsu, memiliki kekuatan tertinggi yang mencakup semua eleme...