( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)
TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*
---
Langit di atas Eldoria semakin gelap saat malam purnama tiba, menciptakan suasana mencekam yang menyelimuti seluruh kerajaan. Di halaman utama istana, para pelayan dan prajurit sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk ritual yang akan dilakukan. Meja-meja panjang dihiasi lilin-lilin besar yang menerangi malam, sementara di tengah-tengah area terbuka, sebuah altar dari batu kuno telah disiapkan. Di altar itulah Althea akan berdiri, menjadi pusat dari ritual yang menentukan nasib Eldoria.
Raja Aleron berdiri di balkon istana, memandangi pemandangan di bawah dengan hati yang penuh kecemasan. Di sampingnya, Ratu Isolde terlihat khawatir. Meskipun biasanya ia selalu tenang, malam ini perasaan gelisahnya tidak dapat disembunyikan. Kedua tangan Isolde menggenggam erat pegangan balkon, berharap agar putri bungsunya bisa melalui ritual ini tanpa masalah.
Di bawah, Althea berjalan pelan menuju altar, ditemani oleh Freya dan Lyra yang terus memberikan semangat. Meskipun mereka berdua tahu betapa beratnya tugas ini, mereka mencoba untuk tetap tegar demi Althea.
"Kamu bisa melakukannya, Althea," bisik Freya, sambil menggenggam tangan adiknya.
"Jangan biarkan rasa takut menguasaimu," tambah Lyra dengan suara yang lebih tegas, meskipun matanya menunjukkan rasa sayang dan kekhawatiran.
Althea tersenyum lemah, mencoba menenangkan kedua kakaknya. "Aku akan baik-baik saja," jawabnya pelan. "Aku tahu apa yang harus dilakukan."
Kael, yang berdiri tidak jauh dari mereka, memperhatikan Althea dengan sorot mata penuh kekhawatiran. Sejak keputusan diambil, ia merasa tak berdaya. Bagaimana bisa ia melihat gadis yang ia cintai harus menghadapi risiko sebesar ini? Dia ingin menghentikan semuanya, namun ia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Eldoria.
Dukun Daran kemudian maju ke tengah lingkaran yang telah dibuat di sekitar altar. Dengan tongkat kayu tua di tangannya, ia tampak lebih bijaksana dan kuat dari biasanya. Suaranya rendah, namun penuh otoritas ketika ia mulai memberikan instruksi kepada semua orang yang berkumpul.
“Kita akan memulai ritual ini dengan memanggil kekuatan alam,” ujar Daran. “Kekuatan bulan purnama malam ini akan membantu kita melawan sihir hitam yang diciptakan oleh Modrak. Althea akan menjadi saluran energi ini, dan melalui kekuatannya, kita akan mengakhiri hujan yang telah mengganggu Eldoria.”
Althea berdiri di tengah altar, mengenakan jubah putih yang sederhana namun penuh makna. Rambutnya terurai panjang, tertiup angin malam yang dingin. Ia menatap ke depan, berusaha menenangkan pikirannya, meskipun jantungnya berdetak begitu kencang. Ia tahu ini adalah tanggung jawab besar yang harus ia pikul, dan meskipun ada ketakutan di hatinya, Althea merasa tekadnya semakin kuat.
Daran mulai merapalkan mantra, suaranya mengalun di antara angin malam yang bertiup pelan. Para hadirin berdiri dalam diam, mengikuti setiap gerakan dukun tua itu. Raja Aleron dan Ratu Isolde berdiri di samping, bersama dengan Lord Edric, Freya, Lyra, Kael, dan Lucian. Meskipun mereka semua tampak tegar, perasaan cemas tidak bisa disembunyikan dari wajah mereka.
"Althea," kata Daran pelan, menghentikan mantra sejenak. "Sekarang saatnya bagimu untuk menyalurkan kekuatan yang ada dalam dirimu. Jangan takut. Alam semesta akan membantumu. Fokuskan energimu pada bulan dan air di sekitarmu. Biarkan dirimu terhubung dengan keduanya."
Althea menutup matanya, mencoba menenangkan pikirannya. Ia mengingat semua pelajaran yang pernah ia dapatkan tentang sihir, tentang bagaimana kekuatan alam bisa diarahkan dan digunakan. Dia merasakan angin malam di kulitnya, mendengar suara air yang mengalir di kejauhan, dan merasakan kehangatan dari cahaya bulan purnama di atasnya.
Secara perlahan, Althea mengangkat tangannya, memanggil kekuatan dari dalam dirinya. Pada saat itu, angin yang tadinya tenang tiba-tiba berhembus lebih kencang, dan udara di sekitar mereka terasa lebih berat, seolah-olah sesuatu yang besar akan segera terjadi.
Langit yang awalnya diselimuti awan hitam mulai terbuka sedikit demi sedikit, memperlihatkan bulan purnama yang bersinar terang. Cahaya bulan itu jatuh tepat pada Althea, membuat tubuhnya bersinar lembut. Para hadirin menahan napas, menyaksikan pemandangan yang luar biasa di hadapan mereka.
“Fokus, Althea,” ujar Daran lagi, kali ini lebih tegas. “Salurkan semua kekuatanmu pada hujan itu. Buatlah air berhenti. Hentikan badai yang telah mengancam Eldoria.”
Althea membuka matanya, dan dalam sekejap, sebuah kilatan cahaya biru keluar dari tangannya, menuju langit. Cahaya itu melesat cepat, menyentuh awan-awan hitam yang berkumpul di atas Eldoria. Detik demi detik berlalu, dan awan-awan tersebut mulai memudar, seolah-olah ditarik mundur oleh kekuatan yang jauh lebih besar.
Kael menatap dengan kagum, sementara Freya dan Lyra saling menggenggam tangan, berharap hasil yang diinginkan terjadi. Raja Aleron dan Ratu Isolde menahan napas, tidak berani berharap terlalu cepat, tetapi tidak bisa mengabaikan keajaiban yang terjadi di depan mata mereka.
Ritual berlangsung dengan sangat menegangkan. Awan-awan perlahan-lahan mulai lenyap, dan hujan yang terus mengguyur selama berminggu-minggu akhirnya berhenti. Para prajurit dan rakyat yang menyaksikan dari kejauhan bersorak kegirangan, merasakan bahwa akhir dari penderitaan mereka sudah dekat.
Namun, di saat yang sama, Althea terlihat mulai lemas. Wajahnya yang tadinya tegar mulai pucat, dan kakinya gemetar. Kael yang melihat ini segera berlari ke arah altar, diikuti oleh Freya dan Lyra.
“Tunggu!” teriak Kael, tapi suaranya tenggelam dalam mantra Daran yang masih berlanjut.
Althea mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memastikan bahwa ritual ini berhasil, tetapi tubuhnya tidak sanggup lagi. Tepat saat hujan benar-benar berhenti dan langit Eldoria kembali cerah, Althea terjatuh ke lantai altar.
“Althea!” seru Kael, memeluknya sebelum tubuhnya jatuh lebih keras. Freya dan Lyra langsung berlutut di sampingnya, wajah mereka penuh kekhawatiran.
“Apa yang terjadi padanya?!” tanya Raja Aleron dengan suara penuh ketakutan.
Daran mendekati Althea dengan cepat. Ia memeriksa detak jantung dan napasnya, lalu tersenyum tipis. “Dia hanya pingsan. Ritual ini telah menguras seluruh energinya. Tapi dia akan pulih.”
Raja Aleron dan Ratu Isolde merasa lega, meskipun ketegangan masih tersisa di wajah mereka. Eldoria telah diselamatkan, namun dengan harga yang nyaris tak terbayar.
Kael memeluk Althea dengan erat, rasa takut akan kehilangan dirinya perlahan-lahan memudar. "Aku akan menjagamu," bisik Kael dengan suara serak. "Aku tidak akan membiarkanmu melalui ini sendirian lagi."
Freya tersenyum tipis melihat keduanya, sementara Lyra hanya bisa menghela napas panjang. Lucian, yang berdiri di belakang, merasa lega bahwa semuanya telah berakhir tanpa kehilangan besar.
Malam itu, Eldoria akhirnya kembali tenang. Hujan berhenti, awan menghilang, dan bulan purnama bersinar terang di atas langit yang kini cerah. Para prajurit dan rakyat yang menyaksikan kejadian tersebut bersorak, menyambut kemenangan mereka atas sihir Modrak. Namun, meskipun ritual ini telah berhasil, semua orang tahu bahwa ancaman Modrak masih ada di luar sana, menunggu kesempatan untuk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldoria: Kekuatan, Cinta, dan Intrik (SELESAI)
FantasyDi Kerajaan Eldoria, Raja Aleron dan Ratu Isolde memerintah dengan bijaksana, memiliki tiga putri dengan kekuatan sihir unik: Freya menguasai api, Lyra mengendalikan angin, dan Althea, si bungsu, memiliki kekuatan tertinggi yang mencakup semua eleme...