( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)
TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*
---
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Althea dan Kael akhirnya tiba. Setelah melewati berbagai rintangan dan tantangan, mereka berdua memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan terdalam mereka kepada Raja Aleron, Ratu Isolde, dan Lord Edric. Ini bukan sekadar pernyataan cinta, tetapi juga sebuah permohonan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius-pernikahan.
Mereka sudah mempersiapkan segalanya dengan baik, mendiskusikannya secara matang sebelum akhirnya menyusun kata-kata yang tepat. Di dalam hati, Althea merasa campur aduk antara kegembiraan dan kegelisahan. Dia tahu bahwa ini adalah langkah besar, tidak hanya untuk dirinya dan Kael, tetapi juga untuk keluarga mereka.
Ketika mereka memasuki ruang pertemuan, suasana terasa tegang. Raja Aleron, Ratu Isolde, dan Lord Edric sudah menunggu, wajah mereka penuh harapan dan rasa ingin tahu. Kael menggenggam tangan Althea, memberinya semangat. Mereka saling berpandangan, saling menguatkan, lalu mulai berbicara.
"Yang Mulia," kata Kael dengan suara tegas namun lembut, "kami datang hari ini untuk menyampaikan niat kami. Saya ingin melamar Althea sebagai istri saya."
Raja Aleron dan Ratu Isolde saling pandang, sementara Lord Edric menunjukkan ekspresi yang sulit dibaca. Althea bisa merasakan detak jantungnya yang berpacu, tapi dia berusaha tetap tenang.
"Ini adalah keputusan yang besar," ujar Raja Aleron, menilai situasi dengan seksama. "Althea, apakah kau juga merasakan hal yang sama?"
"Ya, Ayah," jawab Althea dengan mantap. "Saya mencintai Kael dan ingin menghabiskan sisa hidup saya bersamanya. Kami ingin menjalani hidup bersama dan membangun masa depan yang bahagia untuk Eldoria."
Ratu Isolde tersenyum lembut. "Cinta adalah fondasi yang kuat untuk sebuah pernikahan. Kami setuju dengan rencana ini, tetapi ingatlah bahwa pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Kalian berdua harus siap menghadapinya."
Dengan senyuman di wajah mereka, Kael dan Althea merasa lega. Mereka menerima restu dari orang tua mereka, dan sebuah harapan baru muncul di hati mereka.
---
Sementara itu, Lyra merasa lebih tenang dengan hubungan Althea dan Kael. Dia tahu bahwa persaingan antara mereka tidak ada gunanya dan akhirnya menerima kenyataan bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang tulus. Dalam suasana hening, Lyra memutuskan untuk meminta maaf kepada Althea secara diam-diam.
Dia mencari Althea di taman istana, tempat di mana mereka sering berbagi cerita. Ketika Lyra melihat Althea duduk sendirian di bangku, dia merasa hatinya bergetar. Lyra menghampiri dan mengambil napas dalam-dalam.
"Althea," katanya pelan, "aku ingin minta maaf. Tentang ciuman itu... aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu."
Althea menatap Lyra, merasakan ketulusan dalam suara saudara perempuannya. "Tidak apa-apa, Lyra. Aku mengerti. Kita semua memiliki perasaan yang rumit."
"Terima kasih," jawab Lyra dengan rasa syukur. "Aku harap kita bisa saling mendukung, terutama di saat-saat seperti ini."
Mereka berdua berpelukan erat, menghapus segala ketegangan yang ada di antara mereka. Dalam pelukan itu, Althea merasa seolah mereka kembali seperti sedia kala-saudara yang saling mendukung tanpa rasa cemburu atau persaingan.
Lyra juga mendatangi Kael, menegaskan bahwa mereka sudah saling memaafkan dan siap untuk mendukung keputusan yang diambil. "Kael," kata Lyra, "aku minta maaf atas apa yang terjadi. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku mendukungmu dan Althea."
Kael tersenyum lebar, merasa lega. "Terima kasih, Lyra. Artinya banyak bagiku. Kita semua adalah keluarga di sini, dan aku berharap kita bisa saling mendukung."
---
Di luar, ancaman Modrak semakin nyata. Ia telah mengetahui rencana pernikahan Kael dan Althea, dan rasa cemburu serta dendam mulai menggerogoti hatinya. Modrak mulai menyusun rencana untuk mengganggu kebahagiaan mereka. Dia tidak akan membiarkan cinta mereka berjalan mulus tanpa tantangan.
Dalam kesendiriannya, Modrak merenungkan langkah-langkah yang harus diambil. "Cinta akan menjadi kelemahan mereka," gumamnya pada diri sendiri. "Aku akan memanfaatkan itu untuk mendapatkan kekuatan yang kuinginkan."
Dia memutuskan untuk mencari cara untuk mengeksploitasi hubungan Kael dan Althea, mengetahui bahwa mereka berdua memiliki potensi yang besar. Dia bertekad untuk menghancurkan kebahagiaan Eldoria, menggunakan kekuatan gelapnya yang telah lama terpendam.
---
Kembali ke istana, Althea dan Kael merasa lebih bersemangat setelah mendapat restu untuk melanjutkan rencana pernikahan mereka. Mereka merencanakan segala hal dengan hati-hati-mencari tempat, memilih gaun, dan mempersiapkan undangan untuk keluarga serta sahabat terdekat. Hari demi hari, cinta mereka semakin kuat, dan rasa bahagia mengalir di antara mereka.
"Kael," kata Althea saat mereka berjalan di taman istana, "aku tidak sabar menunggu hari itu. Rasanya seperti mimpi menjadi nyata."
Kael tersenyum, menggenggam tangan Althea erat. "Kita akan menjalani hidup ini bersama, Althea. Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu."
Mereka berdua saling berpelukan, merasakan kehangatan cinta yang menyelimuti mereka. Althea menatap Kael, dan tanpa ragu, mereka saling mencium. Dalam momen itu, mereka merasakan kebahagiaan yang tulus, seolah dunia di sekeliling mereka tidak ada.
---
Sementara itu, di bawah naungan pohon besar yang rindang, Freya dan Lucian duduk dalam keheningan yang tenang. Sejak mereka ditugaskan untuk membantu penduduk, Lucian merasakan perubahan dalam dirinya, terutama saat melihat Freya berinteraksi dengan orang-orang yang mereka bantu. Ada sesuatu yang berbeda, dan kini perasaan itu tak bisa lagi ia sembunyikan.
"Aku harus berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting," ujar Lucian, memecah keheningan.
Freya menoleh, tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Tentang apa?"
Lucian menarik napas dalam-dalam, berusaha menata pikirannya. "Tentang perasaanku kepadamu. Sejak kita mulai bekerja sama membantu penduduk, aku menyadari bahwa aku menyukaimu."
Freya terdiam sejenak, matanya terkejut namun juga bersinar. "Kau serius?"
"Iya," Lucian menjawab dengan tegas. "Setiap kali aku melihatmu berinteraksi dengan mereka, aku merasa terpesona. Kau memiliki kepedulian yang tulus dan semangat yang tak pernah padam. Itu membuatku menyadari seberapa berartinya kau bagiku."
Freya tersenyum lembut, namun wajahnya terlihat sedikit bingung. "Aku juga menghargai semua yang kau lakukan, Lucian. Tapi kita sedang menghadapi banyak hal, dan aku khawatir jika perasaan ini akan membuat segalanya menjadi lebih rumit."
Lucian mengangguk, menyadari kekhawatiran Freya. "Aku mengerti. Namun, aku ingin kau tahu bahwa aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersamamu. Apa pun yang terjadi, kita bisa menghadapinya bersama."
Freya terdiam, memikirkan kata-kata Lucian. Akhirnya, ia menjawab, "Jika kita bisa tetap saling mendukung dalam situasi ini, aku bersedia mencoba. Mari kita hadapi semua ini bersama-sama."
---
Hari-hari berlalu, dan saat pernikahan Kael dan Althea semakin dekat, mereka merasa kebahagiaan dan antusiasme semakin menggebu. Semua persiapan berjalan lancar, dan dukungan dari keluarga serta sahabat membuat mereka merasa lebih kuat. Namun, di balik semua kebahagiaan itu, ancaman Modrak masih membayangi. Meskipun Althea dan Kael berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal buruk, mereka tahu bahwa pernikahan mereka mungkin akan menarik perhatian musuh-musuh yang ingin melihat mereka gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldoria: Kekuatan, Cinta, dan Intrik (SELESAI)
FantasyDi Kerajaan Eldoria, Raja Aleron dan Ratu Isolde memerintah dengan bijaksana, memiliki tiga putri dengan kekuatan sihir unik: Freya menguasai api, Lyra mengendalikan angin, dan Althea, si bungsu, memiliki kekuatan tertinggi yang mencakup semua eleme...