BAB 12: Duka Keluarga Lord Edric

49 47 0
                                    

( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)

TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*

---

Suasana istana Eldoria yang sebelumnya damai kini diwarnai oleh kesedihan dan kegalauan. Setelah ancaman yang menyatakan akan menyerang istana, ketegangan di dalam dinding istana meningkat. Namun, kegelapan semakin menghampiri ketika berita mengejutkan datang dari Lord Edric.

Lady Selene, istri tercintanya, ditemukan tergeletak tak bernyawa di ruang pribadinya setelah meminum teh yang disiapkan oleh seorang pelayan istana. Kabar kematian Lady Selene menyebar dengan cepat, membuat seluruh istana berduka. Ratu Isolde, yang telah bersahabat dengan Lady Selene sejak kecil, tampak hancur. Tangisnya menggema di seluruh istana, menciptakan suasana yang kelam.

“Dia adalah sahabatku, satu-satunya yang mengerti diriku,” isak Ratu Isolde di hadapan para pegawai istana. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terasa penuh duka dan penyesalan. “Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?”

Suasana di aula istana terasa tegang. Para menteri, penjaga, dan pegawai istana berkumpul untuk merundingkan situasi ini. Ketika berita tentang kematian Lady Selene menyebar, berbagai kecurigaan mulai mencuat. Lord Edric, yang tertegun dan berduka, tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Ia mencurigai ada yang tidak beres. “Istriku tidak mungkin mati hanya karena teh. Ini pasti ada yang meracuni!” serunya dengan nada marah dan penuh ketidakpercayaan.

Ratu Isolde mengangguk setuju, “Kita harus menyelidiki ini. Lady Selene tidak bisa mati sia-sia. Kami harus menemukan pelakunya.”

Kecurigaan akan adanya pengkhianat di dalam istana semakin menguat. Setiap pelayan, pengawal, dan menteri harus melalui pemeriksaan yang ketat. Althea, Kael, Lucian, Freya, dan Lyra merasakan suasana yang mencekam. Mereka berkumpul di taman, yang kini terasa lebih sunyi dan angker.

Althea tidak bisa menahan kepedihannya. Ia teringat betapa baiknya Lady Selene kepadanya dan keluarganya. “Kita harus melakukan sesuatu. Lady Selene tidak layak mendapatkan akhir seperti ini,” ujarnya, suara penuh haru.

Kael, yang merasakan ketegangan antara Althea dan Lyra, mencoba menenangkan situasi. “Kita harus membantu mencari tahu apa yang terjadi. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai keluarga kerajaan,” katanya berusaha optimis.

Freya, yang berusaha mengalihkan perhatian dari rasa cemburu yang masih mengganggu hatinya, berkata, “Mari kita bicarakan rencana. Jika kita bisa mendapatkan informasi dari para pelayan, mungkin kita bisa menemukan petunjuk tentang siapa yang bisa melakukan ini.”

Lucian, yang terjebak dalam kerumitan perasaannya sendiri, hanya mengangguk. Hatinya terasa berat karena tidak bisa melakukan lebih banyak untuk Althea. Dia merasa khawatir bahwa ketidakpastian ini akan semakin menjauhkan Althea darinya, sementara Kael semakin dekat dengan Lyra.

---

Seiring malam tiba, suasana semakin kelam. Pengawal dan menteri berkumpul di aula utama, membahas langkah-langkah strategis untuk memastikan keamanan istana. Di tengah rapat yang berlangsung tegang, Menteri Edric berdiri dengan wajah yang penuh emosi. “Kita tidak hanya mencari pelaku kematian istriku, tapi juga melindungi kerajaan kita dari ancaman sosok bertudung itu!” serunya dengan suara menggema. “Ada kemungkinan ia berada di sini, di antara kita.”

Semua orang terdiam, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kecurigaan semakin mendalam, dan setiap orang merasa tertekan. Kael menatap Althea, yang terlihat sangat khawatir, dan berusaha memberikan dukungan. “Kita akan mencari tahu siapa yang bertanggung jawab,” bisiknya lembut.

Namun, rasa takut dan gelisah menyelimuti istana. Ratu Isolde merasakan gelombang duka yang begitu dalam. Kehilangan sahabatnya membuatnya merasa sendirian dalam kesedihan. Ia merenungkan kenangan indah bersama Lady Selene, saat mereka masih kecil, berjanji untuk selalu saling mendukung.

“Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu, Selene,” bisiknya dalam hati. Dalam kesedihan yang mendalam, Ratu Isolde bertekad untuk mengungkap kebenaran di balik kematian sahabatnya, tak peduli betapa sulitnya.

Saat malam semakin larut, Althea, Kael, Lucian, Freya, dan Lyra merencanakan untuk menyelidiki pelayan-pelayan yang ada di istana. “Kita harus mencari tahu siapa yang terakhir kali bersama Lady Selene,” ujar Althea bersemangat. “Kita bisa memulai dari dapur.”

“Baiklah, kita harus berhati-hati,” kata Kael, merasa ada tekanan di dadanya. Dia tahu bahwa apa yang terjadi sekarang akan menentukan masa depan mereka semua.

Mereka berempat bersepakat untuk berangkat menyelidiki esok hari. Dalam hati, Althea berharap bahwa mereka dapat menemukan kebenaran sebelum lebih banyak nyawa melayang. Kegelapan yang melanda istana kini menjadi bayangan yang mengancam, dan cinta serta persahabatan mereka akan diuji di tengah badai yang tak terduga ini.

Penyelidikan mengenai kematian Lady Selene terus berlanjut, menambah suasana tegang di dalam istana. Keluarga Lord Edric sangat merasakan kehilangan yang mendalam. Lucian dan Kael pun juga tampak sangat sedih. Mereka berdua saling mendukung satu sama lain dalam masa duka ini, berusaha untuk tetap kuat di hadapan ayah mereka.

Lord Edric, meskipun berusaha tampak tegar di depan para menteri lainnya, tak bisa menyembunyikan kesedihan yang melanda hatinya. Setiap kali mengenang senyum dan tawa istrinya, air matanya tak bisa ditahan. “Selene adalah segalanya bagiku,” ujarnya kepada Lucian dan Kael, suaranya serak. “Kami sudah merencanakan masa depan bersama, dan kini semuanya sirna.”

---

Pemakaman Lady Selene dilaksanakan dengan penuh hormat. Ratu Isolde, yang juga kehilangan sahabat terdekatnya, tidak dapat menahan air matanya. Upacara itu berlangsung di taman istana, di mana bunga-bunga mekar menjadi saksi bisu atas kesedihan yang mendalam. Para penghuni istana dan rakyat berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir.

Di tengah suasana hening, Ratu Isolde merenungkan masa lalu bersama Lady Selene. Mereka bertemu sejak kecil, bermain di halaman istana dan saling berbagi impian. “Kami berdua selalu berjanji untuk saling mendukung, tidak peduli apapun yang terjadi,” pikirnya, mengenang tawa ceria sahabatnya. Ratu Isolde teringat saat-saat indah itu; bagaimana Lady Selene selalu ada untuknya, menghibur di saat-saat sulit, dan bagaimana mereka saling berbagi rahasia dan harapan.

“Selene, kau adalah bagian dari diriku. Tanpa dirimu, semuanya terasa hampa,” bisiknya, menatap peti mati yang tertutup rapat. Ratu merasa hatinya hancur, tetapi ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidup demi kerajaan dan untuk menghormati kenangan sahabatnya.

Setelah upacara pemakaman selesai, keluarga Lord Edric berkumpul di dalam istana. Mereka tampak tenggelam dalam kesedihan, masing-masing dengan cara mereka sendiri. Lucian dan Kael saling menatap, keduanya tahu betapa sulitnya kehilangan seorang ibu. “Kita harus menemukan pelakunya, Lucian,” kata Kael, berusaha menahan air mata. “Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja.”

Lucian mengangguk, merasakan tekad yang sama. “Kita akan menemukan siapa yang bertanggung jawab atas semua ini. Ibu tidak layak mendapatkan akhir seperti ini,” ujarnya, berusaha untuk tidak terpengaruh oleh kesedihan yang melanda.

Di sisi lain, Ratu Isolde terus merenung, berusaha untuk mengumpulkan kekuatan di tengah kesedihan. Dia bertekad untuk menyelidiki kematian sahabatnya lebih dalam lagi, bahkan jika itu berarti harus menghadapi kegelapan yang mengancam di dalam istana. Kenangan akan Lady Selene akan selalu hidup di dalam hatinya, dan Ratu Isolde berjanji untuk melindungi kerajaan dari ancaman apapun yang akan datang.

Dengan penentuan hati dan harapan akan keadilan, mereka semua bersiap untuk melanjutkan penyelidikan, dengan satu tujuan: menemukan kebenaran di balik kematian Lady Selene, dan menghadapi kegelapan yang kini semakin mendekat.

Eldoria: Kekuatan, Cinta, dan Intrik (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang