BAB 23: Pelatihan dan Perjuangan

31 29 3
                                    

( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)

TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*

---

Hari-hari berlalu di Eldoria, dan meskipun hujan telah berhenti, suasana di kerajaan tetap tegang. Althea telah memulai pelatihan intensif di bawah bimbingan Dukun Daran dan Master Orwen, seorang guru sihir kerajaan yang terkenal dengan pengetahuannya yang luas tentang sihir kuno. Di sisi lain, ancaman Modrak semakin nyata, dan pertahanan istana diperketat untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

---

Pagi itu, Althea berdiri di dalam ruang pelatihan yang terletak di salah satu sayap istana. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai artefak magis dan simbol-simbol sihir yang telah ada sejak zaman dahulu. Di tengah ruangan, Dukun Daran dan Master Orwen sedang menyiapkan ritual pelatihan yang akan membantu Althea membuka seluruh potensi kekuatannya.

"Althea, fokuslah," kata Dukun Daran dengan tegas, melihat Althea yang tampak sedikit gelisah. "Kekuatanmu berasal dari warisan nenek moyangmu. Kita harus menemukan cara untuk mengaktifkan dan mengendalikannya."

Master Orwen menambahkan, "Ingatlah bahwa kekuatan ini bukan sekadar tentang sihir. Ini juga tentang memahami diri sendiri dan menyatu dengan energi di sekitarmu. Kita akan memulai dengan meditasi untuk merasakan kekuatan itu mengalir di dalam dirimu."

Althea mengangguk, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia duduk bersila di atas permadani yang diletakkan di tengah ruangan, menutup mata, dan mulai bernapas dalam-dalam. Dalam benaknya, ia membayangkan buyutnya, Ratu Elowen, dan kekuatan luar biasa yang dimilikinya. Setiap napas yang diambilnya seolah mengalirkan energi baru ke dalam tubuhnya.

Setelah beberapa menit, Dukun Daran memulai ritualnya dengan melafalkan mantra kuno. Suara merdu dari lirik-lirik sihir menggema di seluruh ruangan, dan Althea merasakan getaran di sekelilingnya. Rasa tenang dan kekuatan mulai memenuhi dirinya, seolah-olah ia terhubung dengan warisan leluhurnya.

"Sekarang, buka matamu," perintah Dukun Daran. "Rasakan kekuatan yang mengalir di dalam dirimu. Jangan takut untuk mengeluarkannya."

Althea membuka matanya dan melihat cahaya lembut yang bersinar di sekitar tangannya. "Aku merasakannya!" serunya, semangat baru menyala di dalam dirinya.

Master Orwen tersenyum. "Bagus! Sekarang, cobalah untuk mengarahkan energi itu ke objek di depanmu."

Di hadapannya, terdapat sebuah batu kecil yang dikelilingi oleh simbol-simbol sihir. Dengan hati-hati, Althea mengulurkan tangannya, berusaha mengarahkan energi yang baru saja ditemukan. Saat ia melakukannya, batu itu mulai bergetar dan kemudian melayang di udara.

"Lihat! Kau bisa melakukannya!" Dukun Daran bersorak gembira.

Namun, saat Althea merasa yakin, batu itu tiba-tiba jatuh kembali ke tanah. Rasa frustasi menyelimuti dirinya. "Tapi kenapa aku tidak bisa mempertahankannya lebih lama?"

Master Orwen menjelaskan, "Energi itu bisa hilang jika kau tidak sepenuhnya percaya padanya. Kau harus belajar untuk menahan dan mengendalikannya, Althea."

Althea meneguk napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya. "Aku akan mencobanya lagi," katanya dengan tekad. Dalam hati, ia berjanji untuk tidak menyerah, untuk melindungi Eldoria dengan segenap kekuatan yang ia miliki.

---

Sementara itu, di sisi lain istana, Raja Aleron mengumpulkan semua kepala keluarga dan para penasihat kerajaan untuk membahas tindakan yang harus diambil terkait ancaman Modrak. Keputusan diambil untuk mengirim Freya dan Lucian untuk melakukan pertemuan dengan para warga yang terkena dampak banjir dan membantu mereka.

"Freya, Lucian, kau berdua harus pergi ke desa-desa yang paling parah terkena dampak," perintah Raja Aleron. "Kami perlu memberikan dukungan dan memastikan bahwa rakyat kita tahu bahwa mereka tidak sendirian. Ini juga dapat membantu memperkuat hubungan antara kerajaan dan rakyat."

Freya dan Lucian saling berpandangan, merasa terikat oleh misi yang diberikan kepada mereka. "Tentu saja, Ayah," jawab Freya. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu."

Lucian menambahkan, "Kami akan mengatur pertemuan dengan para pemimpin desa dan melihat apa yang bisa kami lakukan untuk membantu mereka membangun kembali."

Ketika mereka bersiap-siap untuk berangkat, Freya merasakan kebanggaan yang tumbuh di dalam hatinya. Lucian selalu menjadi sosok yang berani dan bertanggung jawab. Kesempatan ini bukan hanya tentang membantu rakyat, tapi juga tentang semakin mendekatkan diri satu sama lain.

---

Di dalam perjalanan, Freya dan Lucian mengendarai kuda menuju desa yang paling parah terkena dampak. Sambil berkendara, mereka berdiskusi tentang langkah-langkah yang akan diambil.

"Setelah kita tiba, aku pikir kita harus mengadakan pertemuan terbuka," kata Freya. "Agar mereka bisa menyampaikan kebutuhan dan kekhawatiran mereka secara langsung."

Lucian mengangguk setuju. "Itu ide yang bagus. Kita bisa membawa beberapa pasukan untuk membantu mereka membangun kembali rumah yang rusak."

Sesampainya di desa, mereka disambut oleh pandangan cemas dan lelah dari para penduduk yang telah kehilangan harta benda mereka. Freya dan Lucian turun dari kuda dan segera mulai berbicara dengan penduduk.

"Selamat pagi, semua," Freya mulai, suaranya penuh empati. "Kami di sini untuk membantu kalian. Kami ingin mendengar tentang apa yang kalian butuhkan."

Seorang lelaki tua dengan wajah penuh keriput melangkah maju. "Kami kehilangan banyak hal, Nona. Banyak rumah yang rusak, dan kami kekurangan makanan."

Lucian mengambil inisiatif. "Kami akan mengirimkan bantuan dari istana. Namun, kami juga ingin bekerja sama dengan kalian. Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu kalian membangun kembali?"

Percakapan itu terus berlangsung, dan Freya serta Lucian berusaha sebaik mungkin untuk memberikan harapan kepada warga. Freya merasa terinspirasi oleh ketahanan rakyatnya. Mereka tidak menyerah meskipun dalam keadaan sulit.

Saat hari berlalu, Freya dan Lucian berkeliling desa, membantu mendistribusikan bahan makanan dan memberikan dukungan moral kepada para penduduk. Mereka mulai berbincang-bincang dan berbagi cerita, dan hubungan di antara mereka semakin dekat.

"Sungguh luar biasa melihat betapa kuatnya mereka," kata Freya ketika mereka duduk di bangku kayu di tengah desa. "Mereka tidak kehilangan harapan."

Lucian tersenyum. "Iya, dan kita harus memastikan mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Mereka adalah bagian dari kerajaan kita, dan kita akan berjuang untuk mereka."

Dalam momen kebersamaan itu, Freya merasa ada sesuatu yang berbeda antara mereka. Ada ikatan yang lebih kuat dari sekadar teman, dan ia tidak bisa mengabaikannya. Namun, ia memilih untuk menyimpan perasaan itu untuk sementara waktu, fokus pada misi mereka dan warga yang membutuhkan bantuan.

---

Di istana, Althea terus berlatih dengan Dukun Daran dan Master Orwen. Setiap sesi pelatihan membawanya lebih dekat pada pemahaman akan kekuatannya. Althea belajar tentang ritual, pengendalian elemen, dan cara menghubungkan kekuatannya dengan alam.

Suatu malam, setelah sesi latihan yang melelahkan, Althea kembali ke kamarnya. Ia merasa lelah namun bersemangat. Di sudut ruangan, ia melihat jendela yang terbuka lebar. Dari luar, sinar bulan menyinari ruangan, memberi semangat baru padanya.

Dalam keheningan malam, ia merenungkan semua yang telah ia pelajari. Kekuatan yang telah diwarisi dari buyutnya, Ratu Elowen, kini perlahan mulai terkuak. Setiap mantra yang dilafalkan dan setiap elemen yang ia kendalikan memberi pemahaman lebih tentang siapa dirinya.

Di luar, suara angin berdesir lembut seolah mengingatkannya akan tanggung jawab yang harus ia emban. Althea tahu bahwa ancaman Modrak masih mengintai. Namun, ia juga yakin bahwa dengan dukungan Dukun Daran, Master Orwen, dan orang-orang terkasihnya, ia dapat menjadi pelindung yang Eldoria butuhkan.

Kekuatan dan harapan kini bersatu dalam dirinya, dan Althea siap untuk menghadapi segala tantangan yang ada di depan. Dengan keyakinan yang baru, ia bertekad untuk melindungi kerajaan dan rakyatnya, siap menghadapi bayangan Modrak yang semakin mendekat.

Eldoria: Kekuatan, Cinta, dan Intrik (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang