Coklat itu Menenangkan

421 52 2
                                    


Sabtu pagi sekitar pukul 9, Shani sudah berada di stasiun untuk menjemput Gracia yang telah berlibur ke kota Solo. Shani menunggu Gracia di kursi tunggu karena Shani malas berdesak-desakkan. Tak hanya seorang diri, Shani di temani oleh Chika.

Tadi sewaktu sedang memanaskan mobil, ada Chika yang baru pulang mencari sarapan. Dan tentu saja gadis bersenyum manis itu ingin ikut menjemput Gracia.

Penampilan mereka tentu biasa saja, terlebih Shani yang hanya memakai kaos polos berwarna hitam dengan celana pendek berwarna cream. Sedangkan Chika memakai hoodie putih dengan celana jeans panjang.

"Kapan sidang Ci?"tanya Chika membuka obrolan dengan tatapan yang tertuju pada lalu-lalang orang yang silih berganti.

"Kayaknya tiga hari lagi deh."

Chika yang mendengar jawaban Shani pun seketika menolehkan wajahnya kearah Shani yang sedang tersenyum kearah anak kecil. "Serius?"tanya Chika untuk memvalidasi ucapan Shani.

Shani mengangguk dan tersenyum kearah Chika, "Ya ampun akhirnya! Berarti bisa dong wisuda bulan Juli!"girang Chika sembari menggoyangkan pundak Shani.

"Iya, bukannya abis aku sidang trus kamu ya?"

Chika tersenyum malu, "Kok tau sih? Perasaan aku tuh engga ada bilang ke siapa-siapa deh."

"Yaaa kan aku udah bestie sama bapak TU."

Selagi bercerita untuk menunggu Gracia, tak berselang lama manusia berparas cantik dengan rambut hitam legamnya itu muncul diantara kerumunan orang-orang. Senyumnya terpancar dengan jelas di mata mereka berdua, begitu juga wajah berserinya.

"Aaaaaa kangen banget sama Bunda aku!!"seru Gracia sembari memeluk tubuh Shani yang masih duduk. Shani segera menepuk pundak Gracia dan melepaskan pelukan mereka.

"Bunda Bunda, emang aku setua itu?"protes Shani dengan panggilan Gracia.

Gracia dan Chika tertawa, "Lagian kamu tinggi banget udah kayak Ibu aku."jawab Gracia dengan seenaknya. Lagi-lagi Gracia mendapat pukulan ringan di tangannya.

"Kamu yang kependekan. Ayo pulang,"

Sesampainya di kost, Shani membantu membawakan koper milik Gracia. Begitu juga dengan Chika yang membawa tas berisi oleh-oleh. Sedangkan Gracia hanya membawa tas selempangnya saja.

Mereka berjalan beriringan untuk menuju kamar Gracia yang ada di kamar nomor 04. Keadaan kost cukup sepi, hanya ada Indah yang sedang memasak di dapur. Dan juga ada Jessi yang sedang sibuk memberikan makan untuk magot miliknya.

"Tas yang kamu bawa, ambil aja Chik bagiin ke yang lain juga."ujar Gracia setelah membuka pintu kamarnya.

Chika yang mendapatkan makanan pun mengangguk dan tersenyum senang kearah Gracia. Chika pun berpamit untuk ke meja makan dan meninggalkan Gracia dan Shani.

"Mau istirahat?"tanya Shani yang masih berdiri di ambang pintu dengan kepala yang disandarkan di pinggiran pintu.

Gracia meletakkan tas nya dan melihat kearah Shani, "Emang kamu mau ke mana?"tanya Gracia.

"Gak ke mana-mana sih, kamu udah makan?"

"Belum, lagi engga pengen makan dulu."

Shani menaikkan satu alisnya pertanda bingung dengan ucapan Gracia. Mana mungkin manusia hobi makan itu berkata demikian. Pasalnya, Gracia memiliki lemari kecil khusus untuk menyimpan camilan. Pun memiliki kulkas kecil untuk mendinginkan minuman.

Gracia menggembungkan pipinya kemudian berdiri di depan cermin yang menyatu dengan lemari pakaian. "Waktu aku posting foto yang di depan kaca, ada yang bilang kalo aku gendutan. Aku jadi bete."adu Gracia tanpa melihat kearah Shani yang memperhatikan gerak-gerik Gracia.

Kost AnggoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang