Demi Allah Mau Nangis

384 59 18
                                    


Hari semakin larut dan Taraka masih di kamar Azizi dengan sleeping bag pemberian Papa. Di lantai bawah ada Arhan pacar Olla, ada Janu sahabat dari kecilnya Christy dan ada Wira pacar dari Jihan.

Untuk malam ini para perempuan akan tidur bersama, menurut Freya akan lebih baik jika ada yang menjaga di kamar dan itu bukan penghuni kost di sini. Karena yang mungkin ditargetkan hanyalah penghuni asli kost ini, bukan dari luar.

Maka dari itu, Taraka yang akan menjadi tumbal para perempuan untuk menjaga mereka.

Mengapa pilih Taraka, dikarenakan di kamar ini tak ada Gita yang menjadi kekasih Taraka. Dan juga Taraka dokter sehingga jika butuh medis, ada ahlinya.

Taraka sudah menyiapkan tempat tidurnya di depan pintu agar tidak terlalu dekat dengan para perempuan. Di sela menjaga para gadis-gadis manja dan aneh, tadi Taraka ke kamar Gita terlebih dahulu untuk mengambil laptop dan tablet.

Untuk apa? Ya untuk belajar dong kocak.

Taraka mengabaikan kegiatan para mahasiswi yang entah sedang melakukan apa, terserah mereka mau melakukan apapun itu dan Taraka memilih untuk melakukan video call dengan Gita.

"Eli gimana? Udah mendingan?"tanya Taraka yang kini sedang tengkurap.

Di layar tablet itu memunculkan wajah Gita yang terlihat setengah badan, "Sudah, kamu nyaman disitu?"tanya Gita

Taraka mengangguk kemudian mengarahkan kamera ke para perempuan yang duduk melingkar di lantai.

"Bener kata kamu kalo mereka agak aneh, masa mereka pada maskeran itu disitu. Ada yang luluran juga. Kan—"

"Om sini pake masker juga daripada berisik aja gibahin kita!"seru Callie dan membuka masker sekali pakai.

Taraka menatap Callie dengan cengo tetapi suara tawa Gita membuat Taraka tersadar, "Udah nurut aja, nanti kalo kamu dipakein makeup nurut aja juga. Itu cara mereka ngalihin rasa taku."

"Rebahan lah om, mana nempel nanti."

Taraka seolah tersihir dan membalikkan tubuhnya dengan tangan yang memegang tablet untuk menyorot wajahnya. "Baru kali ini aku ngerasa dipermainkan."gumam Taraka yang sudah merasakan jika masker itu sudah menempel di wajah glowingnya.

"Kak Gita di sana amaan?"tanya Callie dan langsung mengambil tablet yang dipegang oleh Taraka dan membawanya ke para perempuan.

"Weii Kak Gitaaa, Eli gimana kabarnyaa?"sapa Marsha dengan suara imutnya.

Kamera itu mengarahkan ke arah Eli yang sedang cemberut di brankar rumah sakit, "Cemberut aja neng, semangat dong semangat."celetuk Olla dengan cengiran khasnya.

"Semangat-semangat, maneh weh sendiri semangat anyinglah bisa-bisa gue di rawat!!!"pekik Eli dengan frustasi membuat Chika tertawa kencang.

"Lu gak tau aja kita di sini juga berasa di penjara, biasanya malam ini kita nongkrong di ruang makan. Sekarang malah nongkrong di kamar banyak bakteri."sahut Oniel yang membuat Azizi melempar bungkus masker ke arah Oniel.

"Freya udah nyampe sana Git?"tanya Shani yang juga sedang memakai masker. Tapi yang Shani pakai adalah masker charcoal.

Di kamera yang semula ada Gita saja kini ada Indah dan wajah mereka menunjukkan kebingungan, "Kapan ke sininya? Kita cuman bertiga di sini."tanya Indah yang membuat mereka saling memandang.

"Gausah bohong deh, udah satu jam Freya pergi cok dari kamar ini."sentak Marsha.

"Lah serius kok, emang Tara engga anterin Freya?"tanya Gita, mereka menggeleng.

Kost AnggoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang