Bercurhat

396 51 4
                                    


Setelah selesai badminton mereka memilih untuk makan di pinggir jalan. Tentu, makan pecel lele. Makanan apalagi yang gampang di cari selain pecel lele?

Satu jam mereka makan dan bercerita dan kini mereka terdiam mendengar curhatan Olla. Di trotoar jalanan yang menjadi tempat makan mereka serta lampu yang ala kadarnya, mereka mendengarkan dengan khidmat cerita Olla.

"Aku tuh sama pacar aku beneran yang pacaran diem-diem. Bahkan temen satu kelas aku engga ada yang tau selain sahabat aku, itu pun cuman sebiji doang. Aku beberapa kali sering posting dia di second, tapi ya gak full muka. Temen-temen dia aja engga tau kalo kita pacaran, tiap kali ditanya aku ini siapa. Selalu dijawab kalo kita cuman temenan."

"Aku engga tau kenapa dia sembunyiin aku. Aku seengga pantas itukah bersanding sama dia? Aku seburuk itu kah?"

Olla mengatur napasnya agar air matanya tidak cepat turun, "Waktu Desember kemarin aku sempro, dia engga datang. Karna emang dia lagi ke Dieng, padahal aku udah kasih tau ke dia satu minggu sebelum jadwal aku sempro. Dan dia engga tau kenapa h-2 aku sempro, dia izin ke Dieng."

"Maksud aku tuh emang gak bisa ganti hari? Ini hari spesial aku loh. Aku pengen di hari spesial aku ditemenin sama orang yang spesial juga dan itu dia. Tapi dia tetep ke Dieng h-1 aku sempro. Dan dia sama sekali engga kasih aku buket atau apapun itu."

"Sedangkan cewe ini yang katanya SAHABAT, dia seefort itu untuk beli buket bunga anjing!!!!"

Olla mengusap matanya dengan tisu, Flora yang ada di samping Olla pun mengusap pelan punggung Olla dengan lembut.

"Pun ada waktu itu kita udah janjian mau jalan, mau nonton kalo engga salah. Aku udah siap-siap, aku telpon dia tapi engga di angkat. Aku pikir dia juga lagi siap-siap, yaudah aku samperin ke kontrakan dia pake mobil. Tau gak? Ah anjirlah—"

Olla mengusap lagi air matanya yang terjatuh dengan deras, Olla menatap satu persatu rekannya yang mendengarkan dengan begitu khidmat. "Dia malah bilang, 'Aku mau pergi mancing sama temen-temen aku, tiba-tiba aku diajakin mancing. Kamu nonton sendiri gapapa?' gapapa gapapa bajing! Ngapain aku dandan cantik-cantik kalo cuman nonton sendiri dasar wedus gembel!"

Chika menahan tawanya melihat Olla yang seemosional dan lucu disaat yang bersamaan. Begitu juga Oniel yang menutup mulutnya dengan tangannya agar bibirnya yang menahan tawa itu tidak terlihat.

"Gue tuh justru ngerasa kalo di sini gue yang excited sendiri. Dan itu bikin cape, sial."

"Dia itu sumber kesakitan aku tapi dia juga penyembuhnya. Karna aku pernah juga berantem kayak gini, aku pulang ke kost sambil nangis. Tapi akhirnya aku balik ke kontrakan dia dan ditenangin sama dia. Kenapa ya gue selemah ini!!?"

Eli yang berhadapan dengan Olla pun mengeluarkan coklat batangan yang sisa satu, "Nih coklat, sisa satu potong sih. Soalnya kalo lagi sedih mending makan coklat."ucap Eli seraya menyodorkan coklat yang sudah ia buka bungkusnya ke Olla.

Olla menerimanya dengan tawa kecilnya, "Duh malu gue, biasanya gue marah-marah sekarang nangis kayak Callie."ucap Olla yang membuat Callie mencebikkan bibirnya.

"Tapi lu hebat sih La, mau bertahan sama dia. Kalo menurut gue, dia tipe orang yang gengsian gak sih?"celetuk Chika yang diangguki oleh Olla.

"Gengsi banget, dia aja baru berani megang tangan gue waktu kita udah pacaran lima bulan."

"Tapi gue curiga, kalo dia ternyata punya selingan. Maksud gue tuh, ngapain sembunyiin pacar kalo emang gak punya simpanan?"ucap Chika yang disetujui oleh mereka semua.

"Ya simpenannya si cewe itu, dia jurusan mana? Kita labrak apa?"celetuk Marsha dengan wajah garangnya meski akan tetap terlihat menggemaskan.

Olla meneguk minumannya kemudian menatap ke arah Marsha, "Dia jurusan HI."jawab Olla yang membuat Azizi meringis.

Kost AnggoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang