Prolog

38 18 2
                                    

"Apa-apaan ini?!" Ireshi mendongak kaget, matanya menyapu ruangan megah penuh ornamen emas dan kristal. Bukan apartemennya. Bukan dunia yang ia kenal.

Ia melirik ke bawah, dan hampir saja jantungnya copot melihat gaun sutra panjang berwarna merah darah yang melekat di tubuhnya. "Oke, ini jelas bukan piyama gue."

Pintu berderit, dan seorang pelayan perempuan masuk sambil menunduk. "Tuan Putri Ireshi, waktunya menghadiri jamuan makan malam dengan Pangeran Cassius de Valmonth."

"Ireshi? Wait... gue Ireshi?!" dia bergumam dengan panik. Mendadak, ingatan menghantam seperti gelombang besar-novel bodoh yang pernah dia baca tentang villainess yang selalu bikin rusuh, dan akhirnya... "Mati? Gue bakal mati?"

Pelayan itu menatapnya bingung, tapi tetap berdiri kaku. "Apakah Anda baik-baik saja, Yang Mulia?"

Ireshi menarik napas panjang. "Oke, chill. Gue gak bakal jadi cewek jahat yang mati tragis. Not today."

Dia bangkit dengan semangat yang tak terduga, mengibaskan gaun merahnya. "Ayo, kita hadapi Pangeran tampan itu, dan mulai ngejalanin rencana hidup baru gue!"

Sambil melangkah keluar ruangan, Ireshi tersenyum licik. Kalau ini game, dia yang pegang kendali sekarang.

Ireshi melangkah melewati koridor panjang, pemandangan istana dengan pilar marmer dan langit-langit berlukis membentang di sekitarnya. Jujur, semua ini gila banget. Baru kemarin, dia lagi nonton drakor di sofa dengan segelas kopi. Sekarang? Dia putri yang ditakdirkan mati gara-gara drama kerajaan.

"Tenang, Ish," dia bergumam, berusaha meyakinkan diri sendiri. "Lu kan jago multitasking, bisa ngatur kerjaan kantor sambil binge-watching, pasti bisa survive jadi villainess."

Ketika sampai di pintu aula besar, dua penjaga membukanya, dan tatapannya langsung bertemu dengan sosok pria berwibawa-Cassius de Valmonth, sang pangeran yang terkenal berbahaya.

"Great," Ireshi bergumam pelan, "Sekarang gue harus berurusan sama cowok dengan aura bos mafia."

Cassius tersenyum tipis, penuh arti. "Selamat datang, Putri Ireshi. Saya harap malam ini tidak akan seburuk yang Anda kira."

Ireshi mengangkat dagunya. "Yah, kita lihat aja, Pangeran. Gue di sini nggak buat drama, tapi kalau lo cari masalah, gue bisa kasih lebih dari cukup."

Cassius mengangkat alis, jelas tertarik dengan sikap baru Ireshi. "Hah, sepertinya Anda berubah, Putri. Biasanya Anda lebih... patuh pada aturan."

Ireshi terkekeh pelan, mendekatinya dengan percaya diri. "Oh, patuh itu overrated, Pangeran. Gue sekarang lebih suka bikin aturan sendiri."

Cassius tertawa, tapi ada sinar tajam di matanya. "Menarik. Tapi hati-hati, di istana ini, yang melawan aturan biasanya tidak bertahan lama."

Ireshi menatapnya tanpa gentar, sedikit senyum muncul di bibirnya. "Lihat aja nanti. Gue nggak ada niat jadi tumbal dramamu atau siapapun di sini."

Tatapan mereka bertemu, dan Ireshi merasa sesuatu yang panas dan berbahaya mengalir di antara mereka. Tapi dia nggak mundur. Dalam pikirannya, dia sudah menyusun rencana baru. Dia mungkin terjebak di dalam tubuh villainess, tapi dia bukan korban. Ini dunianya sekarang.

"Baiklah, Pangeran," Ireshi berkata, memutar badannya dengan elegan. "Kita lihat siapa yang bertahan lebih lama di permainan ini."

Dengan senyum licik, dia melangkah menjauh, meninggalkan Cassius berdiri di sana, masih menatapnya penuh misteri.

"Game on," pikir Ireshi.

_____


To Be Continued....

Blue Feather [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang