Hari itu, Ireshi memutuskan untuk menghindari Cassius dan Tristan. Perhatian yang terus-menerus dari dua pria itu mulai membuatnya merasa lelah, seolah-olah ada permainan tarik ulur di antara mereka yang tidak pernah berakhir. Dia butuh waktu untuk berpikir, dan satu-satunya orang yang tidak berusaha menariknya ke dalam drama emosional adalah Sebastian dé Ravenhall.
Sebastian selalu tenang, dingin, dan fokus pada tugas-tugasnya. Meski kadang sifatnya yang terlalu kaku bisa mengesalkan, Ireshi merasa bahwa bersamanya adalah pilihan terbaik jika ingin sedikit menjauh dari segala kerumitan romantis.
Dengan niat itu, Ireshi sengaja mencari Sebastian di ruang kerja pribadinya, tempat di mana pria itu menghabiskan sebagian besar waktunya memeriksa laporan keuangan kerajaan. Saat dia memasuki ruangan, Sebastian bahkan tidak menoleh, tetap sibuk menatap dokumen di depannya.
"Apa kau selalu tenggelam dalam angka-angka seperti ini, Sebastian?" tanya Ireshi dengan nada ringan.
Sebastian mengangkat kepalanya sebentar, wajahnya tanpa ekspresi. "Ada banyak yang perlu dipertimbangkan jika kita ingin mempertahankan kestabilan kerajaan."
Ireshi mendekat, duduk di salah satu kursi yang ada di dekat mejanya. “Aku yakin, tapi kau bisa mengambil waktu sejenak untuk istirahat. Aku tahu otakmu luar biasa, tapi bahkan genius sepertimu perlu udara segar.”
Sebastian hanya mengangguk singkat dan kembali fokus pada dokumennya. Ireshi tahu pria ini tidak mudah ditembus, tetapi itulah yang membuatnya tertarik untuk sedikit menguji batasannya.
"Bagaimana kalau aku menemanimu hari ini?" Ireshi menambahkan sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. "Aku tidak punya rencana lain, dan aku yakin, sedikit bantuan dari tanganku yang mungil ini bisa membuat pekerjaanmu selesai lebih cepat."
Sebastian menatapnya sebentar, matanya menilai apakah Ireshi serius atau hanya bercanda. “Kau ingin terlibat dalam urusan kerajaan?”
Ireshi mengangguk dengan senyum kecil. “Mengapa tidak? Aku juga ingin membuktikan bahwa aku bisa diandalkan, tidak hanya dalam urusan pribadi, tapi juga dalam tanggung jawab kerajaan.”
Sebastian tampak ragu sejenak, tapi kemudian dia menyerahkan beberapa dokumen kepadanya. "Jika kau sungguh ingin membantu, kau bisa mulai memeriksa laporan ini. Pastikan tidak ada perbedaan dalam alokasi dana yang telah disetujui."
Ireshi menerima dokumen itu dengan anggukan serius, lalu mulai memeriksa angka-angka yang ada. Meski sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan laporan keuangan, dia berusaha sebaik mungkin untuk memahaminya. Di sela-sela itu, dia melirik Sebastian yang tampak sibuk di sebelahnya.
Setelah beberapa saat, Ireshi mulai merasa suasana terlalu hening. Dengan niat ingin sedikit mencairkan suasana, dia dengan sengaja menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajahnya, membuat gerakan kecil yang terkesan tidak disengaja namun cukup mencolok. “Sebastian, kau tahu? Aku tidak menyangka bekerja denganmu akan setenang ini.”
Sebastian tidak langsung merespons, tapi setelah beberapa detik, dia menjawab dengan datar, “Ketenangan adalah kunci agar pekerjaan berjalan dengan efisien.”
Namun, Ireshi tidak menyerah begitu saja. "Iya, tapi terlalu tenang juga bisa membuat suasana terasa dingin," katanya sambil melirik Sebastian dengan senyum tipis. "Mungkin sedikit kehangatan tidak akan merugikan."
Mendengar itu, Sebastian menghentikan gerakannya sejenak. Wajahnya tetap serius, tetapi ada kilatan kecil di matanya yang menunjukkan bahwa dia merasakan sesuatu dari perhatian Ireshi.
“Aku pikir kita di sini untuk menyelesaikan pekerjaan, bukan mengubah suasana hati,” jawab Sebastian, tapi kali ini suaranya terdengar sedikit lebih lembut daripada biasanya.
Ireshi tersenyum dalam hati. Meskipun Sebastian selalu tampak dingin dan tidak terpengaruh, dia bisa melihat bahwa pria ini tidak kebal terhadap perhatian kecil. “Mungkin kau benar,” jawabnya santai. “Tapi tetap saja, sedikit interaksi tidak akan menyakitimu.”
Sepanjang hari itu, Ireshi terus mendampingi Sebastian, membantu memeriksa dokumen, sambil sesekali memberikan komentar ringan yang berhasil membuat Sebastian salah tingkah, meskipun dia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya. Setiap kali Ireshi memberikan pujian kecil atau menatapnya lebih lama dari yang diperlukan, Sebastian akan mengalihkan pandangannya, kembali ke dokumen di depannya dengan kecepatan yang hampir tidak alami.
Menjelang sore, pekerjaan mereka selesai lebih cepat dari yang diperkirakan. Ireshi merasa lega bahwa harinya tidak dipenuhi oleh intrik cinta seperti biasanya. Namun, dia juga sadar bahwa Sebastian, meskipun tampak dingin di luar, sebenarnya memiliki sisi manusiawi yang jarang diperlihatkan.
“Selesai juga,” ujar Ireshi sambil meregangkan tubuhnya. “Terima kasih sudah membiarkanku membantu hari ini, Sebastian. Aku belajar banyak.”
Sebastian hanya mengangguk. “Kau melakukan pekerjaan yang baik.”
Namun, saat Ireshi bersiap meninggalkan ruangan, dia menambahkan satu komentar terakhir yang membuat Sebastian terlihat sedikit lebih gugup. “Dan, mungkin di lain waktu, kita bisa bekerja sama lagi. Siapa tahu, mungkin kau bisa belajar sedikit tentang ‘kehangatan’ dari situ.”
Sebastian menatapnya, tidak yakin harus merespons seperti apa. Namun, kali ini, Ireshi melihat bahwa wajah dinginnya sedikit melunak, bahkan jika hanya untuk sesaat.
Saat Ireshi meninggalkan ruangan, dia tersenyum lebar. Hari itu, dia berhasil menjauh dari Cassius dan Tristan, sambil membuat sedikit kemajuan dalam mengenal Sebastian lebih dalam—dengan cara yang lebih halus.
_____To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Feather [Ongoing]
FantasyHalooow! Jangan lupa dukung Author terus ya! Inst Author: @pirdmirza_ Inst Karya: @pearzcwrite_ Terima kasih! Selamat membaca semua (ㆁωㆁ) ____________________________________________________ Seorang wanita modern yang tangguh dan cerdas, tiba-ti...