{S1} Episode 4: Intrik di Balik Tirai

19 13 2
                                    

Setelah pertemuan yang penuh ketegangan, Ireshi merasa semangatnya mulai pulih. Meskipun masih banyak keraguan dari para bangsawan, dia telah berhasil meyakinkan mereka untuk memberikan kesempatan. Namun, dia tahu bahwa langkah ini hanya permulaan, dan tantangan yang lebih besar masih menanti di depan.

Hari-hari berikutnya, Ireshi dan Sebastian bekerja sama mengimplementasikan rencana anggaran baru. Mereka mulai melakukan pemotongan pengeluaran yang tidak perlu dan berinvestasi dalam proyek-proyek yang lebih menguntungkan. Ireshi belajar banyak dari Sebastian, yang menunjukkan kepadanya bagaimana mengelola keuangan dengan bijaksana. Setiap angka yang mereka analisis membawa Ireshi lebih dalam pada dunia yang jauh berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Dia mulai memahami mengapa pengeluaran tak terkendali bisa mengundang bencana, bukan hanya bagi kerajaan, tetapi juga bagi reputasinya.

Namun, di balik kerja keras itu, Ireshi masih merasa tertekan. Setiap malam, sebelum tidur, bayang-bayang nasib tragis yang menanti selalu menghantuinya. Dia tahu, satu kesalahan kecil bisa menghancurkan semuanya. Ireshi sadar, permainan ini lebih rumit dari yang dia bayangkan.

Suatu malam, saat mereka sedang berdiskusi di ruang kerja, Sebastian berhenti sejenak, menatap Ireshi dengan intens. “Kau melakukan pekerjaan yang baik, Putri. Tapi aku ingin tahu—apa sebenarnya yang memotivasimu untuk berubah? Kenapa kau ingin memperbaiki citramu di mata para bangsawan?”

Ireshi terdiam, terkejut dengan pertanyaan mendalam itu. Biasanya, Sebastian hanya bicara soal angka dan strategi, jarang menyentuh hal-hal yang lebih pribadi. "Aku tidak ingin diingat sebagai villainess yang akan mati dengan tragis. Aku ingin mengambil kendali atas hidupku," jawabnya, suara penuh tekad. “Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi pemimpin yang baik, bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi untuk kerajaan ini.”

Sebastian mengangguk, tampak memahami. "Banyak yang tidak percaya padamu. Mereka akan mengawasi setiap langkahmu. Jadi, berhati-hatilah, terutama dengan Cassius. Dia memiliki pengaruh besar di kalangan para bangsawan, dan dia tidak akan segan-segan untuk menghancurkanmu jika dia merasa terancam."

Ireshi tersentak mendengar nama Cassius. Dia sudah tahu betapa kuatnya pengaruh Cassius, tapi ada sesuatu yang berbeda saat Sebastian menyebutnya dengan nada peringatan. “Aku tahu dia berbahaya, tetapi aku juga merasa ada sisi lain darinya yang belum dia tunjukkan. Mungkin ada cara untuk memanfaatkannya.”

Sebastian mengerutkan dahi, jelas tidak setuju. “Jangan terlalu percaya diri. Cassius adalah seorang petarung yang cerdas. Jika dia merasa terancam oleh perubahan ini, dia tidak akan ragu untuk menggunakan semua cara untuk menjatuhkanmu.”

Ireshi mengangguk, bertekad untuk tetap waspada. “Aku akan berhati-hati, Sebastian. Tapi aku juga tidak akan mundur. Jika ada kesempatan untuk mengubah cara pikir Cassius, aku akan mengambilnya.”

Sebastian tidak menjawab lagi. Dia hanya menatap Ireshi sejenak sebelum kembali fokus pada dokumen di depannya, tetapi ketegangan di udara terasa jelas. Keduanya tahu bahwa apa yang mereka lakukan lebih dari sekadar urusan anggaran—ini adalah pertempuran hidup dan mati di dunia politik istana.
__________

Beberapa hari kemudian, Ireshi diundang untuk menghadiri pesta malam yang diadakan oleh salah satu bangsawan terkemuka, Duke Reimund. Pesta ini adalah kesempatan yang sempurna untuk memperkuat citranya dan menunjukkan kepada semua orang bahwa dia bisa menjadi sosok yang berbeda. Namun, Ireshi tahu bahwa di balik perayaan ini, ada banyak intrik yang bersembunyi. Setiap langkah yang dia ambil akan diawasi dengan ketat.

Istana Duke Reimund terletak di puncak bukit, dengan taman yang megah dan patung-patung marmer yang menyambut para tamu. Cahaya lilin dan lentera menyinari malam, menciptakan suasana yang elegan dan misterius. Di dalam aula besar, lantai marmer yang berkilauan memantulkan sinar lampu gantung kristal, menciptakan suasana kemewahan yang tiada tara. Para tamu berdatangan dengan pakaian mewah, dan suasana penuh dengan pembicaraan pelan dan tawa tertahan.

Saat memasuki ruangan pesta, Ireshi mengenakan gaun berwarna biru tua yang menakjubkan, dengan aksesori yang sederhana namun elegan. Gaun itu dipilih dengan hati-hati—tidak terlalu mencolok, tetapi cukup untuk menarik perhatian. Rambutnya ditata dengan anggun, dihiasi dengan beberapa helai mutiara yang membuatnya terlihat anggun sekaligus tangguh. Dia merasa percaya diri, menatap para tamu dengan senyuman yang menawan. Namun, ketegangan terasa di udara; semua orang seolah menilai setiap gerakannya.

Di tengah keramaian, Ireshi melihat wajah-wajah familiar. Para bangsawan yang dia temui di pertemuan sebelumnya, beberapa di antaranya terlihat skeptis, sementara yang lain tampak tertarik dengan penampilannya yang berbeda. Di sudut ruangan, dia melihat Cassius berdiri bersama sekelompok bangsawan muda. Wajahnya tampak tidak peduli, tetapi Ireshi tahu bahwa pria itu selalu mengawasi. Matanya yang tajam seperti elang sesekali melirik ke arah Ireshi, membuatnya merasa seolah sedang ditelanjangi.

"Putri Ireshi," sebuah suara lembut menyapanya, membuat Ireshi menoleh. Di hadapannya berdiri Cécillia dú Lyß, sahabat lamanya yang sekarang tampak seperti sosok asing. Gaun hijau zamrudnya memeluk tubuh rampingnya dengan sempurna, dan senyumnya yang tenang seolah mengisyaratkan bahwa dia selalu tahu lebih dari yang terlihat. "Aku senang melihatmu di sini."

Ireshi tersenyum, mencoba menyembunyikan kecemasan. “Cécillia, senang bertemu denganmu. Aku tidak menyangka kau akan datang.”

Cécillia tertawa pelan. "Tentu saja aku datang. Pesta ini sangat penting bagi banyak pihak, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui arah politikmu ke depan."

Ireshi terdiam sejenak, menyadari bahwa bahkan sahabat lamanya sekarang berbicara dengan bahasa diplomasi. "Kau tahu bahwa aku berusaha mengubah segalanya," kata Ireshi akhirnya. "Aku hanya berharap mereka memberiku kesempatan."

Cécillia menatapnya dengan penuh pengertian. "Aku tahu. Tapi ingatlah, Ireshi, bahwa di istana ini, kesempatan bukan sesuatu yang diberikan—itu sesuatu yang diambil." Dia menepuk bahu Ireshi dengan lembut sebelum berjalan pergi, meninggalkan Ireshi merenung.

Tak lama kemudian, saat Ireshi mencoba kembali berbaur dengan para tamu, Cassius mendekatinya dengan senyum menawan yang begitu khas. "Putri Ireshi," sapanya dengan nada yang menggoda namun penuh arti, "Senang melihatmu bersinar malam ini. Aku mendengar bahwa kau telah membuat beberapa perubahan."

Ireshi menegakkan tubuhnya, tidak ingin menunjukkan ketidaknyamanan. "Aku hanya mencoba untuk melakukan yang terbaik untuk kerajaan, Cassius. Semua orang berhak mendapatkan kesempatan untuk berubah."

Cassius tersenyum tipis, matanya menyelidik. "Tapi apakah kau benar-benar siap untuk menghadapi konsekuensi dari perubahan itu? Banyak yang mungkin tidak senang dengan langkahmu."

Ireshi merasakan ketegangan meningkat. "Aku tidak bisa membiarkan ketakutan menghalangiku. Jika aku ingin menjadi pemimpin, aku harus berani mengambil risiko."

Cassius mendekat sedikit lagi, suaranya lebih rendah. "Berani mengambil risiko, ya? Kau harus tahu bahwa di dunia ini, banyak yang tidak terlihat. Beberapa langkah yang kau ambil bisa sangat berbahaya. Pastikan kau tidak terjebak dalam permainan yang lebih besar dari dirimu."

Ireshi menatap Cassius, membaca niat di balik kata-katanya. Apakah ini peringatan atau ancaman terselubung? Dia tidak yakin, tapi yang jelas, Cassius tidak pernah berbicara tanpa alasan. “Aku tidak akan terjebak, Cassius. Aku akan mengendalikan permainan ini.”

Cassius tertawa kecil, suaranya rendah dan penuh misteri. “Sangat berani, Putri. Aku menunggu untuk melihat seberapa jauh kau bisa pergi.”

Percakapan berakhir dengan senyuman samar dari Cassius, sebelum dia berbalik dan bergabung kembali dengan kelompok bangsawannya. Ireshi berdiri sejenak, merenung. Pertemuan dengan Cassius hanya memperkuat tekadnya. Dia tahu bahwa meskipun Cassius adalah ancaman, dia juga bisa menjadi sekutu jika dia bisa membalikkan situasi. Pertemuan ini mungkin menjadi langkah penting dalam strateginya.

Saat malam berlanjut, Ireshi terus berbaur dengan para tamu, mencoba membangun aliansi dan memperkuat jaringannya.
_____

To Be Continued...

Blue Feather [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang