{S1} Episode 22: Perwakilan Sekolah Sihir

7 6 0
                                    

Pagi itu, Ireshi dipanggil untuk menjalankan tugas baru—tugas yang awalnya tidak pernah ia bayangkan. Sebagai bagian dari peran barunya dalam kerajaan, dia diminta untuk menjadi perwakilan kerajaan dalam kunjungan ke sekolah sihir yang terletak di pinggiran ibu kota. Sekolah itu bertujuan untuk melatih anak-anak berbakat yang kelak akan menjadi pilar sihir di masa depan.

Ireshi, yang masih berusaha menyesuaikan diri dengan perannya sebagai sosok yang lebih bertanggung jawab, awalnya merasa ragu. Namun, semakin dia merenungkan tanggung jawab tersebut, semakin ia merasa bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan keseriusannya dalam mengubah dirinya.

"Jangan khawatir, Putri. Sekolah ini adalah salah satu kebanggaan kerajaan," ucap Cécillia dú Lyß yang menemaninya di kereta menuju sekolah tersebut. Sebagai penyembuh kerajaan, Cécillia sering membantu dalam merawat anak-anak berbakat di sekolah tersebut.

“Aku hanya tidak terbiasa dengan peran ini,” jawab Ireshi sambil melirik ke luar jendela kereta. “Sebelumnya, aku hampir tak pernah terlibat langsung dalam urusan seperti ini.”

Cécillia tersenyum lembut. "Anak-anak di sana sangat menghormati kerajaan. Kehadiranmu akan memberikan mereka motivasi. Ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk menunjukkan bahwa kau peduli pada masa depan mereka."

Ireshi mengangguk, merasa sedikit lebih lega. Dia tahu bahwa perubahan ini bukan hanya tentang menjaga diri sendiri dari tragedi, tapi juga membuktikan bahwa dia bisa membawa dampak positif bagi orang lain.

Sesampainya di sekolah, Ireshi dan Cécillia disambut oleh para guru dan penyihir senior yang bertanggung jawab atas pendidikan sihir para siswa. Bangunan sekolah tampak megah dengan menara-menara tinggi dan halaman luas tempat para murid sering berlatih. Di kejauhan, suara ledakan sihir dan tawa anak-anak terdengar menggema di udara, membuat suasana tempat itu terasa hidup dan penuh energi.

"Selamat datang, Putri Ireshi," salah satu penyihir senior menyapa dengan hormat. "Kami telah menyiapkan demonstrasi dari beberapa siswa berbakat kami. Mereka sangat antusias mendengar bahwa Anda akan berkunjung."

Ireshi tersenyum tipis, berusaha menutupi sedikit rasa canggungnya. "Aku senang bisa berada di sini. Aku ingin melihat perkembangan mereka."

Para guru membawa Ireshi dan Cécillia ke aula utama, di mana anak-anak yang berusia antara 8 hingga 15 tahun tengah bersiap-siap untuk memperlihatkan kemampuan mereka. Beberapa anak terlihat gugup, sementara yang lain tampak percaya diri.

Saat pertunjukan dimulai, Ireshi menyaksikan dengan kagum bagaimana anak-anak itu mengendalikan elemen-elemen alam seperti api, air, angin, dan tanah. Meskipun mereka masih muda, bakat mereka sudah sangat terlihat. Ada yang bisa menciptakan api yang menari di ujung jari, sementara yang lain mengendalikan angin hingga mampu membentuk pusaran kecil di sekitar mereka.

Ketika seorang anak perempuan berambut pirang mulai menampilkan sihir penyembuhan, Ireshi melirik ke arah Cécillia yang tampak tersenyum bangga.

“Dia anak yang luar biasa,” bisik Cécillia dengan bangga. “Sangat berbakat dalam sihir penyembuhan.”

Namun, di tengah pertunjukan itu, terjadi sedikit kekacauan. Seorang anak laki-laki, yang tampak gugup sejak awal, mencoba memanipulasi bola api, tapi tiba-tiba sihirnya lepas kendali. Bola api itu membesar dan mulai melesat ke arah panggung, hampir membakar tirai di belakang.

Semua orang tersentak, dan sebelum ada yang sempat bertindak, Ireshi dengan cepat mengangkat tangan, menggunakan kekuatan magisnya untuk menciptakan perisai pelindung. Bola api itu menghantam perisai dan langsung padam.

Aula terdiam sesaat, sebelum akhirnya semua orang bertepuk tangan, kagum dengan reaksi cepat Ireshi.

“Luar biasa, Putri!” teriak salah satu guru.

Anak laki-laki yang hampir menyebabkan kecelakaan itu tampak ketakutan dan malu. Dia menunduk, seolah berharap bisa menghilang dari pandangan.

Ireshi mendekatinya perlahan. "Tidak perlu takut," katanya dengan lembut. "Setiap penyihir muda pasti pernah mengalami kesalahan seperti ini. Yang penting adalah bagaimana kau belajar dan tumbuh dari pengalaman itu."

Anak laki-laki itu mendongak, mata kecilnya berkaca-kaca. "Aku... aku takut. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun."

Ireshi tersenyum dan menepuk pundaknya. "Takut itu wajar. Tapi kau tidak boleh membiarkan ketakutan itu menghentikanmu. Kau punya kekuatan besar, dan dengan latihan yang tepat, kau bisa mengendalikannya."

Anak itu mengangguk pelan, tampak lebih tenang.

Hari itu, Ireshi merasa lebih percaya diri. Dia berhasil bukan hanya menjalankan tugasnya sebagai perwakilan kerajaan, tetapi juga berinteraksi langsung dengan anak-anak yang akan menjadi masa depan kerajaan.

Saat kereta kembali membawa mereka ke istana, Cécillia menatap Ireshi dengan penuh kekaguman. “Kau melakukannya dengan baik, Ireshi. Kau bukan hanya menenangkan anak itu, tapi juga menunjukkan bahwa kau memiliki kekuatan dan kehangatan yang luar biasa.”

Ireshi tersenyum kecil. “Mungkin aku mulai terbiasa dengan ini.”

Dia masih punya jalan panjang untuk menulis ulang takdirnya, tapi setidaknya, hari ini adalah satu langkah maju yang berarti.
_____

To Be Continued...

Blue Feather [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang