Kembali ke istana, Ireshi merasa lega telah menyelesaikan tugas di sekolah sihir. Namun, perasaan tenang itu tak bertahan lama. Setibanya di istana, suasana terasa berbeda. Para pelayan bergerak dengan tegang, dan bisik-bisik di lorong terasa lebih gelisah daripada biasanya.
Ireshi melangkah cepat menuju ruang kerjanya, berniat bertemu Sebastian untuk membahas laporan perkembangan keuangan. Namun, sebelum sampai di pintu, dia bertemu dengan Cassius di lorong yang tampak lebih dingin dari biasanya. Tatapan tajamnya mengarah langsung pada Ireshi, tanpa kata-kata pembuka seperti biasanya.
"Sebastian bilang kau sibuk seharian bersamanya," kata Cassius dingin.
Ireshi merasakan hawa tegang di antara mereka. Dia tahu Cassius punya kecenderungan untuk bersikap posesif, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Dia lebih… gelisah.
"Kami sedang bekerja, Cassius. Aku punya tugas untuk menyelesaikan anggaran dan memastikan semuanya berjalan lancar." Ireshi berusaha tetap tenang.
Cassius mendekat, jarak di antara mereka semakin mengecil. "Aku tahu, tapi mengapa seharian penuh? Bahkan aku tidak bisa menemukanmu. Kau menghindariku dan Tristan."
Ireshi menarik napas panjang, menatap mata Cassius yang seakan menuntut penjelasan lebih. “Aku tidak menghindari kalian. Aku hanya sibuk. Lagipula, aku punya banyak hal yang harus dipertimbangkan.”
Cassius menatapnya dengan intens, matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dari sekadar kekhawatiran. "Kau terlalu dekat dengan Tristan akhir-akhir ini. Dan sekarang, seharian penuh dengan Sebastian?"
Ireshi merasa perutnya bergejolak. Cassius jarang menunjukkan kecemburuan seperti ini secara langsung. Namun, kali ini perasaan itu terpancar begitu jelas. “Aku bekerja dengan Sebastian karena dia ahli di bidang ini. Sedangkan Tristan… itu hanya kebetulan.”
“Kebetulan?” Cassius mengulangi dengan nada skeptis. “Kau tahu Tristan menyukaimu, kan? Dia tak akan pernah mengakuinya secara langsung, tapi dia selalu ada di sisimu. Dan sekarang, aku yang mulai merasa terabaikan.”
Ireshi terkejut mendengar kata-kata itu. "Cassius, kau tahu ini bukan tentang mengabaikanmu. Aku hanya… ada terlalu banyak yang harus aku atur, terlalu banyak yang harus dipertimbangkan. Tapi itu tidak berarti aku mengesampingkanmu."
Cassius menatapnya dalam diam untuk sesaat, lalu menghela napas panjang. Wajahnya tampak sedikit melunak, meski sorot matanya tetap tajam. "Mungkin kau benar. Tapi aku tetap tidak bisa mengabaikan perasaan ini. Kau berbeda, Ireshi. Sejak kau mulai mengubah banyak hal, kau juga mulai menjauh. Aku tidak ingin kau berakhir terlalu jauh dari jangkauan kami.”
Ireshi menyentuh lengan Cassius dengan lembut, mencoba meredakan ketegangan yang mengalir di antara mereka. “Aku tidak menjauh. Aku hanya butuh waktu untuk memahami semuanya. Kau tahu aku menghargai kalian—kau dan Tristan. Tapi sekarang, aku sedang mencari keseimbanganku sendiri di dunia yang baru ini.”
Cassius akhirnya mengangguk pelan, meskipun masih ada bayangan keraguan di matanya. “Baiklah. Tapi ingat, aku tidak akan diam saja jika sesuatu terjadi.”
Ireshi tersenyum tipis. “Aku tahu.”
Setelah percakapan itu, Ireshi merasa beban di hatinya sedikit berkurang, tapi perasaan bahwa badai sedang mendekat semakin kuat. Ada sesuatu di udara, sesuatu yang belum terungkap. Dan instingnya mengatakan bahwa ia harus lebih berhati-hati dari sebelumnya, bukan hanya terhadap intrik di dalam istana, tetapi juga terhadap perasaan di antara para pria di sekitarnya.
_____To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Feather [Ongoing]
FantasyHalooow! Jangan lupa dukung Author terus ya! Inst Author: @pirdmirza_ Inst Karya: @pearzcwrite_ Terima kasih! Selamat membaca semua (ㆁωㆁ) ____________________________________________________ Seorang wanita modern yang tangguh dan cerdas, tiba-ti...