Langit biru yang tenang dengan awan-awan lembut mengiringi hari yang cerah ketika kabar itu tiba—Kaisar dan Permaisuri telah kembali dari perjalanan panjang mereka. Kabar ini menyebar dengan cepat di seluruh istana, membuat semua orang, mulai dari para pelayan hingga para bangsawan, bersiap menyambut kedatangan mereka. Perjalanan mereka ke wilayah yang lebih besar bukan hanya sekadar petualangan, tetapi juga diplomasi penting yang akan menentukan hubungan kerajaan dengan kekuatan besar di luar perbatasan.
Ireshi yang sedang berada di ruang pertemuan bersama Cassius, Tristan, dan Sebastian, segera bangkit ketika mendengar berita tersebut. Meski merasa gugup, dia tahu bahwa ini adalah momen penting. Kaisar dan Permaisuri tidak hanya orang tua Cassius, tetapi juga pemegang kekuasaan tertinggi di kerajaan. Kehadiran mereka dapat mengubah dinamika politik di istana dalam sekejap.
“Akhirnya mereka kembali,” Cassius berkata pelan, menatap ke arah jendela dengan ekspresi yang sulit dibaca. Ada perasaan campur aduk yang menyelimuti dirinya, antara senang dan khawatir. Kembalinya orang tuanya mungkin akan mengurangi tekanan politik, tetapi juga berarti lebih banyak mata yang mengawasi setiap gerak-geriknya—termasuk kedekatannya dengan Ireshi.
"Sudah waktunya kita menyambut mereka," tambah Tristan dengan senyum khasnya, meskipun jelas ia juga sedikit gugup. "Aku penasaran bagaimana perjalanan mereka kali ini."
Sebastian, yang selalu tenang, hanya mengangguk. “Kita harus segera ke aula utama. Tak ada yang boleh terlambat dalam acara sebesar ini.”
Ireshi mengangguk setuju. Dengan cepat, mereka semua menuju aula utama tempat Kaisar dan Permaisuri akan tiba. Istana dipenuhi oleh persiapan, dengan para pelayan sibuk memastikan segalanya sempurna untuk menyambut penguasa tertinggi kerajaan.
Di aula, suasana tegang terasa. Para bangsawan sudah berkumpul, semuanya dengan wajah formal yang menutupi perasaan cemas atau antusiasme mereka. Ireshi berdiri di dekat Cassius dan yang lainnya, menatap lurus ke pintu besar yang akan segera terbuka.
Akhirnya, pintu itu terbuka lebar, dan masuklah Kaisar dan Permaisuri. Kaisar, dengan sosoknya yang gagah dan penuh wibawa, mengenakan pakaian kerajaan berwarna emas dan merah, menunjukkan statusnya sebagai penguasa tertinggi. Di sisinya, Permaisuri tampak anggun dan memancarkan aura tenang, namun kuat. Dia mengenakan gaun elegan dengan motif perak yang mencerminkan posisinya sebagai ratu yang bijaksana.
Seluruh aula membungkuk memberi penghormatan, termasuk Ireshi. Dia merasa detak jantungnya semakin cepat, mengetahui betapa pentingnya pertemuan ini bagi masa depannya di istana. Ketika dia berdiri tegak lagi, matanya bertemu dengan tatapan Permaisuri yang lembut namun tajam. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuat Ireshi merasa seolah dia sedang dinilai.
Kaisar melangkah maju dengan senyuman tipis, menatap seluruh aula sebelum berbicara dengan suaranya yang dalam dan penuh kekuatan. "Kami telah kembali dari wilayah luar kerajaan dengan kabar baik. Perjalanan kami membawa banyak hasil yang akan memperkuat kerajaan ini. Tapi sebelum kita membahas politik, kami ingin berterima kasih kepada kalian semua yang menjaga istana selama kami pergi."
Cassius melangkah maju, mewakili mereka semua. "Selamat datang kembali, Ayah, Ibu. Kami semua menunggu dengan antusias kabar dari perjalanan kalian."
Kaisar mengangguk bangga kepada putranya, sementara Permaisuri, dengan senyuman lembut, berjalan mendekati Ireshi. Tatapannya tetap tenang, tetapi ada percikan rasa ingin tahu yang terlihat jelas. “Dan kau pasti adalah Ireshi von Cendreluné. Kami sudah mendengar banyak hal tentangmu.”
Ireshi berusaha tetap tenang, meski merasa sedikit tegang di bawah tatapan Permaisuri. "Merupakan kehormatan bagi saya untuk bertemu dengan Yang Mulia. Saya berharap bisa berkontribusi lebih banyak untuk kerajaan."
Permaisuri tersenyum, namun ada kilatan misterius di matanya. "Kami akan melihat bagaimana kau melanjutkan perjalananmu di sini, Putri. Istana ini penuh dengan tantangan, dan kau tampaknya sudah merasakannya."
Kata-kata itu terdengar lembut, namun ada makna tersirat di dalamnya. Ireshi merasa bahwa Permaisuri tidak sekadar menguji kemampuannya, tetapi juga menyadari betapa kompleks dan berbahayanya posisi Ireshi di istana. Meskipun demikian, dia membalas dengan senyum percaya diri, menegaskan bahwa dia siap menghadapi apapun yang akan datang.
Setelah penyambutan resmi selesai, suasana di aula mulai menghangat dengan perbincangan santai antara para bangsawan dan keluarga kerajaan. Kaisar berbincang dengan beberapa penasihatnya mengenai perkembangan politik di luar negeri, sementara Permaisuri lebih banyak mengamati, sesekali berbincang dengan Cassius dan Tristan.
Namun, Ireshi tahu bahwa kembalinya mereka bukan hanya tentang diplomasi atau politik. Ini adalah awal dari babak baru dalam perjuangannya di istana, dan mungkin—dengan Kaisar dan Permaisuri yang sekarang kembali—pertarungannya untuk mengubah takdirnya akan semakin intens.
_____To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Feather [Ongoing]
FantasiHalooow! Jangan lupa dukung Author terus ya! Inst Author: @pirdmirza_ Inst Karya: @pearzcwrite_ Terima kasih! Selamat membaca semua (ㆁωㆁ) ____________________________________________________ Seorang wanita modern yang tangguh dan cerdas, tiba-ti...